AS desak pemimpin kudeta militer Sudan hindari kekerasan
Antony Blinken minta pasukan keamanan Sudan harus menghormati hak asasi manusia.
Amerika Serikat, Jumat (29/10), mendesak para pemimpin kudeta militer Sudan untuk menahan diri dari kekerasan terhadap pengunjuk rasa yang bakal digelar hari ini, Sabtu (30/10), guna menentang pengambilalihan kekuasaan.
"Besok akan menjadi indikasi nyata tentang apa niat militer itu," kata seorang pejabat senior Departemen Luar Negeri saat memberi pengarahan kepada wartawan dengan syarat anonim.
"Kami menyerukan pasukan keamanan untuk menahan diri dari setiap dan semua kekerasan terhadap pengunjuk rasa, dan untuk sepenuhnya menghormati hak warga untuk berdemonstrasi secara damai," lanjut pejabat itu.
Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, memperkuat pesan pejabat itu dalam sebuah postingan di Twitter kemarin. Ia mengatakan pasukan keamanan Sudan harus menghormati hak asasi manusia dan segala kekerasan terhadap demonstran damai tidak dapat diterima.
Washington merasa lega setelah melihat Perdana Menteri Sudan yang digulingkan Abdalla Hamdok diizinkan pulang. Pejabat itu juga menambahkan Hamdok masih dalam tahanan rumah dan tidak dapat melanjutkan pekerjaannya.
Jenderal Sudan Abdel Fattah al-Burhan membubarkan Kabinet Hamdok, dan tentara menangkap menteri-menteri Pemerintah Sudan pada Senin.
Kelompok penentang kudeta telah menyerukan protes massal. Setidaknya 11 pengunjuk rasa tewas dalam bentrokan dengan pasukan keamanan minggu ini, dan penduduk di sana merasa takut akan tindakan kerasan aparat ini.
Kudeta itu telah menggagalkan transisi yang dimaksudkan untuk mengarahkan Sudan ke demokrasi melalui pemilihan umum pada 2023, setelah penguasa lama Omar al-Bashir digulingkan dua tahun lalu.