sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Anwar Ibrahim tak masalah menunggu lebih lama untuk jadi PM

Peralihan kekuasaan dari Mahathir Mohamad ke Anwar Ibrahim seharusnya berlangsung pada Mei.

Khairisa Ferida
Khairisa Ferida Jumat, 07 Feb 2020 08:08 WIB
Anwar Ibrahim tak masalah menunggu lebih lama untuk jadi PM

Anwar Ibrahim pada Kamis (6/2) mengatakan, dia siap menunggu enam bulan lagi melebihi batas waktu yang disepakati pada Mei untuk mengambil alih kursi perdana menteri dari Mahathir Mohamad. Anwar menekankan bahwa dirinya memiliki cukup dukungan di parlemen.

Dengan memimpin koalisi Pakatan Harapan, Mahathir bergandengan tangan dengan mantan musuh-musuhnya, termasuk Anwar, pada Pemilu 2018. Langkah itu demi menjatuhkan Najib Razak, yang terseret skandal 1MDB. 

Mahathir telah berjanji akan menyerahkan jabatan perdana menteri kepada Anwar dalam waktu dua tahun sejak hasil pemilu diumumkan. Namun, belakangan Mahathir mengatakan dia akan bertahan sampai setidaknya November setelah Malaysia melaksanakan tugasnya sebagai tuan rumah KTT APEC.

Politikus kawakan usia 94 tahun itu juga mengatakan bahwa Anwar harus mengamankan mayoritas parlemen untuk menduduki kursi perdana menteri.

"Anda sudah menunggu 20 tahun, jadi memperpanjang enam bulan sebenarnya bukan persoalan," kata Anwar kepada Reuters, seraya mengungkapkan keyakinan bahwa sekutunya di koalisi akan berdiri di belakangnya, seperti yang terjadi pada Mahathir saat ini.

Anwar yang berusia 72 tahun merupakan Wakil Perdana Menteri pada 1993-1998, semasa Mahathir menjabat sebagai Perdana Menteri. Dia juga pernah menjadi menteri kebudayaan, pemuda dan olahraga, menteri pertanian, menteri pendidikan dan menteri keuangan.

Pada 2 September 1998, Anwar dipecat secara tidak hormat atas tuduhan melakukan sodomi terhadap mantan asistennya Mohd Saiful Bukhari Azlan. Namun, sebagian pengamat mengatakan, Anwar disingkirkan menyusul perselisihannya dengan Mahathir. 

Selepas itu, Anwar pun memulai gerakan reformasi yang dengan cepat mendapat dukungan dari sebagian besar muslim melayu sebelum akhirnya dia kembali dibui atas tuduhan korupsi dan sodomi yang menurutnya bermotivasi politik.

Sponsored

Pada tahun-tahun setelah pembebasannya, Anwar merapatkan kembali barisan pengikutnya. Dia nyaris mengalahkan Najib dalam Pemilu 2013 yang disengketakan. Dua tahun kemudian, dia dipenjara lagi dengan tuduhan sodomi yang telah dibantahnya berulang kali.

Anwar dibebaskan dengan pengampunan raja segera setelah Najib kalah dalam Pemilu 2018.

Secara total, Anwar telah menghabiskan waktu hampir 10 tahun di penjara sebagai hasil dari dua hukuman.

Bagaimanapun, kontroversi terus menghantui Anwar. Tahun lalu, mantan staf bagian riset dari tim Anwar, Muhammed Yusoff Rawther, menuduh Anwar berusaha memaksanya melakukan hubungan seks pada September 2018.

"Tentu saja saya punya banyak musuh politik. Beberapa yang korup akan melakukan apa pun untuk memastikan bahwa saya tidak akan menjabat," ujar Anwar.

Kini sejak pembebasannya, Anwar masih berada di luar pemerintahan, menunggu gilirannya. Sementara itu, sang istri, Wan Azizah Wan Ismail, tengah bertugas sebagai wakil perdana menteri.

Anwar menekankan bahwa dia siap move on dari masa lalu yang pahit, bahkan bersedia memberi ruang bagi Mahathir untuk terus berkontribusi setelah kelak dia mengambil alih sebagai perdana menteri.

"Kehadirannya ... pasti akan membantu meningkatkan kepercayaan dan memberi semacam stabilitas dan ketertiban. Tidak akan ada perbedaan kebijakan yang drastis. Akan ada penekanan yang berbeda, tentu saja, tetapi secara pribadi, saya tentu sangat menyambut kehadiran dan kontribusinya dengan cara apa pun," ungkap Anwar.

Soal India, Anwar mengatakan akan berupaya memperbaiki hubungan setelah kritik Mahathir terhadap dua kebijakan New Delhi membuat marah negara itu, berimbas pada penurunan besar-besaran dalam perdagangan minyak sawit antara kedua negara. 

"Satu hal yang tidak akan berubah adalah permintaan Malaysia akan reparasi dari Goldman Sachs atas perannya dalam skandal 1MDB," tegas Anwar.

Sumber : Reuters

Berita Lainnya
×
tekid