sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Covid-19: Pemerintah Singapura desak warga tetap di rumah

Dubes RI untuk Singapura memuji sistem komunikasi dan penegakan aturan terkait pembatasan sosial di negara tersebut.

Valerie Dante
Valerie Dante Rabu, 19 Mei 2021 15:19 WIB
Covid-19: Pemerintah Singapura desak warga tetap di rumah

Duta Besar RI untuk Singapura Suryopratomo mengatakan, meskipun kasus infeksi Covid-19 di Singapura telah menurun secara drastis sejak 10 bulan terakhir, namun pemerintah setempat tetap mengimbau masyarakat untuk tidak ke luar dari rumah.

"Memang di Singapura sejak 10 bulan terakhir tidak ada kasus, terutama penularan di dalam komunitas," tuturnya dalam seminar virtual 'Waspada Covid-19 di Indonesia: Bercermin dari India, Rusia, dan Singapura' pada Rabu (19/5).

Dubes yang akrab disapa Tommy tersebut, menuturkan bahwa pada 8 Mei, tiba-tiba ditemukan kasus infeksi yang berkaitan dengan varian B1617 yang pertama kali terdeteksi di India.

"Ini membuat kaget pemerintah. Setelah itu ditemukan dua klaster dengan jumlah cukup besar," lanjutnya.

Dubes Tommy memaparkan, pemerintah Singapura sejak awal pandemik memiliki sistem komunikasi yang baik dengan secara konsisten menginformasikan perkembangan terbaru dari pandemik kepada masyarakat umum.

Singapura sejauh ini mencatat 61.651 kasus positif Covid-19, termasuk 31 kematian dan 61.134 yang telah dinyatakan sembuh.

Demi menekan angka infeksi yang melebihi 140 kasus per hari, pemerintah Singapura mengupayakan kebijakan yang mengurangi pergerakan orang.

"Seperti yang diketahui, virus itu tidak berpindah tetapi pergerakan orang yang menyebabkan mobilisasi virus tersebut," sebut Dubes Tommy. "Untuk itu, pemerintah Singapura mengajak semua orang untuk tetap di rumah masing-masing."

Sponsored

Selain itu, pemerintah juga mengupayakan agar seluruh warga mendapatkan vaksinasi. Tommy menjelaskan bahwa harapannya, seluruh populasi pada akhir Agustus 2021 telah mendapatkan suntikan pertama.

Terlebih lagi, pemerintah juga telah memutuskan untuk kembali menutup sekolah.

"Sejak hari ini, sekolah kembali dilakukan secara jarak jauh," sambungnya.

Menurut Dubes Tommy, Singapura tidak pernah menerapkan lockdown, melainkan memberlakukan kebijakan yang bernama "circuit breaker" pada 7 April hingga 2 Juni 2020.

Di bawah kebijakan tersebut, pemerintah secara praktis melarang pertemuan, makan di restoran, berbelanja, berolahraga di gym, berenang, serta menutup tempat ibadah dan hiburan seperti bioskop.

Kini, kebijakan tersebut telah dilonggarkan. Warga Singapura hanya dilarang untuk makan di luar dan olahraga di gym.

Menurut Dubes Tommy, situasi yang terkendali di Singapura disebabkan oleh masyarakat yang disiplin, pemerintah yang komunikatif, sistem yang berjalan dengan baik, serta ketatnya penegakan aturan.

Pemerintah Singapura memperkirakan, jika masyarakat tetap disiplin, maka akhir bulan ini kasus positif dapat menurun.

"Kalau kasus menurun, akan ada pelonggaran pembatasan," lanjutnya.

Dubes Tommy menuturkan, sejauh ini total 767 WNI di Singapura terjangkit Covid-19, sebanyak 741 sembuh, dua meninggal, dan 24 lainnya masih dalam perawatan.

Berita Lainnya
×
tekid