sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

China dan Filipina sepakat eksplorasi minyak dan gas bersama

Di bawah rezim Duterte, Filipina yang merupakan sekutu AS, mengubah haluan dengan memilih merapat ke China.

Khairisa Ferida
Khairisa Ferida Rabu, 21 Nov 2018 11:49 WIB
China dan Filipina sepakat eksplorasi minyak dan gas bersama

Beijing dan Manila telah menyetujui kesepakatan eksplorasi minyak dan gas bersama. Itu merupakan satu dari 29 kesepakatan yang diteken pada Selasa (20/11) ketika Presiden China Xi Jinping melakukan kunjungan perdana ke Filipina.

Kedua negara juga menandatangani nota kesepahaman untuk bekerja sama dalam koridor 'Belt and Road Initiative', dan sepakat untuk meningkatkan hubungan.

Setelah bertemu Presiden Filipina Rodrigo Duterte, Xi menggambarkan lawatannya sebagai tonggak sejarah dalam hubungan kedua negara. Xi merupakan pemimpin Tiongkok pertama yang mengunjungi Manila dalam 13 tahun terakhir.

Perjalanan Xi ke Manila secara luas dilihat sebagai bagian dari upaya Beijing untuk bergerak lebih dekat ke Filipina, yakni dengan memperluas investasi dan bantuan, meski keduanya terlibat perselisihan terkait Laut China Selatan

"China dan Filipina memiliki banyak kepentingan bersama di Laut China Selatan," ungkap Presiden Xi usai bertatap muka dengan Duterte. "Kami akan terus mengelola isu-isu kontroversial dan mempromosikan kerja sama maritim melalui konsultasi yang ramah."

Xi menyampaikan pula bahwa China akan bekerja sama dengan negara-negara ASEAN lainnya untuk menyelesaikan aturan berperilaku atau code of conduct yang disengketakan itu dalam waktu tiga tahun. 

Sementara itu, Duterte menerangan bahwa China dan Filipina telah mendorong kerja sama bilateral di berbagai bidang dalam beberapa tahun terakhir.

"Saya senang dengan momentum positif hubungan Filipina-China saat ini. Ada kepercayaan dan keyakinan mendalam dari pemerintah," papar Duterte.

Sponsored

Rincian terkait kesepakatan minyak dan gas, termasuk lokasinya, belum diungkapkan. Namun, menurut draft yang dirilis oleh senator oposisi Antonio Trillanes, eksplorasi akan dilaksanakan berdasarkan prinsip saling menghormati dan menguntungkan, serta tidak akan mempengaruhi kedaulatan dan hak-hak maritim kedua negara.

Sejumlah pihak melihat kesepakatan eksplorasi itu sebagai upaya merusak klaim teritorial Filipina di Laut China Selatan. Sebelum Xi tiba, ratusan orang berdemonstrasi di Kedutaan China di Manila untuk menyuarakan penentangan mereka terhadap rezim Duterte yang mengejar kedekatan lebih dengan Tiongkok.

"Philippines is not for sale," demikian bunyi spanduk yang diusung dalam demonstrasi. Selain itu ada pula yang bertuliskan, "China out of Philippines waters".

Kritik yang paling memprihatinkan adalah menyangkut keputusan Duterte untuk mengesampingkan keputusan utama dari pengadilan internasional pada tahun 2016 yang menyatakan bahwa klaim Beijing atas Laut China Selatan tidak berdasar.

"Kenyataannya adalah bahwa Filipina di bawah Duterte mungkin telah menyia-nyiakan dasar hukum yang paling kuat yang telah ditentang Tiongkok dalam konflik Laut China Selatan," tutur Senator Filipina Leila De Lima.

Sebuah survei terhadap 1.500 orang dewasa yang dirilis oleh institut Social Weather Stations menunjukkan 84% warga Filipina tidak setuju dengan pendekatan 'laissez-faire' Beijing untuk membangun infrastruktur dan memasang peralatan militer di perairan strategis tersebut.

Pertemuan tingkat tinggi kedua negara selama ini ditangguhkan setelah pendahulu Duterte, Benigno Aquino, membawa sengketa Laut China Selatan ke pengadilan di Den Haag. Dan kekakuan mencair di bawah kepemimpinan Duterte, yang telah menjauhkan Filipina dari Amerika Serikat sejak dia berkuasa pada 2016.

Dalam kunjungan Xi ke Manila, kedua negara juga meneken perjanjian untuk membiayai proyek bendungan Kaliwa, pembangunan jalur kereta api sepanjang 581 kilometer dari Los Banos ke Matnog, currency swaps, dan pembangunan infrastruktur di Davao, kota asal Duterte.

Xi juga mengatakan bahwa kedua negara akan bekerja sama dalam penegakan hukum. China sebelumnya telah menyumbangkan senjata dan amunisi senilai US$22 juta kepada Kepolisian Nasional Filipina.

Kendati ada yang menentang perluasan kerja sama Filipina-China, Zhang Xuegang, seorang pengamat Asia Tenggara di China Institutes of Contemporary International Relations menilai bahwa perjanjian eksplorasi minyak dan gas dapat jadi contoh bagi negara-negara lain yang bertikai soal Laut Cina Selatan.

"Kedua negara yang pernah berakhir di pengadilan internasional kini telah duduk dan mencapai kesepakatan melalui pembicaraan. Ini memiliki implikasi positif bagi perdamaian dan kerjasama regional," jelas Zhang. (South China Morning Post)

Berita Lainnya
×
tekid