sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Arab Saudi rombak kabinet, pangeran yang pernah dibui jadi Menlu

Ibrahim Assaf ditugaskan menjadi Menlu Arab Saudi menggantikan Adel al-Jubeir yang telah menjabat sejak 2015.

Khairisa Ferida
Khairisa Ferida Jumat, 28 Des 2018 10:47 WIB
Arab Saudi rombak kabinet, pangeran yang pernah dibui jadi Menlu

Arab Saudi mengumumkan perombakan besar-besaran kabinet, sebuah langkah yang menurut para ahli bertujuan mengonsolidasikan lebih banyak kekuasaan ke tangan Putra Mahkota Mohammed bin Salman (MBS). Sang pangeran berada di pusaran kritik atas keterlibatannya dalam Perang Yaman, hubungannya dengan Israel, dan pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi.

Menurut sejumlah pengamat politik Timur Tengah, perombakan ini menempatkan jabatan penting di kabinet, militer, dan gubernur di tangan anggota keluarga kerajaan yang lebih muda dan sejumlah tokoh lain yang lebih dekat dengan MBS.

Ali Shihabi, pendiri Arabia Foundation, sebuah think tank yang dekat dengan kepemimpinan di Riyadh mengatakan kepada The Independent bahwa MBS tengah mengonsolidasikan kekuatan.

"Tidak hanya kabinet, gubernur-gubernur baru juga sangat dekat dengannya," ungkap Shihabi.

Terlepas dari skandal pembunuhan brutal Khashoggi, seorang penasihat dekat putra mahkota, Turki al-Sheikh, bertahan pada jabatannya sebagai menteri olahraga.

"MBS tidak mengambil langkah mundur," papar Cinzia Bianco, seorang pengamat Arab Saudi di Gulf State Analytics kepada The Independent.

Sementara itu, MBS masih menduduki posisi jabatan krusial, menteri pertahanan, dan akan memimpin dewan urusan politik dan keamanan yang mencakup sejumlah pejabat kunci.

Di antara pejabat baru yang ditunjuk adalah Pangeran Abdullah bin Bandar sebagai kepala Garda Nasional Arab Saudi, serta sejumlah 'generasi ketiga' yang berbagi visi dengan MBS.

Sponsored

Perubahan susunan kabinet menempatkan mantan Menteri Keuangan Ibrahim Assaf ke posisi menteri luar negeri Arab Saudi. Sosoknya terkenal di kalangan elite internasional.

Penempatan Assaf sebagai Menlu Arab Saudi dinilai dramatis, mengingat dia pernah dipecat dan ditahan oleh MBS di Ritz-Carlton Hotel di Riyadh tahun lalu sebagai bagian dari upaya MBS untuk menyingkirkan rival-rivalnya.

"Saya masih tidak percaya kini Assaf menjadi menteri luar negeri. Dia pernah ditahan dan sekarang jadi Menlu pada saat-saat kritis," ujar seorang pengamat yang berbicara secara anonim. "Mereka membutuhkan seseorang yang dapat membantu membersihkan citra kerajaan dan seseorang yang dapat dipercaya negara-negara asing. Assaf adalah pilihan yang sangat menarik karena dia tahu sisi gelap kerajaan, dan mungkin dia akan bekerja lebih baik untuk mewakili mereka."

Pengamat tersebut menambahkan, "Dia diangkat untuk memberikan gravitasi dan pesan bahwa kebijakan luar negeri Arab Saudi kembali ke masa lalunya, lebih matang."

Seorang tokoh yang dekat dengan kepemimpinan Arab Saudi menggambarkan naiknya Assaf sebagai Menlu adalah upaya untuk menyelesaikan 'pekerjaan rumah' kerajaan.

Assaf menggantikan Adel al-Jubeir, yang kerap menjadi juru bicara Arab Saudi terkait kasus pembunuhan Khashoggi. 

Bianco mencatat bahwa terlepas dari apa yang terjadi padanya, Assaf merupakan pendukung lama dari Vision 2030 yang digagas MBS.

"Menteri luar negeri yang baru memang orang lama, namun merupakan salah satu yang mendukung Vision 2030. Anda akan melihat kementerian luar negeri lebih mirip kementerian ekonomi," papar Bianco.

Di bawah kepemimpinan Raja Salman, Arab Saudi telah menghapus sistem pembuatan keputusan secara tradisional yang telah berjalan selama puluhan tahun yang dibangun atas dasar konsensus di antara faksi-faksi keluarga kerajaan. Kekuasaan pun terkonsentrasi di tangan satu orang, MBS.

Setelah tragedi pembunuhan Khashoggi dan kritik Barat atas penanganan Perang Yaman, sejumlah pengamat berharap bahwa Raja Salman akan membatasi gerak-geriknya. Namun, sebagian melihat itu hanyalah harapan kosong. (The Independent)

Caleg Pilihan
Berita Lainnya
×
tekid