sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

AS minta akses ke kamp interniran di Xinjiang

Dubes AS untuk Kebebasan Beragama Sam Brownback meminta China untuk mengakhiri persekusi agama di Xinjiang.

Khairisa Ferida
Khairisa Ferida Jumat, 08 Mar 2019 14:33 WIB
AS minta akses ke kamp interniran di Xinjiang

Duta Besar Amerika Serikat untuk Kebebasan Beragama Sam Brownback pada Jumat (8/3) meminta China untuk mengakhiri persekusi agama. Brownback juga menginginkan akses ke kamp-kamp interniran di Xinjiang.

Menggunakan kata-kata yang keras saat berpidato di Hong Kong, Brownback menyatakan bahwa Tiongkok mengobarkan perang dengan iman dan dia menekankan bahwa Beijing perlu menghormati hak dasar untuk beribadah. 

"Ini adalah perang yang tidak akan mereka menangkan," kata Brownback kepada audiensi di Klub Koresponden Asing Hong Kong. "Partai Komunis harus mendengar tangisan rakyatnya atas kebebasan beragama dan bertindak untuk memperbaiki kesalahannya."

Menyinggung masalah kamp interniran bagi muslim di Xinjiang, Brownback bicara soal sejumlah pelanggaran hak termasuk penyiksaan, indoktrinasi politik dan kerja paksa. Kamp-kamp tersebut dikabarkan menampung lebih dari satu juta etnis Uighur dan warga minoritas muslim lainnya.

"Pemerintahan Trump sangat prihatin dan menganggap penindasan ini sebagai upaya yang disengaja oleh Beijing untuk mendefinisikan dan mengontrol ulang identitas, budaya, dan keyakinan kelompok muslim minoritas ini," ungkap Brownback.

Brownback menolak mengatakan apakah AS saat ini menimbang kebijakan baru atau sanksi terhadap China atas dugaan tindakan keras di Xinjiang, termasuk sanksi terkait HAM terhadap ketua Partai Komunis wilayah itu, Chen Quanguo. Tetapi, dia mengulangi permintaan untuk mengunjungi kamp-kamp yang oleh China disebut sebagai kamp pendidikan ulang.

"Saya ingin memiliki kesempatan untuk berkunjung, tetapi bukan untuk diberikan pertunjukan. Saya ingin masuk ke kamp langsung dan berbicara dengan banyak orang, mewawancarai mereka dengan bebas," tegas Brownback.

Beralih ke isu umat Katolik di China, Brownback menegaskan bahwa penandatanganan perjanjian penting terkait mekanisme penunjukan uskup di Tiongkok dengan Vatikan 

Sponsored

"Sejak kesepakatan sementara itu diumumkan tahun lalu, penyalahgunaan pemerintah China terhadap anggota komunitas Katolik terus berlanjut. Kami tidak melihat tanda-tanda yang akan berubah dalam waktu dekat," jelas Brownback.

Dia mencatat bahwa Hong Kong, bekas koloni Inggris yang kembali ke pemerintahan China pada 1997, dengan aturan hukum yang kuat dan keragaman agama dapat menjadi conton bagi China untuk diikuti di masa depan.

"Gerbang kebebasan beragama akan terbang tinggi di Tiongkok dan tirai besi penganiayaan agama akan turun. Pemerintah China saat ini berada di sisi sejarah yang salah," imbuh mantan senator itu.

Sumber : Reuters

Berita Lainnya
×
tekid