sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Banyak perempuan di Singapura memilih tetap melajang, ini alasannya

Sebuah laporan tahunan menunjukkan bahwa terjadi peningkatan jumlah wanita yang melajang pada semua tingkatan umur di Singapura.

Soraya Novika
Soraya Novika Jumat, 28 Sep 2018 18:09 WIB
Banyak perempuan di Singapura memilih tetap melajang, ini alasannya

Unit kerja di bawah kantor perdana menteri Singapura pada Kamis (27/9) merilis sebuah laporan tahunan Population in Brief yang menunjukkan bahwa terjadi peningkatan atas jumlah wanita Singapura yang memilih tetap melajang pada semua tingkatan umur.

Peningkatan ini paling terlihat di antara wanita berusia 25 hingga 29 tahun, di mana proporsi lajang naik dari sekitar 60,9% pada 2007 menjadi 68,1% pada 2017.

Proporsi di antara wanita berusia 30 hingga 34 tahun yang memilih tetap melajang naik 3,9 poin menjadi 32,8%. Sementara, usia 40-44 tahun meningkat sebanyak 3,8 poin menjadi 18,1%.

Menurut ahli, alasan utama perempuan memilih tetap melajang adalah mereka tidak lagi harus menikah demi bertahan secara ekonomi.

"Seperti 100 negara lainnya di dunia, perempuan Singapura lebih banyak menempuh pendidikan tinggi ketimbang pria. Menikah bukan lagi kebutuhan," ucap Direktur Pusat Penelitian Keluarga dan Populasi Singapura Jean Yeung. 

Faktor lain yang berpengaruh adalah karena banyaknya kasus di mana perempuan tidak akan mendapat promosi jabatan atau posisi tinggi jika menjadi seorang ibu. Tingginya biaya pernikahan turut pula menjadi faktor yang membuat tingginya angka perempuan yang melajang.

Laporan tahunan tersebut dikeluarkan karena tingkat kesuburan total di Singapura saat ini mencapai titik terendahnya dalam tujuh tahun belakangan, sementara populasi yang ada kian menua.

Tingkat kesuburan penduduk turun dari 1,20% pada 2016 menjadi 1,16% tahun 2017. Agar populasi dapat menggantikan dirinya sendiri tanpa imigrasi, setiap wanita diwajibkan memiliki rata-rata dua anak dari pernikahannya.

Sponsored

Unit kerja di bawah kantor Perdana Menteri Singapura mengaitkan penurunan ini dengan kelompok pemuda Singapura berusia 19 hingga 29 tahun yang memiliki tingkat kesuburan paling tinggi namun belum memiliki anak.

Dengan meningkatkan harapan hidup dan tingkat kesuburan yang rendah, proporsi populasi penduduk berusia 65 tahun ke atas justru meningkat. 

Peningkatan populasi lansia ini menjadi lebih massif dibanding dengan satu dekade lalu yang hanya berada pada poin 9,4% dari total penduduk. Antara 2017 dan 2018, proporsi lansia meningkat dari 14,4% menjadi 15,2%. 

Secara menyeluruh, jumlah penduduk Singapura mencapai 5,64 juta jiwa pada Juni 2017. Itu terdiri dari 3,97 juta penduduk permanen dan 1,65 juta penduduk non-permanen. (Asia One dan The Steet Times)

Berita Lainnya
×
tekid