sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Demonstran di Myanmar lanjutkan aksi tolak kudeta militer

"Ayo, kumpulkan jutaan orang untuk menjatuhkan para diktator," tulis aktivis, Khin Sandar, di Facebook.

Valerie Dante
Valerie Dante Rabu, 17 Feb 2021 17:19 WIB
Demonstran di Myanmar lanjutkan aksi tolak kudeta militer

Para penentang kudeta militer Myanmar menyerukan protes yang lebih besar pada Rabu (17/2) untuk menunjukkan, bahwa penggulingan kekuasaan dan penangkapan pemimpin terpilih, Aung San Suu Kyi, merupakan langkah yang salah.

Demonstran antikudeta menyuarakan keraguan mereka atas janji junta dalam konferensi pers pada Selasa (16/2). Militer, atau yang biasa disebut Tatmadaw, menyatakan, akan menggelar pemilu baru yang adil dan akan menyerahkan kekuasaan terhadap partai yang menang.

Suu Kyi, peraih Nobel Perdamaian, ditahan sejak kudeta pada 1 Februari. Dia kini menghadapi tuduhan melanggar UU Penanggulangan Bencana Alam serta dituduh secara ilegal mengimpor enam protofon (walkie-talkie).

Pada sidang melalui konferensi video pada Selasa (16/2), sidang Suu Kyi yang berikutnya ditetapkan pada 1 Maret.

"Ayo, kumpulkan jutaan orang untuk menjatuhkan para diktator," tulis aktivis, Khin Sandar, di Facebook.

Kyi Toe, anggota senior partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) yang dipimpin Suu Kyi, juga menyampaikan seruan serupa.

"Mari kita berbaris secara massal. Mari kita tunjukkan kekuatan kita melawan pemerintahan kudeta yang telah menghancurkan masa depan pemuda, masa depan negara kami," ujarnya.

Kudeta militer, yang dinilai menghambat upaya Myanmar mencapai demokrasi, memicu unjuk rasa setiap harinya sejak 6 Februari.

Sponsored

Pengambilalihan tentara juga menuai kecaman keras dari Barat, dengan Amerika Serikat (AS) dan Inggris yang menyatakan protes baru atas tuduhan tambahan bagi Suu Kyi.

Meskipun China sejauh ini belum mengecam tindakan militer, duta besarnya di Myanmar pada Selasa menepis tuduhan mendukung kudeta tersebut.

Pelapor Khusus PBB, Tom Andrews, mengkhawatirkan adanya kemungkinan kekerasan terhadap para pengunjuk rasa antikudeta.

"Penindasan berkelanjutan atas kebebasan dasar dan hak asasi manusia (HAM) di Myanmar harus segera diakhiri," kata Andrews dalam sebuah pernyataan.

Di Kota Yangon dan sejumlah tempat lain, pengendara menanggapi kudeta dengan melakukan "kampanye mobil mogok". Mereka menghentikan kendaraan mereka di tengah jalan untuk memblokir kendaraan polisi dan militer.

Ratusan orang telah ditangkap tentara sejak kudeta terjadi, banyak dari mereka melakukan penggerebekan atau penangkapan pada malam hari. Mereka yang ditangkap termasuk sebagian besar pemimpin senior NLD.

Myanmar's Assistance Association for Political Prisoners mengatakan, lebih dari 450 penangkapan telah dilakukan sejak kudeta. (France 24)

Berita Lainnya
×
tekid