sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Demo masih terjadi, KJRI Hong Kong imbau WNI tenang dan waspada

Situasi memanas di Hong Kong Polytechnic University, yang menjadi titik kumpul demonstran antipemerintah selama beberapa hari terakhir.

Khairisa Ferida Valerie Dante
Khairisa Ferida | Valerie Dante Senin, 18 Nov 2019 10:31 WIB
Demo masih terjadi, KJRI Hong Kong imbau WNI tenang dan waspada

Konsul Muda Pensosbud Konsulat Jenderal Republik Indonesia di Hong Kong Vania Alexandra menjelaskan bahwa demonstrasi di kota itu masih berlangsung hingga hari ini, terutama di Hong Kong Polytechnic University. Namun, wilayah lain kondisi sangat kondusif dan aktivitas warga berjalan normal.

"Kantor-kantor tetap buka, toko-toko juga buka. Hanya saja sekolah dan kampus diliburkan. KJRI juga buka dan melakukan pelayanan seperti biasa," ujar Vania kepada alinea.id, Senin (18/11).

Mengingat aksi protes sudah menyebar di berbagai wilayah di Hong Kong, KJRI terus mengimbau WNI untuk memantau berita setempat dan akun media sosial KJRI Hong Kong terkait informasi demonstrasi. WNI diminta pula untuk menghindari wilayah yang sedang dilanda demo.

"KJRI juga terus imbau warga untuk tetap tenang dan waspada, mematuhi peraturan dan tata tertib yang berlaku, mengutamakan keselamatan pribadi dan menghindari lokasi demonstrasi, tidak terprovokasi oleh ajakan demonstrasi, dan segera melaporkan ke KJRI via hotline apabila ada masalah atau hal yg dirasa mengancam keamanan/keselamatan," kata Vania.

Vania menyatakan saat ini kurang lebih terdapat 174.000 WNI di Hong Kong, dan 168.000 di antaranya adalah pekerja migran.

Ketegangan di Polytechnic University

Polisi mengepung Hong Kong Polytechnic University setelah terlibat konfrontasi dengan ratusan pemrotes di dalamnya. 

Puluhan pedemo dilaporkan berusaha meninggalkan kampus setelah matahari terbit, tetapi berbalik ketika polisi menembakkan gas air mata dan peluru karet. 

Sponsored

Para pemrotes telah menduduki kampus tersebut selama berhari-hari, menyusul protes yang diwarnai kekerasan kian meningkat.

Pada Senin pagi, Rektor Hong Kong Polytechnic University Jin-Guang Teng merilis pernyataan dalam rekaman video kepada para pemrotes. Dia mengatakan bahwa pihaknya telah mencapai kesepakatan dengan polisi.

"Para pengunjuk rasa akan dapat pergi dengan damai jika mereka berhenti memulai penggunaan kekuatan," kata Teng seperti dikutip dari BBC.

Teng menambahkan, jika pemrotes meninggalkan kampus dengan damai, dia akan secara pribadi menemani mereka ke kantor polisi di mana dia akan memastikan kasus yang melibatkan demonstran diproses secara adil.

Namun, pesan itu tidak banyak berpengaruh dan para pengunjuk rasa tetap tinggal di lingkungan kampus.

Hong Kong Polytechnic University telah menjadi markas para pemrotes selama beberapa hari terakhir. Sebuah pernyataan dari pihak univesitas pada Minggu (17/11) malam menyebutkan bahwa kampus mengalami kerusakan secara luas.

Semalam, pengunjuk rasa melemparkan bom bensin dan batu bata ke polisi, bahkan menembakkan anak panah. Dan ketika polisi mencoba memasuki kampus sekitar pukul 05.30 waktu setempat, mereka disambut dengan batu bata dan bom bensin, yang memicu lebih banyak kebakaran di sekitar lokasi.

Setelah matahari terbit, puluhan pemrotes mencoba meninggalkan lokasi, tetapi segera berbalik setelah dihadang gas air mata dan peluru karet.

Seorang mahasiswa mengatakan kepada Reuters, "Awalnya saya merasa sangat takut dan panik ada di sini, karena polisi mengatakan semua dari kami yang ada di dalam akan ditangkap atas tuduhan kerusuhan dan kami akan dihukum selama 10 tahun atau lebih."

"Tapi sekarang saya merasa sangat tenang karena saya yakin bahwa semua yang di dalam sini akan tetap bersama."

Pada Minggu malam, polisi memperingatkan bahwa mereka dapat menggunakan amunisi tajam.

"Saya peringatkan para perusuh untuk tidak menggunakan bom bensin, panah, mobil atau senjata mematikan apa pun untuk menyerang polisi," ujar juru bicara kepolisian Louis Lau.

"Jika mereka melanjutkan tindakan berbahaya seperti itu, kami tidak akan punya pilihan selain menggunakan kekuatan minimun yang diperlukan, termasuk peluru tajam, untuk membalas."

Pada Minggu, seorang anggota staf polisi terkena panah yang ditembakkan oleh seorang pemrotes.

Protes Hong Kong

Hong Kong, sebuah bekas kolonis Inggris hingga 1997, adalah bagian dari China di bawah formula "Satu Negara, Dua Sistem".

Dengan formula tersebut, Hong Kong memiliki tingkat otonomi yang tinggi dan masyarakatnya memiliki kebebasan yang tidak dirasakan warga di China daratan.

Protes di kota itu membesar pada Juni, setelah pemerintah berencana untuk mengesahkan RUU ekstradisi yang akan memungkinkan para tersangka menjalani proses peradilan di China daratan. Banyak yang khawatir itu akan merusak kebebasan dan independen peradilan Hong Kong.

RUU ekstradisi sendiri sudah ditarik, tetapi protes terlanjut berevolusi menjadi pemberontakan yang lebih luas terhadap polisi serta cara Hong Kong dikelola oleh Beijing.

Berita Lainnya
×
tekid