sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

AS-Korsel tunda latihan militer gabungan

Trump mendesak Kim Jong-un agar melangkah cepat untuk mencapai kesepakatan.

Valerie Dante
Valerie Dante Senin, 18 Nov 2019 09:56 WIB
AS-Korsel tunda latihan militer gabungan

Amerika Serikat dan Korea Selatan pada Minggu (17/11) mengatakan, mereka akan menunda latihan militer gabungan yang akan datang sebagai cara upaya mendorong perdamaian dengan Korea Utara.

Latihan tersebut, yang dikenal sebagai Combined Flying Training Event, akan menyimulasikan skenario pertempuran udara dan melibatkan sejumlah pesawat tempur, baik dari AS dan Korea Selatan.

Walaupun skala dan cakupan latihan-latihan tersebut telah dikurangi dari tahun-tahun sebelumnya, Korea Utara tetap mengecamnya. Latihan militer gabungan tersebut seharusnya dimulai dalam beberapa hari mendatang.

Beberapa jam setelah pengumuman tersebut, Presiden Donald Trump mentwit sebuah pesan langsung yang ditujukan kepada pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un.

Dalam twitnya, Trump meminta Kim Jong-un untuk bertindak cepat demi meraih kesepakatan bersama. Dia juga mengisyaratkan akan ada perundingan lebih lanjut antara kedua pihak.

Pada Kamis (14/11), Korea Utara mengatakan bahwa pihaknya telah menolak tawaran AS untuk menyelenggarakan perundingan lebih lanjut menjelang tenggat akhir tahun yang ditetapkan Pyongyang bagi Washington untuk menunjukkan lebih banyak fleksibilitas dalam negosiasi.

Menteri Pertahanan AS Mark Esper menyebut, militer AS dan Korea Selatan akan tetap berada dalam kondisi siaga tinggi. Dia membantah bahwa keputusan untuk menunda latihan militer gabungan adalah konsesi bagi Korea Utara.

Sponsored

"Saya tidak melihat ini sebagai konsesi. Saya melihat ini sebagai itikad baik ... Untuk mendorong perdamaian," ujar Esper kepada wartawan.

Esprer menyampaikan pernyataannya dalam konferensi pers bersama dengan Menteri Pertahanan Korea Selatan Jeong Kyeong-doo pada pertemuan menteri pertahanan di Bangkok, Thailand.

"Menurut saya, penting untuk memberi banyak ruang bagi diplomat kami demi mencapai kesepakatan terkait denuklirisasi Semenanjung Korea," tambah dia.

Para kritikus di Kongres AS telah menuduh Trump terlalu mudah memberikan konsesi kepada Pyongyang tanpa meminta imbalan yang cukup. Trump membela diri dengan mengatakan dia berhasil menghentikan uji coba rudal balistik antarbenua dan uji coba nuklir Korea Utara, yang secara signifikan menurunkan kekhawatiran potensi perang.

AS desak perundingan kembali dimulai

Pada awal November, seorang diplomat senior Korea Utara mengkritik latihan udara gabungan AS, menilainya sebagai penyebab di balik terhambatnya perundingan denuklirisasi Pyongyang-Washington.

Korea Utara secara konsisten menentang latihan militer gabungan AS-Korea Selatan, memandangnya sebagai langkah menuju invasi.

Namun, masih belum jelas apakah keputusan Washington dapat memulai kembali perundingan dengan Pyongyang. Esper menuturkan, dia berharap Korea Utara akan menanggapi itikad baik AS.

"Kami mendorong Korea Utara untuk menunjukkan niat baik yang sama terkait keputusan mereka untuk melakukan latihan militer dan uji coba senjata," kata dia. "Kami juga mendesak Korea Utara untuk kembali ke meja perundingan tanpa prasyarat atau keraguan."

Selagi negosiasi dengan AS macet, Korea Utara telah sedikit membangkang dengan melakukan serangkaian uji coba rudal. Para ahli memperingatkan bahwa tidak adanya perjanjian kontrol senjata yang konkret memungkinkan Pyongyang untuk terus mengembangkan senjata nuklir.

Serangkaian tes rudal tersebut merupakan upaya militer Korea Utara memodernisasi senjatanya. Selain itu, uji coba tersebut juga menggarisbawahi posisi Pyongyang dalam menghadapi apa yang dinilainya sebagai AS yang semakin agresif.

Pada Minggu, Pyongyang mengatakan bahwa pihaknya telah mencoba menanggapi langkah Washington untuk menunda latihan militer gabungan secara positif. Namun, mereka menganggap resolusi baru-baru ini yang dirilis PBB terkait kondisi HAM di Korea Utara menunjukkan bahwa Negeri Paman Sam tidak memiliki niat untuk melanjutkan perundingan dengan tulus.

Pyongyang menggambarkan kritik PBB terhadap rekam jejak HAM di Korea Utara sebagai produk dari kebijakan AS yang bermusuhan dan ditujukan untuk menjatuhkan rezimnya. Mereka menyebut resolusi itu sebagai provokasi politik Washington.

"Bahkan jika dialog dibuka kembali, isu nuklir tidak akan dibahas sebelum AS menarik kebijakan yang bermusuhan demi meningkatkan hubungan dengan kami," tegas Kementerian Luar Negeri Korea Utara dalam pernyataannya.

Jangan optimistis

Pada pertemuan tiga arah bersama Esper dan Jeong Kyeong-doo di Bangkok, Menteri Pertahanan Jepang Taro Kono memperingatkan agar seluruh pihak menurunkan optimisme dan menyerukan ketiga negara untuk memastikan kesiapan militer.

"Tidak ada yang optimistis tentang Korea Utara," kata Kono. "Pyongyang telah berulang kali meluncurkan lebih dari 20 rudal pada tahun ini, termasuk rudal balistik jenis baru dan rudal balistik yang diluncurkan kapal selam."

Seoul dan Washington tidak menganggap Combined Flying Training Event sebagai latihan militer gabungan yang besar.

Latihan tersebut sudah dikurangi sejak 2017. Pada saat itu, latihan militer mencakup 230 pesawat tempur, termasuk enam pesawat tempur siluman F-22 Raptor dan sekitar 12.000 tentara AS.

Ketika ditanya kapan AS dan Korea Selatan akan mengadakan latihan militer gabungan yang ditunda itu, Jeong Kyeong-doo tidak menyebutkan tanggal yang pasti. Dia mengatakan keputusan itu akan diumumkan setelah berkoordinasi dengan Washington.

Sumber : Reuters

Berita Lainnya
×
tekid