sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

AS mengkhawatirkan perilaku abnormal satelit Rusia

Diplomat AS secara tersirat menyebutkan bahwa satelit Rusia yang berperilaku abnormal bisa saja merupakan sebuah senjata.

Khairisa Ferida
Khairisa Ferida Kamis, 16 Agst 2018 13:50 WIB
AS mengkhawatirkan perilaku abnormal satelit Rusia

Amerika Serikat (AS) menyuarakan keprihatinan dan mengklaim terdapat ancaman yang sangat nyata terkait dengan perilaku abnormal satelit Rusia.  

Menurut Asisten Menteri Luar Negeri AS untuk Kontrol, Verifikasi, dan Kepatuhan Senjata Yleem Marie Sarmiento de Poblete, satelit milik Rusia yang diluncurkan pada Oktober 2017 telah menunjukkan perilaku "tidak konsisten" dengan jenis satelit yang sebelumnya diungkap Rusia.

Tanpa menyebutnya secara langsung, Poblete menyiratkan bahwa objek itu bisa saja merupakan sebuah senjata. Namun, dia mengakui pihaknya tidak dapat mengetahui dengan pasti.

"Kami tidak tahu pasti apa itu dan tidak ada cara untuk memverifikasinya," terang Poblete pada Rabu (15/8) saat berbicara di Konferensi Perlucutan Senjata di Jenewa, Swiss seperti dikutip dari ABC News, Kamis (16/8).

Dalam kesempatan tersebut, Poblete menyuarakan "keprihatinan serius" AS tentang kebijakan Rusia untuk meluncurkan senjata di angkasa luar, terutama senjata antisatelit yang dapat menargetkan satelit yang diandalkan AS untuk kepentingan bisnis, ilmiah, dan militer.

Poblete mengutip pernyataan baru-baru ini dari sejumlah pejabat tinggi Rusia, termasuk Presiden Vladimir Putin tentang pengembangan senjata di ruang angkasa. Pada Maret lalu, Putin memperkenalkan mobile laser system yang dapat menembak jatuh satelit.

Rusia membantah bahwa satelit itu adalah senjata. Seorang diplomat senior Rusia di Jenewa mengatakan kepada Reuters bahwa ini adalah "tuduhan tak berdasar dan fitnahan yang sama berdasarkan kecurigaan, pada anggapan dan sebagainya." 

Sebaliknya, diplomat tersebut meminta AS untuk membuat "kontribusi konstruktif" untuk memperbaiki perjanjian yang didukung oleh Rusia dan Cina yang melarang senjata di luar angkasa.

Sponsored

Dokumen yang dimaksud diplomat itu, Pencegahan Penempatan Senjata di Luar Angkasa atau PPWT, telah bertahun-tahun ditentang oleh AS. Pada tahun 2014, pemerintahan Barack Obama menyebut dokumen itu "pada dasarnya cacat". 

Menurut AS, dokumen itu memungkinkan terlalu banyak celah dan terlalu sedikit inspeksi hingga memberikan perlindungan kepada negara-negara seperti Rusia dan China untuk melakukan hal yang sebenarnya sedang berusaha untuk dicegah, mengirim senjata ke ruang angkasa.

Ada pun Poblete lebih lanjut mengatakan bahwa inspeksi senjata internasional di ruang angkasa hampir tidak mungkin. Satu-satunya yang bisa dilakukan hanya mengamati perilaku satelit negara lain. Tetapi karena "kami tidak memiliki cara membedakan banyak objek dari perilaku senjata," kata Poblete, "Kontrol senjata luar angkasa tidak dapat diverifikasi."

Diplomat tertinggi AS untuk pengawasan senjata itu juga memperingatkan bahwa Rusia "secara rutin melanggar komitmen internasionalnya" pada pengendalian senjata dan tidak dapat dipercaya.

Pekan lalu, Wakil Presiden AS Mike Pence dan Menteri Pertahanan James Mattis bahwa pemerintahan Donald Trump berencana untuk membentuk Komando Angkasa Luar, komando tempur baru yang berfokus pada ruang angkasa sebagai domain perang, yang dipimpin oleh seorang jenderal bintang empat. 

Saat ini, AS memiliki Komando Angkasa Luar yang dipimpin jenderal bintang tiga berada di bawah Angkatan Udara berkantor pusat di Pangkalan Angkatan Udara Peterson di Colorado dan bertanggung jawab atas 30.000 personel di seluruh dunia.

Pembentukan cabang militer baru bagaimanapun membutuhkan persetujuan Kongres dan pemerintah mengatakan akan mengajukan itu sebagai bagian dari permintaan anggaran 2020.

Dalam pidatonya pekan lalu, Wapres Pence tidak hanya menyinggung soal Rusia, namun juga China. 

"Baik China dan Rusia telah melakukan kegiatan 'on-orbit' yang sangat canggih yang memungkinkan mereka mengarahkan satelit mereka ke dekat kita, menimbulkan bahaya baru yang belum pernah terjadi pada sistem ruang angkasa kita," kata Pence. "Kedua negara juga melakukan investasi besar-besaran dalam rudal hipersonik yang dirancang untuk terbang hingga 5 mil per detik dan pada ketinggian yang rendah sehingga dapat menghindari deteksi radar pertahanan rudal kita. Bahkan, China mengklaim sukses melakukan uji coba perdana sebuah kendaraan hipersonik minggu lalu. "

Pence menambahkan bahwa AS "akan selalu mencari perdamaian, di ruang angkasa maupun di bumi."

Berita Lainnya
×
tekid