sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

6 suku terasing di dunia, salah satunya tewaskan misionaris AS

Misionaris Amerika Serikat John Allen Chau tewas dipanah suku Sentinel. Tragedi ini menyoroti kembali mereka yang terasing dari modernitas.

Valerie Dante
Valerie Dante Senin, 26 Nov 2018 17:13 WIB
6 suku terasing di dunia, salah satunya tewaskan misionaris AS

Kehidupan suku di pulau terpencil di Teluk Benggala menyedot perhatian publik pekan ini. Hal ini terjadi pasca-kematian seorang misionaris asal Amerika Serikat John Allen Chau yang dibunuh oleh suku Sentinel, penduduk asli Kepulauan Andaman.

Chau dilaporkan tewas dibunuh dengan panah ketika mendarat di Pulau Sentinel Utara pada 17 November lalu. Para nelayan yang mengantarkannya ke pulau itu melihat jasad Chau diseret di sepanjang pantai sebelum akhirnya dikuburkan.

Hingga kini para pejabat India menghadapi tugas yang sulit untuk mengambil jasad Chau. Sebuah perahu polisi mencoba merapat namun akhirnya mereka mundur untuk menghindari konfrontasi.

Enam nelayan dan satu orang lainnya telah ditangkap atas insiden tersebut.

Suku Sentinel tidak memiliki kontak dengan dunia luar dan dikenal kerap membunuh penyusup. Mereka merupakan representasi beberapa orang terakhir di bumi yang jalan hidupnya tidak terganggu oleh peradaban modern.

Tetapi mereka tidak sendirian, ada sekitar 100 suku seperti mereka di seluruh dunia. Hal ini diungkapkan oleh Jonathan Mazower dari Survival International, sebuah LSM yang mengampanyekan perlindungan suku-suku terasing.

Mayoritas ditemukan di hutan hujan Amazon, sementara beberapa kelompok lainnya berada di Guinea Baru, atau tersebar di hutan dan di pulau-pulau lain di seluruh dunia.

Para pemburu dan pengumpul nomaden ini menghindari masyarakat industri dan ketika modernitas menghampiri mereka, biasanya akan berujung ganas.

Sponsored

"Kadang-kadang mereka memiliki ingatan kolektif mengenai pembantaian, insiden kekerasan, penyakit, atau epidemi. Acap kali ada alasan kuat bagi suku-suku ini untuk tidak ingin berhubungan dengan dunia luar," jelas Mazower.

Menurut Mazower, kontak antara suku terasing dan penyusup bisa berakibat fatal. Manusia pedalaman itu bisa menjadi korban penyakit umum seperti flu mengingat mereka tidak memiliki kekebalan.

"Sering kali, mereka sangat takut pada orang luar, dengan alasan yang sangat tepat," lanjutnya.

Berikut sejumlah suku terasing di dunia:

Suku Sentinel

Chau bukanlah orang pertama yang menjadi korban suku Sentinel setelah mendatangi pulau mereka. Orang luar memang secara hukum dilarang untuk menginjakkan kaki di Kepulauan Andaman.

Pada tahun 2006, anggota suku menewaskan dua pemburu liar yang menangkap ikan di perairan sekitar Pulau Sentinel Utara. Dua pemburu tersebut dibunuh setelah perahu mereka menepi ke daratan.

Dua tahun sebelumnya, setelah tsunami 2004 yang menghancurkan Samudra Hindia, seorang anggota suku tertangkap kamera sedang berada di pantai pulau itu, menembaki anak panah ke helikopter yang dikirim untuk memeriksa kondisi mereka.

Pada 1980-an dan 1990-an, kerap dilakukan ekspedisi ke pulau itu. Namun, sejak saat itu, frekuensi kegiatan ekspedisi telah menurun.

Berdasarkan sensus 2011 di India, hanya 15 orang Sentinel yang diperkirakan tinggal di pulau itu. Menurut Kementerian Urusan Tribal India, pemerintah India berpegang pada kebijakan "perhatikan dan lepas tangan" untuk memastikan bahwa pemburu tidak memasuki Pulau Sentinel Utara.

Suku Kawahiva

Selain Sentinel, ada juga suku terasing Kawahiva yang melintasi Mato Grosso, Brasil. Selama beberapa dekade, suku ini meninggalkan peralatan dan bagian dari rumah mereka sebagai petunjuk dari keberadaan mereka.

Namun, pada tahun 2013, seorang pegawai pemerintah Brasil berkesempatan untuk melihat suku itu dan merekam mereka dengan video untuk pertama kalinya.

Dalam rekaman video itu, anggota suku yang tidak mengenakan busana berjalan melalui hutan dan memegang panah sebelum melarikan diri ketika merasakan kehadiran orang luar di dekat mereka.

Tapi ini bukan satu-satunya kontak yang Kawahiva miliki dengan orang dari dunia luar. "Diperkirakan tidak lebih dari 30 yang tersisa, yang lain dibantai oleh para pelancong dan penebang hutan," jelas Mazower.

Masa depan mereka pun tidak pasti akibat area di sekitar wilayah mereka yang dengan cepat dibersihkan untuk pekerjaan pertanian.

"Situasi mereka mungkin paling mendesak di antara suku-suku terasing lainnya, karena bagian dari Brasil yang menjadi tempat mereka tinggal sangat ganas," tambahnya.

Suku lembah Sungai Javary

Ada pula suku lembah Sungai Javary yang pada Agustus lalu baru tertangkap kamera untuk pertama kalinya. Salah satu dari mereka dilaporkan membawa tombak, sementara empat atau lima lainnya berdiri di dekat apa yang nampak seperti struktur atap jerami.

Daerah di sepanjang perbatasan Brasil-Peru adalah rumah bagi banyak suku yang tidak berhubungan dengan dunia luar.

"Ini bukan karena mereka tidak pernah berhubungan dengan dunia luar, mereka memiliki kontak dengan kelompok lain di sekitar sana dan mungkin berteman atau menikahi anggota suku lain," jelas dosen antropologi University of Sussex, Evan Killick.

"Alasan mereka terisolasi justru karena sejarah kekerasan dan sejarah eksploitasi," tambahnya.

Suku Xinane

Suku Xinane berbeda dibanding suku lainnya. Dengan inisiatif sendiri, mereka memulai perjumpaan pertama dengan dunia sekitar.

Sebuah video yang dirilis oleh Yayasan Nasional Indian (FUNAI) menunjukkan orang-orang suku, yang tinggal di Peru, meninggalkan tempat tinggal mereka untuk meminta pisang dari penduduk desa terdekat.

"Salah satu pria muda bertanya pada pejabat Brasil 'di mana para wanita?'," jelas seorang antropolog asal University of Virginia, Giancarlo Rolando. "Dalam video itu, juga terlihat seorang pemuda memegang senapan yang tampaknya disita dari sekelompok orang luar yang pernah masuk ke wilayah mereka."

"Seperti banyak penduduk asli Amazonia lainnya, orang-orang ini memburu menggunakan busur," tambahnya. "Mereka juga menanam kebun. Bahan pokok mereka adalah jagung, meski pun mereka juga menanam yucca dan pisang raja. Selain itu, mereka menangkap ikan dan memanen hasil hutan seperti jamur, buah, tanaman obat, dan daun palem untuk atap. Pola hunian tradisional mereka adalah rumah panjang yang dibangun di puncak bukit."

Sejak pertemuan itu, suku Xinane telah direlokasi oleh agen FUNAI ke pemukiman terdekat.

Suku Waorani

Pada tahun 1987, seorang uskup Katolik Roma dan seorang biarawati yang bermaksud menyebarkan injil bertemu nasib naas seperti Chau di tangan suku Waorani. Suku Waorani merupakan penduduk asli Amerindian di Ekuador.

Uskup Alejandro Lavaca dan biarawati Ines Arango dihabisi oleh para anggota suku dengan cara brutal. Tubuh mereka disematkan ke tanah dengan 21 tombak kayu dan luka mereka ditambal dengan dedaunan untuk menghentikan aliran darah.

Menurut Survival International, banyak di antara mereka yang terpaksa pindah karena eksplorasi minyak.

Suku tersebut terkadang bentrok dengan Taromenane, bagian kecil dari suku Waorani yang tetap tidak tersentuh dunia luar. Bentrokan yang terjadi pada 2013, menewaskan dua anggota suku Waorani.

Suku Ayoreo

Meski sebagian besar suku Ayoreo telah bersinggungan dan melebur ke dalam masyarakat umum, beberapa anggota terakhir yang tetap terisolasi mewakili suku terakhir di Amerika Selatan di luar Amazon yang belum tersentuh dunia luar.

Banyak dari suku itu telah dipaksa keluar dari hutan mereka oleh ekspedisi misionaris Amerika Serikat pada 1970-an yang melihat kemah mereka dari kejauhan dan melakukan kontak.

"Dalam pertemuan itu, beberapa orang meninggal dan banyak anggota Ayorea yang kemudian tewas karena penyakit," jelas Mazower.

Penyakit merupakan ancaman utama bagi suku-suku terasing ini. "Kami berbicara tentang hal-hal seperti flu atau campak, karena mereka tidak memiliki antibodi atau kekebalan, sehingga jika sekalinya terkena akan berakibat fatal," tambahnya.

Puluhan anggota suku Ayorea meninggal karena penyakit pernapasan pada 1980-an.

Kelompok-kelompok seperti Survival International berupaya meningkatkan kesadaran akan penderitaan yang dihadapi oleh suku-suku terasing. Banyak di antaranya terpapar risiko akibat tanah yang dijadikan kebun, penggundulan hutan, dan kekerasan.

Sementara Sentinel dilindungi oleh hukum India yang membuatnya ilegal untuk mengganggu pulau mereka, kebanyakan suku yang terisolasi tidak memiliki keberuntungan yang sama. Habitat mereka malah dirambah oleh orang luar.

"Tantangan terpenting, sejauh ini, adalah untuk melindungi tanah mereka," ujar Mazower. "Itu sangat penting. Jika tanah mereka dilindungi, yang merupakan hak mereka di bawah hukum internasional, maka sebenarnya tidak ada alasan bagi mereka untuk berhenti bertahan dan berkembang."

Sumber : CNN

Berita Lainnya
×
tekid