sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Badan obat UE: Trombosis efek samping vaksin AstraZeneca

Sekitar 79 orang menderita pembekuan darah setelah vaksinasi pada akhir Maret di Inggris, 19 di antaranya meninggal.

Valerie Dante
Valerie Dante Kamis, 08 Apr 2021 15:09 WIB
Badan obat UE: Trombosis efek samping vaksin AstraZeneca

Regulator obat-obatan Uni Eropa, European Medicines Agency (EMA), mengatakan, pembekuan darah atau trombosis yang tidak biasa harus dicantumkan sebagai efek samping yang sangat langka dari vaksin Covid-19 milik AstraZeneca.

Setelah studi yang mengamati 86 kasus di Eropa, EMA menyimpulkan bahwa manfaat vaksin AstraZeneca melebihi risikonya.

Sebagian besar dari 86 kasus trombosis yang diteliti di Wilayah Ekonomi Eropa (Uni Eropa, Islandia, Norwegia, dan Liechtenstein) hingga 22 Maret terjadi pada wanita di bawah 60 tahun. Delapan belas kasus berakibat fatal.

EMA menyimpulkan, ada kemungkinan kasus pembekuan darah yang sangat jarang dikombinasikan dengan rendahnya tingkat trombosit darah yang terjadi dalam dua minggu, setelah menerima suntikan AstraZeneca.

Regulator obat itu tidak dapat menentukan faktor risiko spesifik seperti usia atau jenis kelamin, tetapi sebagian besar kasus pembekuan darah terjadi pada wanita di bawah 60 tahun.

Direktur Eksekutif EMA Emer Cooke mengatakan, tidak ada bukti yang tersedia tentang faktor risiko spesifik seperti usia, jenis kelamin, atau riwayat medis gangguan pembekuan darah sebelumnya.

"Komite keamanan kami telah mengonfirmasikan bahwa manfaat vaksin AstraZeneca dalam mencegah Covid-19 secara keseluruhan lebih besar daripada risiko efek sampingnya," jelas Cooke. "Vaksin ini telah terbukti sangat efektif dalam mencegah penyakit parah dan rawat inap, dan menyelamatkan nyawa," jelas dia lagi.

Cooke menjelaskan, penjelasan yang masuk akal untuk efek samping yang langka ini adalah respons kekebalan tubuh terhadap vaksin.

Sponsored

Secara terpisah, badan penasehat vaksin Inggris mengatakan, warga di bawah 30 tahun akan ditawarkan menerima vaksin alternatif selain AstraZeneca. Hal ini demi mencegah risiko terjadinya trombosis. 

Sekitar 79 orang menderita pembekuan darah setelah vaksinasi pada akhir Maret di Inggris, 19 di antaranya meninggal.

Panel keamanan penasehat vaksin dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Rabu menyebut bahwa meskipun kaitan kasus pembekuan darah masuk akal, tetapi hal itu tetap belum dapat dikonfirmasi dan kasusnya sangat jarang di antara 200 juta orang yang divaksinasi dengan AstraZeneca secara global.

Lebih dari 132 juta kasus infeksi Covid-19 telah tercatat di seluruh dunia, bersama dengan lebih dari 2,8 juta kematian.

AstraZeneca sendiri menuturkan bahwa studinya tidak menemukan hubungan sebab akibat dengan pembekuan darah.

Setelah pertemuan virtual para menteri kesehatan Uni Eropa pada Rabu untuk membahas temuan terbaru EMA, Komisaris Eropa untuk Kesehatan Stella Kyriakides mengatakan bahwa keputusan negara-negara anggota harus didasarkan pada temuan dan penilaian risiko.

"Saya hari ini meminta para menteri kesehatan untuk mengikuti pendekatan terkoordinasi di seluruh Eropa untuk meningkatkan kepercayaan publik," jelasnya.

Namun, sebelumnya Belgia mengumumkan akan membatasi penggunaan vaksin AstraZeneca hanya bagi mereka yang berusia 56 tahun ke atas.

Selain itu, Italia merekomendasikan untuk menggunakan AstraZeneca hanya bagi warga yang berusia di atas 60 tahun.

Spanyol mengambil langkah serupa dengan membatasi penggunaan AstraZeneca hanya bagi warga yang berusia antara 60-64 tahun.

Prancis menganjurkan agar vaksinasi AstraZeneca diberikan hanya kepada mereka yang berusia 55 tahun atau lebih.

Jerman juga mengatakan mereka yang berusia di bawah 60 tahun yang telah menerima suntikan dosis pertama AstraZeneca kini akan mendapatkan suntikan kedua dari vaksin yang berbeda.

Sumber : BBC

Berita Lainnya
×
tekid