sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Aplikasi Study the Great Nation wajib bagi rakyat China

Sebagian melihat aplikasi itu sebagai bentuk patriotisme, namun tidak sedikit yang memandangnya sebagai pemujaan terhadap Xi Jinping.

Valerie Dante
Valerie Dante Selasa, 09 Apr 2019 10:15 WIB
Aplikasi Study the Great Nation wajib bagi rakyat China

Di dalam toko peralatan memancing di Changsha, China, pemilik toko duduk di belakang meja kasir, terlihat sibuk mengutak-ngatik sebuah aplikasi di ponsel pintarnya.

Jiang Shuiqiu, sedang sibuk mendapatkan poin dalam Study the Great Nation, sebuah aplikasi baru yang ditujukan untuk mempromosikan Presiden China Xi Jinping dan Partai Komunis yang berkuasa.

Setiap harinya, Jiang menghabiskan beberapa jam hanya untuk menggunakan aplikasi itu, memeriksa berita terbaru tentang Xi dan membaca teori-teori sosialis.

Puluhan juta pekerja, pelajar, dan pegawai negeri China kini menggunakan Study the Great Nation, seringkali karena mendapat tekanan dari pemerintah. 

Aplikasi itu disebut-sebut sebagai bagian dari upaya Presiden Xi untuk memperkuat kontrol ideologis di era digital dan menegaskan kembali keunggulan Partai Komunis, seperti yang pernah dilakukan Mao Zedong, sebagai pusat kehidupan China.

"Kita harus mencintai negara kita," kata Jiang, salah satu pengguna aplikasi dengan poin terbanyak di Changsha.

Meski banyak orang memandang aplikasi itu sebagai bentuk patriotisme, yang lain melihatnya sebagai beban yang dipaksakan pemerintah atau tanda bentuk pemujaan bagi Xi.

"Dia menggunakan media baru untuk memperkuat kesetiaan terhadapnya," kata Wu Qiang, analis politik di Beijing. 

Sponsored

Wu menyamakan Study the Great Nation dengan buklet kecil berisikan kutipan Mao yang disebut Buku Merah yang banyak beredar selama Revolusi Kebudayaan.

Sejak diluncurkan pada tahun ini, Study the Great Nation menjadi aplikasi yang paling banyak diunduh di Apple Store di China. Kantor berita pemerintah mengklaim lebih dari 100 juta pengguna terdaftar telah mengunduh aplikasi tersebut.

Namun, angka-angka itu sebagian besar didorong oleh Partai Komunis yang memerintahkan ribuan pejabat mereka di seluruh China untuk memaksakan agar aplikasi tersebut menjadi salah satu rutinitas harian sebanyak mungkin warga.

Sejumlah sekolah bahkan menegur siswa yang memiliki skor rendah di aplikasi tersebut. Kantor-kantor pemerintah mengadakan sesi belajar bersama untuk memainkan aplikasi itu dan memaksa karyawan yang tertinggal untuk menulis laporan yang mengkritik diri mereka sendiri.

Selain itu, dalam upaya menggalang dukungan dari partai berkuasa, sejumlah perusahaan swasta memeringkat karyawan mereka berdasarkan penggunaan aplikasi dan memberikan penghargaan kepada para pengguna top dengan gelar "pelajar ulung".

Banyak pemilik usaha meminta karyawan mereka untuk setiap hari menyerahkan screenshot yang mendokumentasikan berapa banyak poin yang mereka peroleh.

Propaganda ada di mana-mana di China. Tetapi para ahli mengatakan Study the Great Nation berbeda karena pemerintah memaksa warga untuk menggunakannya dan menghukum pengguna yang curang atau poinnya tertinggal.

Aplikasi tersebut memberikan poin bagi pengguna yang terus mengikuti berita terbaru terkait Presiden Xi.

Misalnya, dengan menonton video tentang kunjungan terakhirnya ke Prancis, pengguna akan mendapat satu poin. Sedangkan, mendapat skor sempurna dalam kuis soal kebijakan ekonomi pemerintah akan memberikan pengguna 10 poin.

Aplikasi itu muncul ketika Presiden Xi menindak keras kebebasan berpendapat, memenjarakan sejumlah aktivis, pengacara, dan akademisi, serta membatasi pergerakan media di China.

Xi kerap menyuarakan perlunya mengatasi ancaman online. Dia telah memperingatkan bahwa Partai Komunis dapat kehilangan cengkeramannya pada kekuasaan jika tidak mampu menguasai media digital.

"Tidak ada keamanan nasional tanpa keamanan internet," kata Xi dalam pidatonya pada Maret 2019. "Jika kita tidak bisa berhasil menjaga internet, kita tidak akan bisa mempertahankan kekuatan dalam jangka panjang."

David Bandurski, co-director China Media Project, mengatakan aplikasi itu adalah cara bagi Xi untuk memastikan bahwa masyarakat di China menaruh banyak perhatian kepada Partai Komunis di saat banyak yang menolak propaganda karena dinilai kaku dan tidak relevan.

"Setia kepada Partai Komunis artinya setia kepada Xi," kata Bandurski.

Study the Great Nation seolah mengingatkan akan era Mao, ketika potretnya tergantung di ruang tamu dan semua warga mempelajari setiap perkataannya.

Xi telah mengikuti jejak Mao dalam upayanya untuk dipandang sebagai pembawa perubahan.

Aplikasi tersebut memiliki serial televisi "Xi Time" dan berisikan kutipan sang presiden terkait sejumlah topik seperti militer serta cara mencapai negara China yang makmur dan kuat.

Pengguna yang memakai aplikasi itu akan mendapat rekomendasi berita terkait Xi dan notifikasi yang menyoroti "kalimat emas" dari pidato-pidato terbarunya.

Selain itu, aplikasi tersebut juga menawarkan topik lebih ringan seperti budaya dan sejarah China.

Namun, Study the Great Nation menyaring informasi yang ada di aplikasinya. Topik-topik seperti penahanan massal yang pemerintah lakukan terhadap etnis Uighur tidak dapat ditemukan di dalam aplikasi.

Di Hulunbuir University di bagian utara China, pejabat sekolah memantau skor dari lebih dari 1.100 guru dan siswa yang menggunakan aplikasi itu.

Hal ini merupakan upaya sekolah untuk menyebarkan ideologi Xi, yang dikenal sebagai "Xi Jinping Thought".

"Semua orang belajar secara sukarela dan memiliki nilai yang sangat tinggi," kata Bai Mei, instruktur ideologi di universitas itu.

Namun pada kenyataannya, tidak semua orang antusias atas kebijakan universitas. Sejumlah siswa dan pekerja mengeluhkan petinggi universitas yang menghukum mereka jika mendapat skor yang rendah. 

Sementara itu, yang lainnya mengungkapkan kalau para petinggi universitas mengancam akan memotong gaji atau menahan bonus jika para guru tidak rutin menggunakan aplikasi.

Kebanyakan dari mereka menyuarakan keluhan ini secara anonim, beberapa dari mereka mengeluh secara online.

"Fenomena macam apa ini?," tulis seorang pengguna di Weibo, situs media sosial populer di China. "Ya Tuhan, apa yang partai itu lakukan sekarang?"

Para kritikus menilai Xi mengganggu kehidupan pribadi warga China. Pasalnya, para pengguna aplikasi akan dibuat sulit mengabaikan pesan Partai Komunis, serta mereka mendapatkan poin hanya jika sebuah artikel berita sudah dibaca sepenuhnya dan jika pengguna menonton video setidaknya selama tiga menit.

"Anda tidak dapat mengalihkan perhatian dari aplikasi itu," kata Haiqing Yu, profesor yang mempelajari media China di RMIT University di Australia. "Ini semacam bentuk pengawasan digital. Ini membawa kediktatoran digital ke level yang baru."

Study the Great Nation yang dikembangkan oleh Departemen Propaganda milik Partai Komunis dan raksasa teknologi Alibaba, tersedia di toko aplikasi Apple Store serta Google Play Store milik Android.

Tidak jelas seberapa dekat pemerintah memonitor para pengguna Study the Great Nation, tetapi aplikasi itu mengharuskan pengguna mendaftarkan nomor ponsel dan nomor identitas untuk mengakses fitur konferensi video dan obrolan.

Departemen Propaganda dan Alibaba menolak untuk mengomentari hal itu.

Akibat adanya paksaan untuk menggunakan aplikasi ini, industri yang mengembangkan perangkat lunak untuk mengelabui aplikasi telah tumbuh subur di China.

Seorang pria yang membuat perangkat lunak yang dapat mengelabui aplikasi tersebut menyatakan bahwa lebih dari 1.000 pelanggannya menganggap aplikasi itu sebagai beban.

Pemerintah telah bergerak cepat untuk membasmi kecurangan dan membatasi kritik terhadap aplikasi tersebut. Pada Maret, polisi di Jiangxi menangkap seorang pria yang menjual perangkat lunak untuk mengelabui aplikasi dengan harga US$13. Polisi mengatakan pria itu menjalankan bisnis ilegal.

Di Changsha, media setempat memuji Jiang, pemilik toko peralatan memancing, karena skornya yang tinggi di aplikasi tersebut. Dia dan istrinya mengaku terkadang bersama-sama menjawab pertanyaan di aplikasi saat makan malam dengan putra mereka yang berusia 9 tahun.

Veteran itu berkata bahwa pelatihan militernya telah menginspirasi dia untuk mengabdikan dirinya sepenuhnya bagi Study the Great Nation. Dengan menggunakan aplikasi, katanya, dia merasa lebih patriotik.

"Presiden Xi memiliki mimpi kebangkitan besar," katanya. "Ketika pemuda kuat, bangsa itu pun menjadi kuat." (The New York Times)

Berita Lainnya
×
tekid