sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

AS memulai produksi suku cadang untuk rudal jelajah baru

Langkah AS itu diambil setelah mereka menarik diri dari INF yang disepakatinya bersama dengan Rusia.

Khairisa Ferida
Khairisa Ferida Rabu, 13 Mar 2019 19:35 WIB
AS memulai produksi suku cadang untuk rudal jelajah baru

Pentagon mengonfirmasi bahwa Amerika Serikat telah memulai produksi suku cadang untuk rudal jelajah baru yang diluncurkan di darat. Langkah ini diambil setelah AS menarik diri dari Traktat Angkatan Nuklir Jangka Menengah (INF) yang disepakatinya bersama dengan Rusia.

Pemerintahan Donald Trump pada 1 Februari menyatakan bahwa mereka tidak lagi terikat oleh INF dan akan mundur sepenuhnya pada Agustus. Alasan AS adalah Rusia melanggar perjanjian dengan menempatkan rudal baru.

Menyusul keputusan AS, Presiden Vladimir Putin telah menangguhkan partisipasi Rusia. Itu berarti Rusia menangguhkan kewajibannya di bawah INF hingga AS benar-benar mundur sepenuhnya.

Juru bicara Pentagon Michelle Baldanza mengatakan pada Senin (11/3) bahwa fabrikasi telah dimulai pada komponen-komponen untuk rudal jelajah peluncur darat. Untuk pertama kali informasi ini dilaporkan oleh Aviation Week.

Baldanza menuturkan, merespons pelanggaran Rusia terhadap perjanjian tersebut, Kementerian Pertahanan AS memulai penelitian dan pengembangan yang sesuai dengan konsep-konsep non-nuklir pada akhir 2017. Dia menekankan bahwa karena AS sebelumnya menaati INF maka penelitian berada pada tahap awal, namun karena sekarang AS tidak lagi terikat dengan INF mereka bergerak maju dengan upaya pembangunan.

"Penelitian dan pengembangan ini dirancang untuk dapat dibalik, jika Rusia kembali ke kepatuhan penuh dan dapat diverifikasi sebelum kami menarik diri dari perjanjian pada Agustus 2019," kata Baldanza.

Selama beberapa tahun terakhir, Rusia membantah mengembangkan rudal jarak menengah 9M729. Tetapi, setelah dibuktikan oleh intelijen AS tentang keberadaannya, mereka mengklaim bahwa jangkauannya tepat di bawah 500 km yang dilarang di bawah INF.

Tetap saja, argumen itu tidak diterima oleh NATO yang menyalahkan Rusia atas berakhirnya INF.

Sponsored

Thomas Countryman, mantan asisten menteri luar negeri untuk keamanan internasional dan nonproliferasi mengatakan dirinya kecewa karena Eropa tidak memberikan tekanan lebih pada Rusia atas pengembangan rudalnya sebelum AS menarik diri dari INF.

"Tetapi belum terlambat bagi Eropa untuk membuat proposal yang menyarankan skenario pasca-INF," kata Countryman.

Dia menambahkan bahwa dapat dibuat perjanjian untuk tidak menempatkan rudal Rusia dan AS di Eropa atau tidak memproduksi rudal jarak menengah baru yang mampu membawa hulu ledak nuklir.

Sergey Rogov, direktur institut untuk AS dan Kanada di Russian Academy of Sciences mengatakan bahwa kembalinya rudal jarak menengah ke Eropa akan menciptakan situasi yang jauh lebih berbahaya dibanding kebuntuan nuklir pada 1980-an.

"Jika rudal baru AS dikerahkan di negara-negara Baltik atau Polandia, waktu terbang mereka ke Rusia adalah tiga atau empat menit," kata Rogov dalam  Carnegie International Nuclear Policy Conference di Washington.

Rogov menambahkan bahwa itu akan membuat sistem peringatan dini Rusia bereaksi berlebihan, memaksa Negeri Beruang Merah bergantung pada serangan preemptive atau kembali ke sistem pertahanan perang dingin Perimeter yang juga dikenal sebagai "Dead Hand". 

Rogor mengatakan bahwa pada Oktober lalu dia telah diyakinkan oleh penasihat keamanan nasional AS John Bolton bahwa penarikan diri dari INF tidak menandai niat bermusuhan terhadap Rusia. Namun, Bolton tidak dapat menjamin rudal AS tidak akan dikerahkan dekat dengan perbatasan Rusia.

"Saya dikejutkan oleh keputusan cepat untuk memulai pekerjaan pembangunan rudal. Dan ini terjadi tanpa perjanjian yang mengikat secara hukum sehingga kita bisa ketiban kekacauan total," imbuhnya. (The Guardian dan Sputnik)

Caleg Pilihan
Berita Lainnya
×
tekid