sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Aktivis lakukan unjuk rasa untuk mencegah perubahan iklim

Unjuk rasa ini sangat penting untuk memaksa para pemimpin mengatasi krisis planet.

Sita Aisha Ananda
Sita Aisha Ananda Jumat, 24 Sep 2021 17:26 WIB
Aktivis lakukan unjuk rasa untuk mencegah perubahan iklim

Masyarakat muda dari seluruh dunia mulai turun ke jalan pada Jumat (24/9) untuk menuntut tindakan segera demi mencegah bencana perubahan iklim. Protes ini merupakan protes terbesar mereka sejak dimulainya pandemi Covid-19.

Protes dilakukan lima minggu sebelum KTT COP26 PBB, yang bertujuan untuk mengamankan tindakan iklim yang lebih ambisius dari para pemimpin dunia, agar secara drastis mengurangi emisi gas rumah kaca yang memanaskan planet.

"Semua orang berbicara tentang membuat janji, tetapi tidak ada yang menepati janji mereka. Kami ingin lebih banyak tindakan. Kami menginginkan pekerjaan, bukan hanya janji," kata Farzana Faruk Jhumu, 22, seorang aktivis iklim pemuda di Dhaka, Bangladesh.

Menurut gerakan pemuda Fridays for Future, protes ini dimulai di Asia dan rencananya dilakukan di lebih dari 1.500 lokasi. Di Jerman, penyelenggara memperkirakan ratusan ribu orang menghadiri lebih dari 400 protes.
Unjuk rasa pada Jumat menandai kembalinya secara langsung protes iklim pemuda yang pada 2019, yang telah menarik lebih dari enam juta orang turun ke jalan sebelum adanya pandemi Covid-19. Namun, sebagian besar pertemuan massal dihentikan dan mendorong aksi secara daring.

Yusuf Baluch, seorang aktivis pemuda di provinsi Balochistan, Pakistan, mengatakan, unjuk rasa ini sangat penting untuk memaksa para pemimpin mengatasi krisis planet. Hal ini dikarenakan pada protes terakhir yang dilakukan secara digital tidak menarik perhatian pemimpin.

Di sisi lain, dengan akses vaksin Covid-19 yang masih belum merata membuat para aktivis di beberapa negara miskin mengatakan, hanya akan mengadakan aksi simbolis dengan segelintir orang saja.

Sebuah laporan ilmu iklim PBB pada Agustus memperingatkan, aktivitas manusia telah menyebabkan gangguan iklim selama beberapa dekade, tetapi tindakan cepat dan berskala besar untuk mengurangi emisi masih dapat mencegah beberapa dampak yang paling merusak.

PBB mengatakan pekan lalu, bahwa komitmen negara-negara akan melihat peningkatan emisi global menjadi 16% lebih tinggi pada  2030 daripada pada 2010-jauh dari pengurangan 45% pada 2030 yang diperlukan untuk membatasi pemanasan hingga 1,5 derajat celcius.

Sponsored


Sumber : Reuters

Berita Lainnya
×
tekid