sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Antisipasi demo berujung ricuh, Menara Eiffel akan ditutup

Ketidakpuasan terhadap pemerintah Prancis telah menyebar, dari demonstrasi kenaikan BBM hingga ke sejumlah isu lain.

Valerie Dante
Valerie Dante Jumat, 07 Des 2018 15:11 WIB
Antisipasi demo berujung ricuh, Menara Eiffel akan ditutup

Menara Eiffel akan ditutup pada Sabtu (8/12) karena adanya kekhawatiran atas kekerasan lebih lanjut dari protes anti-pemerintah oleh gerakan yang dijuluki 'rompi kuning'.

Perdana Menteri Edouard Philippe mengumumkan, sebanyak 89.000 petugas kepolisian akan bertugas untuk mengamankan jalannya demonstrasi di seluruh Prancis serta akan dikerahkan kendaraan lapis baja di ibu kota.

Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi kerusuhan sejenis yang telah berlangsung pada Sabtu (1/12). Akibat demonstrasi yang berujung rusuh ini, pemerintah Prancis menyatakan telah menunda kenaikan pajak bahan bakar minyak (BBM).

Tetapi ketidakpuasan terhadap pemerintah telah menyebar, menyebabkan protes menjamur ke isu-isu lain.

Pejabat Kementerian Dalam Negeri menyatakan bahwa pihak berwenang siap menghadapi "kekerasan yang signifikan" pada Sabtu besok. Peserta demonstrasi yang merupakan aktivis dari sayap kanan dan sayap kiri tersebut akan berkumpul di ibu kota.

PM Philippe mengatakan setidaknya 8.000 polisi serta selusin kendaraan lapis baja akan dikerahkan di Paris. Dia meminta agar protes berjalan tenang namun menuturkan, "Kami (pemerintah) menghadapi orang-orang yang tidak hadir untuk memprotes, tetapi ada yang hadir untuk merusak dan kami ingin mengupayakan agar mereka tidak bebas berkendali."

Sebelumnya, PM Philippe telah menyarankan konsesi bagi para pengunjuk rasa dan mengatakan kepada Senat bahwa pemerintah terbuka untuk mengambil langkah baru guna membantu pekerja dengan bayaran rendah.

Operator Menara Eiffel menerangkan bahwa ancaman kerusuhan pada hari Sabtu tidak memungkinkan bagi mereka untuk memastikan "kondisi keamanan yang memadai".

Sponsored

Pemerintah kota juga akan meningkatkan perlindungan untuk bangunan terkenal di Paris setelah Arc de Triomphe dirusak pekan lalu.

Tidak hanya Menara Eiffel, Menteri Kebudayaan Franck Riester mengatakan Museum Louvre, Museum Orsay, gedung opera Palais Garnier, dan kompleks Grand Palais juga akan ditutup.

"Kami tidak bisa mengambil risiko ketika kami tahu ancamannya," ujar Riester.

Polisi telah meminta toko dan restoran di sepanjang Champs-Elysees dan jalan-jalan belanja utama lainnya untuk tetap tutup dan memasukkan barang-barang seperti meja dan kursi ke dalam toko.

Selain itu, serangkaian pertandingan sepak bola yang sebelumnya direncanakan pada hari Sabtu juga telah ditunda. Di antaranya merupakan pertandingan antara PSG Vs Montpellier, Monako Vs OCG Nice, Toulouse Vs Lyon, serta St-Etienne Vs Marseille.

Perkembangan protes pekan ini

Pada Kamis (6/12) para anak muda turun ke jalan untuk memprotes reformasi pendidikan.

Lebih dari 140 orang ditangkap dalam aksi protes yang berujung bentrok dengan polisi di luar sekolah di Mantes-la-Jolie di Yvelines.

Terjadi blokade di lusinan sekolah lainnya di kota Marseille, Nantes, dan Paris.

Para pelajar geram akibat rencana Presiden Emmanuel Macron untuk mengubah ujian akhir sekolah atau disebut sarjana muda, yang akan diperlukan untuk masuk ke universitas. Kritikus mengkhawatirkan bahwa reformasi pendidikan ini justru akan membatasi peluang pendidikan dan memperluas ketimpangan.

Para pengunjuk rasa 'gilets jaunes' atau 'rompi kuning' dijuluki demikian karena turun ke jalan mengenakan rompi kuning neon yang wajib dimiliki pengemudi kendaraan di Prancis. Rompi tersebut kemudian menjadi lambang gerakan akar rumput warga yang memprotes peningkatan pajak BBM.

Presiden Macron mengatakan peningkatan tersebut didasari alasan terkait lingkungan, tetapi pemrotes menyebut alasan tersebut tidak relevan.

Pemerintah kemudian menunda rencana awal mereka, tetapi para pengunjuk rasa tetap tidak tenang. Pekan lalu gerakan rompi kuning meluncurkan lebih dari 40 tuntutan kepada pemerintah.

Di antaranya adalah dana pensiun minimum, perubahan besar pada sistem pajak, dan pengurangan usia pensiun.

Gerakan protes akar rumput ini mendapatkan momentumnya melalui media sosial dan dikabarkan telah mencakup rentang peserta dari kaum anarkis sayap kiri, nasionalis sayap kanan, hingga moderat yang berada di tengah keduanya.

Sumber : BBC

Caleg Pilihan
Berita Lainnya
×
tekid