sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Covid-19 dapat picu jutaan kehamilan yang tidak diinginkan

Covid-19 memiliki dampak besar pada perempuan dan remaja perempuan ketika sistem kesehatan menjadi kelebihan beban.

Khairisa Ferida
Khairisa Ferida Rabu, 29 Apr 2020 15:13 WIB
Covid-19 dapat picu jutaan kehamilan yang tidak diinginkan

Lockdown atau karantina wilayah yang tengah berlangsung di beberapa negara/wilayah di dunia dan gangguan besar terhadap layanan kesehatan selama pandemik Covid-19 dapat mengakibatkan tujuh juta kehamilan yang tidak diinginkan. Demikian menurut data yang dirilis pada Selasa oleh United Nations Population Fund (UNFPA) dan mitra.

Tidak hanya itu, angka kekerasan berbasis gender dan praktik berbahaya lainnya juga dapat meroket akibat krisis ini.

"Data baru ini menunjukkan dampak bencana yang dipicu Covid-19 pada perempuan dan remaja perempuan secara global," ujar Direktur Eksekutif UNFPA Natalia Kanem seperti dikutip dari situs web PBB.

"Pandemik ini memperdalam ketidaksetaraan, dan jutaan perempuan dan remaja perempuan sekarang berisiko kehilangan kemampuan untuk merencanakan keluarga mereka, melindungi tubuh mereka, serta kesehatan mereka."

Sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), UNFPA bekerja untuk melayani kebutuhan yang tidak terpenuhi untuk keluarga berencana, untuk menghilangkan kekerasan berbasis gender, dan praktik-praktik berbahaya seperti mutilasi alat kelamin wanita (FGM) dan pernikahan anak. UNFPA juga fokus untuk mengakhiri semua kematian ibu yang dapat dicegah.

Akses terbatas ke layanan

Penelitian tersebut dilakukan oleh UNFPA bekerja sama dengan Avenir Health, Johns Hopkins University di Amerika Serikat, dan Victoria University di Australia.

Covid-19 memiliki dampak besar pada perempuan dan remaja perempuan ketika sistem kesehatan menjadi kelebihan beban dan fasilitas-fasilitas tutup, atau menyediakan serangkaian layanan terbatas yang mereka butuhkan. Pada saat yang sama, banyak perempuan dan remaja perempuan juga melewatkan pemeriksaan medis penting karena takut tertular virus.

Sponsored

Gangguan pada rantai pasokan global dapat menyebabkan kekurangan kontrasepsi yang signifikan, ungkap para mitra, sementara kekerasan berbasis gender yang sudah meningkat karena pandemik diperkirakan akan beranjak lebih jauh karena perempuan terjebak di rumah untuk waktu yang lama.

Tidak dapat merencanakan keluarga

Menurut UNFPA dan para mitranya, secara global, sekitar 450 juta wanita di 114 negara berpenghasilan rendah dan menengah menggunakan kontrasepsi.

Mereka memproyeksikan bahwa jika layanan kesehatan tetap terganggu dan lockdown berlanjut selama enam bulan, sekitar 47 juta perempuan di negara-negara tersebut mungkin tidak dapat mengakses kontrasepsi modern, mengakibatkan sekitar tujuh juta kehamilan yang tidak diinginkan.

Juga akan ada 31 juta kasus kekerasan berbasis gender tambahan selama periode yang sama, dengan 15 juta kasus lebih lanjut diperkirakan atas setiap tiga bulan jika lockdown terus berlangsung.

Pandemik juga memengaruhi program untuk mencegah mutilasi alat kelamin wanita (FGM), dan para ahli memperkirakan dua juta kasus FGM mungkin terjadi selama dekade berikutnya yang seharusnya bisa dihindari.

Demikian pula, 13 juta pernikahan anak tambahan dapat terjadi karena krisis telah mengganggu upaya untuk menghentikan praktik ini.

Memprioritaskan wanita dan remaja perempuan

UNFPA bekerja sama dengan pemerintah dan mitra untuk memprioritaskan kebutuhan perempuan dan remaja perempuan usia reproduksi selama pandemik.

Badan ini berfokus pada penguatan sistem kesehatan, pengadaan dan pengiriman pasokan penting untuk melindungi petugas kesehatan, memastikan akses ke kesehatan seksual dan reproduksi, layanan kekerasan berbasis gender, dan mempromosikan komunikasi risiko dan keterlibatan masyarakat.

"Kesehatan reproduksi dan hak-hak perempuan harus dilindungi dengan segala cara," tegas Kanem. "Layanan harus dilanjutkan, persediaan harus dikirimkan, dan yang rentan harus dilindungi dan didukung."

Berita Lainnya
×
tekid