sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Bom bunuh diri Taliban, 16 orang tewas dan 119 terluka

Serangan dilakukan setelah utusan AS mengatakan pihaknya dan Taliban pada prinsipnya telah mencapai kesepakatan untuk mengakhiri perang.

Valerie Dante
Valerie Dante Selasa, 03 Sep 2019 16:59 WIB
Bom bunuh diri Taliban, 16 orang tewas dan 119 terluka

Sebanyak 16 orang tewas dan 119 lainnya terluka akibat bom bunuh diri Taliban di Kabul, Afghanistan, pada Senin (1/9). Informasi tersebut disampaikan oleh seorang pejabat pemerintah pada Selasa (3/9).

Pada Senin malam, Taliban meledakkan traktor berisi bahan peledak di dekat Green Village, kompleks perumahan yang menampung sejumlah organisasi internasional yang kerap menjadi sasaran penyerangan.

Taliban melakukan serangan itu setelah utusan Amerika Serikat mengatakan kedua pihak pada prinsipnya telah mencapai kesepakatan untuk mengakhiri perang yang berlangsung selama 18 tahun terakhir.

Kesepakatan itu mencakup penarikan 5.000 tentara AS dari lima pangkalan militer di Afghanistan dalam 135 hari setelah perjanjian disepakati. Kini, Washington memiliki antara 13.000-14.000 personel yang bertugas di negara itu.

"Kami memahami bahwa perundingan perdamaian sedang berlangsung ... Tetapi mereka juga perlu memahami bahwa kami tidak lemah," tutur juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid.

Dia mengatakan, bom itu merupakan tanggapan atas serangan AS dan pasukan Afghanistan terhadap warga sipil di bagian lain negara itu.

Mujahid mengakui seharusnya serangan tidak memakan korban jiwa sebanyak itu, tetapi dia menekankan bahwa mereka tidak sepatutnya tinggal di dekat kompleks asing yang seringkali menjadi sasaran penyerangan.

Habib Jan, warga yang rumahnya berada di dekat Green Village, mengatakan daerah itu telah diserang berulang kali. Dia menyebut, banyak warga yang menginginkan kompleks itu dipindah.

Sponsored

"Ini terjadi bukan hanya sekali atau dua kali, serangan ini sudah keempat atau kelima kalinya yang dilakukan oleh Taliban. Banyak teman dan keluarga saya yang sudah tewas atau terluka," kata dia.

Juru bicara Kementerian Dalam Negeri Afghanistan Nasrat Rahimi mengatakan ledakan itu disebabkan oleh traktor yang dipenuhi dengan bahan peledak. Setelah ledakan terjadi, pasukan keamanan berhasil menembak mati lima penyerang bersenjata yang berencana untuk menindaklanjuti pengeboman itu.

Dia mengatakan sekitar 400 warga negara asing telah dievakuasi setelah seorang pengebom bunuh diri menargetkan kompleks itu. Green Village merupakan kompleks dengan tembok beton dan gerbang baja yang dilindungi oleh pasukan bersenjata.

Green Village juga dihantam oleh serangan bom bunuh diri pada Januari. Saat itu, utusan AS, Zalmay Khalilzad, sedang mengunjungi Kabul untuk memberikan pengarahan kepada pemerintah Afghanistan mengenai perundingan dengan Taliban.

Beberapa jam sebelum serangan pada Senin, Khalilzad menunjukkan rancangan kesepakatan AS-Taliban kepada Presiden Afghanistan Ashraf Ghani. Khalilzad menyatakan bahwa kedua pihak berada di ambang kesepakatan setelah berakhirnya putaran kesembilan perundingan di Doha, Qatar. Perjanjian tersebut masih membutuhkan persetujuan Presiden Donald Trump.

Warga Kabul yang terguncang akibat serangan itu mempertanyakan apakah perjanjian dengan Taliban dapat dipercaya, terutama ketika AS akan secara berkala mengurangi jumlah pasukannya.

Taliban melakukan serangan bom bunuh diri pada Senin bahkan ketika kelompok militan tersebut akan mendapatkan apa yang mereka inginkan, penarikan pasukan asing.

Kelompok itu ingin 20.000 tentara AS dan NATO untuk segera angkat kaki dari Afghanistan. Namun, Washington ingin penarikan pasukan dilakukan secara bertahap, bergantung pada apakah Taliban mematuhi persyaratan yang tercantum dalam kesepakatan.

Frekuensi agresi telah meningkat dalam beberapa bulan terakhir, termasuk serangan Taliban di Kunduz dan Pul-e Khumri selama akhir pekan. Hal itu dinilai sebagai upaya mereka untuk memperkuat posisi dalam pembicaraan intra-Afghanistan yang akan terjadi usai perundingan AS-Taliban berakhir.

Sejauh ini, Taliban menolak berbicara dengan pemerintah Afghanistan yang mereka cap sebagai boneka AS.

Para pemimpin Taliban yang mengikuti perundingan di Qatar menegaskan bahwa puluhan ribu anggota mereka perlu menghormati perjanjian dengan AS. Namun, sejumlah analis telah memperingatkan bahwa beberapa faksi Taliban mungkin tidak puas dengan kesepakatan tersebut.

PBB menyatakan bahwa konflik dengan Taliban berimbas buruk bagi warga sipil yang kerap terperangkap dalam adu tembak ketika pasukan pemerintah berupaya menumpas para militan.

Mujahid menuturkan, setiap kali kekerasan menurun, pemerintah akan menyatakan hal itu terjadi karena pasukan keamanan Afghanistan lebih kuat dari Taliban.

"Pemerintah harus menyadari bahwa mereka tidak bisa menghentikan Taliban. Semoga sekarang mereka mengerti itu," kata dia. (Associated Press dan Reuters)

Berita Lainnya
×
tekid