sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Diduga picu trombosis, AS tangguhkan penggunaan vaksin Johnson & Johnson

Penangguhan dilakukan setelah 6 wanita di bawah 50 tahun menderita pembekuan darah usai disuntik vaksin Covid-19 Johnson & Johnson.

Valerie Dante
Valerie Dante Rabu, 14 Apr 2021 15:09 WIB
Diduga picu trombosis, AS tangguhkan penggunaan vaksin Johnson & Johnson

Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) pada Selasa (13/4) merekomendasikan penghentian penggunaan vaksin Covid-19 milik Johnson & Johnson selama beberapa hari.

Keputusan tersebut diambil setelah enam wanita di bawah 50 tahun dilaporkan menderita pembekuan darah atau trombosis setelah disuntik vaksin itu.

Johnson & Johnson mengatakan, mereka akan menunda peluncuran vaksin ke Eropa, seminggu setelah regulator obat-obatan blok tersebut akan meninjau kasus pembekuan darah langka di AS. Afrika Selatan juga menangguhkan penggunaan vaksin Johnson & Johnson.

Penjabat Komisioner FDA, Janet Woodcock, memaparkan, pihaknya menyarankan penangguhan hanya berlangsung selama beberapa hari dengan tujuan memberikan informasi kepada penyedia layanan kesehatan tentang cara mendiagnosis dan mengobati pembekuan darah.

Langkah tersebut dilakukan setelah regulator Eropa pada awal April mengatakan, telah menemukan kemungkinan hubungan antara vaksin Covid-19 milik AstraZeneca dan masalah trombosis serupa yang menyebabkan beberapa orang meninggal. 

Seorang pejabat FDA, Peter Marks, menilai, kasus Johnson & Johnson sangat jelas mirip dengan kasus AstraZeneca. Dia mengatakan, tidak ada kasus pembekuan darah serupa yang dilaporkan penerima vaksin Moderna atau Pfizer-BioNTech.

Meski demikian, suntikan dosis tunggal Johnson & Johnson dan vaksin murah AstraZeneca dipandang sebagai senjata vital dalam perang melawan pandemi yang telah merenggut lebih dari tiga juta jiwa di seluruh dunia.

Pakar imunologi menggemakan pejabat AS dalam menggarisbawahi risiko yang ditimbulkan vaksin Johnson & Johnson tampak sangat rendah.

Sponsored

"Bahkan jika dikaitkan dengan vaksin, enam kasus dengan sekitar tujuh juta dosis ... bukanlah sesuatu yang perlu dikhawatirkan," kata Amesh Adalja, pakar penyakit menular di Pusat Keamanan Kesehatan Johns Hopkins di Baltimore.

Dia pun prihatian dengan keputusan penangguhan tersebut karena dapat meningkatkan keraguan masyarakat divaksinasi.

Sebuah komite penasihat untuk Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) akan menggelar pertemuan pada Rabu (14/4) untuk meninjau kasus pembekuan dan memberikan suara atas rekomendasi penggunaan suntikan di masa depan. FDA kemudian bakal meninjau analisis tersebut.

Keenam kasus trombosis yang dilaporkan melibatkan wanita berusia antara 18-48 tahun dengan gejala yang muncul enam hingga 13 hari setelah menerima vaksin. 

Johnson & Johnson sendiri merilis pernyataan yang menjelaskan, pihaknya bekerja sama dengan regulator dan mencatat tidak ada hubungan sebab-akibat yang jelas antara pembekuan darah dan vaksinnya. (Channel News Asia)

Sumber : Channel News Asia

Berita Lainnya
×
tekid