AS: Turki bisa akhiri krisis mata uang dengan membebaskan pastor Brunson

Penasihat keamanan nasional Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menegaskan bahwa Turki dapat mengakhiri krisis mata uangnya "seketika" dengan membebaskan pastor asal AS yang mereka tahan, Andrew Brunson. Infus uang tunai dari Qatar disebutnya tidak akan membantu perekonomian Ankara.

Mata uang Turki terjun bebas sejak Washington memerintahkan peningkatan tarif atas baja dan aluminium sebagai balasan atas penahanan Brunson. Pria itu dituding terlibat dalam kudeta untuk menjatuhkan Presiden Recep Tayyip Erdogan pada tahun 2016.

Brunson sendiri telah menyangkal melakukan kesalahan. Pastor yang sudah tinggal di Turki selama dua dekade itu telah ditahan selama 21 bulan atas dakwaan terorisme. Saat ini, Brunson berstatus tahanan rumah.

"Pemerintah Turki membuat kesalahan besar dengan tidak melepaskan pastor Brunson," ujar John Bolton, penasihat keamanan nasional Trump selama lawatannya ke Israel.

"Setiap hari kesalahan itu terus berlanjut, krisis ini bisa berakhir seketika jika mereka melakukan hal yang benar sebagai sekutu NATO, bagian dari Barat, dan membebaskan pastor Brunson tanpa syarat."

Bantuan Qatar

Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani bulan ini menyetujui paket proyek ekonomi, termasuk janji dukungan senilai US$15 miliar bagi Turki. Langkah itu menaikkan lira yang kehilangan sekitar 37% dari nilainya tahun ini.

Bolton skeptis tentang intervensi Qatar di Turki. Di lain sisi, Qatar sendiri memiliki perseteruan dengan sekutu AS lainnya di Timur Tengah, seperti Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan Mesir.

"Saya rasa apa yang mereka janjikan sama sekali tidak cukup berdampak pada perekonomian Turki. Ini tentu tidak membantu tapi kami benar-benar akan melihat perkembangan dari janji mereka (Qatar)," tutur Bolton.

Kekhawatiran pengaruh Erdogan atas kebijakan moneter dan perselisihan Ankara-Washington memicu lira kehilangan nilainya tahun ini. Sementara, pekan lalu pengadilan di provinsi Izmir telah menolak banding untuk pembebasan Brunson. 

Sumber: Al Jazeera