sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Aung San Suu Kyi klaim Myanmar bebas coronavirus

Jubir pemerintah Myanmar Zaw Htay mengklaim bahwa gaya hidup dan pola makan sehat telah melindungi rakyat di negara itu.

Valerie Dante
Valerie Dante Rabu, 18 Mar 2020 13:59 WIB
Aung San Suu Kyi klaim Myanmar bebas coronavirus

Myanmar yang berbatasan dengan sumber pandemi coronavirus jenis baru, China, hingga kini belum melaporkan satu kasus pun. Di China sendiri telah lebih dari 80.800 orang terinfeksi.

"Hingga saat ini, tidak ada seorang pun di negara kami yang terinfeksi Covid-19," kata pemimpin de facto Myanmar Aung San Suu Kyii dalam pidato yang disiarkan televisi pada Senin (16/3).

Dia meminta publik untuk bersatu di balik upaya pemerintah memerangi pandemi yang telah merebak ke hampir 150 negara tersebut.

"Saya ingin menekankan bahwa komponen utama untuk mengurangi risiko penyebaran coronavirus adalah masyarakat," jelas dia. "Tidak peduli seberapa baik kebijakan pemerintah, agar efektif, kami membutuhkan masyarakat yang kooperatif."

Suu Kyi mengatakan pemerintah Myanmar akan membuka donasi publik untuk memerangi coronavirus jenis baru.

"Saya mendesak mereka yang ingin menyumbang untuk memberi sebanyak yang kalian bisa," sambung dia.

Tetangga Myanmar di Barat, India, telah mengonfirmasi 143 kasus infeksi dan Bangladesh mencatat 10 kasus. Sementara itu tetangga Myanmar di selatan, Thailand, sejauh ini mendeteksi 177 kasus positif coronavirus jenis baru.

Mencoba menjelaskan anomali tersebut, juru bicara pemerintah Myanmar Zaw Htay mengklaim bahwa gaya hidup dan pola makan sehat rakyat negara itu telah melindungi mereka dari penyakit menular. Sejauh ini belum ada bukti yang menunjukkan bahwa pola makan yang sehat dapat menghentikan penyebaran coronavirus.

Sponsored

Sejumlah kritikus mengkhawatirkan pernyataan Zaw mencerminkan sikap negara yang meremehkan dampak coronavirus jenis baru.

"Pernyataan tidak bertanggung jawab seperti itu berbenturan dengan fakta ilmiah terkait Covid-29, menentang kenyataan, dan hanya memberikan rasa aman palsu bagi penduduk Myanmar," tutur Wakil Direktur Asia Human Rights Watch (HRW) Phil Robertson.

Robertson menyebut, kurangnya perhatian publik dan pemerintah telah memicu spekulasi bahwa negara tidak menanggapi krisis kesehatan global tersebut secara serius.

Menurut keterangan Kementerian Kesehatan Myanmar, 10 pasien kini berada dalam karantina dan sedang menunggu hasil tes kesehatan. Dua warga Myanmar yang baru-baru ini berkunjung ke Jerman dan Thailand termasuk di antara 10 pasien yang dikarantina.

Kemenkes Myanmar menyebut, secara total mereka telah menguji lebih dari 100 orang dan semua hasilnya negatif.

"Sampai sekarang, seluruh hasil tes Covid-19 adalah negatif. Mereka yang sudah diuji dalam keadaan sehat," tutur Wakil Direktur Unit Epidemiologi Pusat Kemenkes Myanmar Khin Khin Gyi.

Aung Aung, seorang ahli bedah di rumah sakit umum di Kota Mandalay, menilai bahwa otoritas kesehatan Myanmar tidak memiliki teknologi memadai untuk mendeteksi infeksi di dalam negeri.

"Menurut saya, Myanmar tidak memiliki teknologi modern yang dapat mendeteksi apakah virus itu ada di sini atau tidak," ujar dia.

Meski belum mencatat satu pun kasus, pihak berwenang Myanmar telah menangguhkan semua pertemuan publik besar, termasuk Festival Thingyan pada April yang merupakan hari libur tahunan terbesar di negara itu. (The Guardian dan Myanmar Times)

Berita Lainnya
×
tekid