sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Adik PM Inggris mundur sebagai menteri dan anggota parlemen

Jo Johnson merupakan anggota parlemen yang mewakili Orpington. Dia juga menjabat sebagai menteri di Departemen Bisnis dan Pendidikan.

Khairisa Ferida
Khairisa Ferida Jumat, 06 Sep 2019 11:27 WIB
Adik PM Inggris mundur sebagai menteri dan anggota parlemen

Jo Johnson, adik dari Perdana Menteri Inggris Boris Johnson, mengundurkan diri sebagai anggota parlemen dan menteri di Departemen Bisnis dan Pendidikan. Jo mengatakan dirinya berada di persimpangan antara kesetiaan terhadap keluarga dan kepentingan nasional.

Pria berusia 47 tahun itu sebelumnya berada di kubu "Remain" dalam referendum 2016, sementara sang kakak memimpin kampanye "Leave".

Pengunduran diri Jo datang menyusul pemecatan 21 anggota Partai Konservatif pekan ini karena mereka mendukung langkah-langkah untuk mencegah no-deal Brexit.

"Merupakan suatu kehormatan untuk mewakil Orpington selama 9 tahun & untuk melayani sebagai menteri di bawah tiga PM. Dalam beberapa pekan terakhir saya telah berada di persimpangan antara kesetiaan terhadap keluarga dan kepentingan nasional - ini merupakan ketegangan yang tidak terselesaikan dan waktunya bagi yang lain untuk menjalankan peran saya sebagai anggota parlemen dan menteri," twit Jo.

Berbicara di sebuah acara di Yorkshire Barat, Boris menyebut adiknya sebagai pria yang luar biasa dan menteri yang brilian. "Namun, dia memiliki pendekatan yang berbeda dengan saya tentang Uni Eropa."

Tahun lalu, Jo, juga mundur dari kabinet sebagai protes atas kesepakatan Brexit Theresa May dengan Uni Eropa. Namun, dia masuk kembali ke kabinet setelah Boris menduduki kursi PM.

Pengunduran diri Jo juga datang ketika pemerintah mengumumkan akan memberikan parlemen kesempatan lain pada Senin (9/9) untuk memutuskan soal penyelenggaran pemilu lebih awal. Hal ini disampaikan pemerintah setelah pada Rabu (4/9), House of Commons atau Dewan Rakyat menolak rencana Boris untuk menggelar pemilu lebih awal pada 15 Oktober.

Sponsored

Boris berpendapat bahwa penyelenggaran pemilu lebih awal adalah satu-satunya cara untuk menggerakkan Brexit.

Seorang juru bicara Downing Street menuturkan, "Perdana menteri, baik sebagai politikus dan saudara, memahami bahwa hal ini tidak akan mudah bagi Jo."

David Gauke, salah seorang mantan menteri, mentwit, "Banyak anggota parlemen harus bergulat dengan loyalitas yang saling bertentangan dalam beberapa pekan terakhir. Tidak terkecuali Jo. Ini merupakan kerugian besar bagi parlemen, pemerintah dan Partai Konservatif."

Politikus Partai Buruh Angela Rayner menuturkan, "Boris Johnson menimbulkan ancaman yang bahkan membuat saudaranya sendiri tidak percaya kepadanya."

Sementara itu, pemimpin Partai Brexit Nigel Farage mengatakan bahwa pengunduran diri Jo menunjukkan, pusat gravitasi di Partai Konservatif berubah dengan cepat.

Rachel Johnson, saudara Boris dan Jo, mentwit bahwa keluarga mereka menghindari topik Brexit, terutama saat makan. "Kami tidak ingin mengeroyok PM."

Boris menekankan bahwa dia lebih baik mati di selokan daripada meminta Uni Eropa menunda Brexit setelah 31 Oktober. Namun, Boris menolak mengonfirmasi apakah dia akan mundur jika penundaan terjadi.

Berulang kali, Boris telah mengatakan, dia siap untuk membawa Inggris bercerai dari Uni Eropa meski tanpa kesepakatan. Di lain sisi, Partai Buruh menyebutkan bahwa menghentikan no-deal Brexit adalah prioritasnya.

Sumber : BBC

Berita Lainnya
×
tekid