sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Demonstran bubar usai dua hari demo Kedubes AS di Irak

Para pedemo membubarkan diri dari unjuk rasa yang berlangsung di kawasan Kompleks Kedubes AS di Baghdad pada Rabu malam.

Valerie Dante
Valerie Dante Kamis, 02 Jan 2020 10:33 WIB
Demonstran bubar usai dua hari demo Kedubes AS di Irak

Pasukan keamanan Irak mendapatkan kembali kendali atas daerah di sekitar Kedutaan Besar Amerika Serikat setelah kompleks itu diguncang demonstrasi selama dua hari terakhir.

Pada Rabu (1/1) pagi, petugas keamanan menembakkan gas air mata dan peluru karet ke ribuan pemrotes untuk membubarkan mereka.

Seorang saksi mata melaporkan, demonstran melemparkan batu serta mencoba membakar gerbang dan pos keamanan yang berada di pintu masuk utama kompleks kedutaan.

Pada Selasa, demonstran meneriakkan, "Death to America". Mereka menghancurkan CCTV dan melanggar perimeter, tetapi tidak memasuki kompleks utama. Kedubes AS berada di Zona Hijau yang dijaga super ketat.

Unjuk rasa tersebut merupakan bentuk kecaman atas serangan udara AS yang menargetkan sejumlah kamp kelompok militan yang didukung Iran di Irak pada Minggu (29/12).

Para pengunjuk rasa membubarkan diri pada Rabu malam. Militer Irak pun mengonfirmasi, menjelang malam, seluruh pengunjuk rasa telah angkat kaki.

"Kami meminta demonstran untuk mundur karena AS seharusnya sudah menerima pesan kami," kata salah seorang juru bicara kelompok militan Kataib Hizbullah, yang menjadi target serangan udara Washington.

Sebagian demonstran di luar kedutaan mengaku bahwa tujuan utama mereka melakukan unjuk rasa adalah mendorong keluar kehadiran Washington di Irak.

Sponsored

Akibat dilanda protes, Kedubes AS menangguhkan seluruh operasi konsulernya.

"Karena serangan di kompleks Kedubes AS, seluruh operasi konsuler publik ditangguhkan hingga pemberitahuan lebih lanjut. Warga AS disarankan untuk tidak mendekati area kedutaan," jelas Kedubes AS dalam pernyataannya.

Protes pecah setelah AS melancarkan serangan udara terhadap sejumlah kamp Kataib Hizbullah di Irak. Serangan tersebut menewaskan setidaknya 25 orang.

Para pejabat AS menganggap Kataib Hizbullah bertanggung jawab atas meningkatnya serangan roket terhadap fasilitas Washington di Irak.

Serangan udara pada Minggu terhadap kelompok militan itu merupakan respons Washington atas pembunuhan seorang kontraktor sipil AS dalam serangan roket di pangkalan militer Irak.

Presiden Donald Trump menyalahkan Iran atas kematian kontraktor AS dan penyerangan Kedubes AS di Baghdad. Dia memperingatkan para pemimpin Iran bahwa mereka akan bertanggung jawab atas kematian serta kerusakan yang terjadi.

"Iran akan bertanggung jawab penuh atas nyawa yang hilang serta kerusakan yang terjadi di salah satu fasilitas kami. Mereka akan membayar harga yang sangat besar. Ini bukan peringatan, melainkan ancaman," twit Trump.

Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei membantah bertanggung jawab atas insiden yang terjadi.

"Jika Anda berpikir logis, Anda akan melihat kejahatan AS di Irak dan Afghanistan telah membuat banyak negara membenci Anda," tutur Khamenei.

Serangan udara dan demonstrasi di kedutaan membuat hubungan AS-Iran semakin memanas. Ketegangan antara kedua negara memicu kekhawatiran akan lahirnya perang proksi baru di Timur Tengah.

Kirim pasukan tambahan ke Timur Tengah

Setelah unjuk rasa pada Selasa di kedutaan, Menteri Pertahanan AS Mark Esper mengatakan Washington akan mengirim sekitar 750 tentara ke Timur Tengah.

"Pengerahan ini adalah tindakan yang tepat diambil sebagai tanggapan atas peningkatan ancaman terhadap personel dan fasilitas AS, seperti yang terjadi di Baghdad saat ini," sebut dia.

Esper menegaskan, AS akan melindungi warga dan kepentingan nasionalnya di negara mana pun.

Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengatakan bahwa saat ini, tidak ada rencana untuk mengevakuasi kedutaan atau menarik pasukan AS keluar dari Irak. Saat ini, lebih dari 5.000 tentara AS ditempatkan di Irak untuk mendukung pasukan lokal.

Kementerian Luar Negeri AS pada Rabu mengumumkan, Pompeo menunda kunjungannya ke Ukraina, Belarus, Kazakhstan, Uzbekistan, dan Siprus untuk tetap berada di Washington dan memantau situasi di Irak.

Usai berbicara via telepon dengan Perdana Menteri Irak Adel Abdul Mahdi pada Rabu, Pompeo menyatakan bahwa Irak akan terus berupaya menjaga agar personel AS tetap aman dan membubarkan penyerang yang didukung Iran dari area kedutaan.

Serangan udara pada Minggu juga telah membuat hubungan Washington dan Baghdad tegang. Para pejabat Irak menuduh AS melancarkan serangan tanpa memiliki bukti yang cukup, melanggar kedaulatan Irak, dan mengancam keamanan negara. (CNN dan Reuters)

Berita Lainnya
×
tekid