sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Demonstran Hong Kong gelar aksi duduk di luar sekolah

Aksi duduk tersebut digelar untuk memprotes penembakan seorang pelajar berusia 18 tahun bernama Tsang Chi-kin.

Valerie Dante
Valerie Dante Rabu, 02 Okt 2019 10:37 WIB
Demonstran Hong Kong gelar aksi duduk di luar sekolah

Pada Rabu (2/10), ratusan orang yang mengenakan seragam sekolah dan kaus hitam menggelar aksi duduk di luar Tsuen Wan Public Ho Chuen Yiu Memorial College. Itu merupakan sekolah seorang demonstran berusia 18 tahun yang sedang dirawat di rumah sakit setelah ditembak oleh polisi pada Selasa (1/10).

Pihak berwenang mengatakan, pelajar bernama Tsang Chi-kin itu berada dalam kondisi stabil.

"Menurut informasi terbaru dari otoritas rumah sakit, saat ini kondisi pria itu stabil," kata pemerintah dalam pernyataannya.

Selama serangkaian protes berlangsung sejak Juni, ini adalah pertama kalinya seorang demonstran ditembak menggunakan peluru live round. Menanggapi penembakan Tsang Chi-kin, sejumlah siswa SMP melancarkan aksi mogok massal pada Rabu.

Di luar sekolah Tsang Chi-kin, para siswa meneriakkan kecaman dan memegang papan foto kejadian penembakan.

"No rioters, only tyranny," teriak mereka.

Dalam rekaman video yang beredar di Facebook, Tsang Chi-kin terlihat berusaha menyerang petugas dengan tiang besi sebelum dia ditembak dari jarak dekat. Setelah itu, dia segera dilarikan ke rumah sakit terdekat dalam kondisi kritis.

Teman sekelas Tsang Chi-kin, Marco, mengatakan bahwa temannya itu marah atas erosi kebebasan di Hong Kong dan menentang cara polisi menangani aksi protes.

Sponsored

"Jika dia melihat ada masalah atau sesuatu yang tidak adil, dia akan menghadapinya dengan berani dan menentangnya, bukannya diam-diam saja," kata Marco.

Tsang Chi-kin ditembak dalam kerusuhan di Distrik Tsuen Wan, di mana pengunjuk rasa menggunakan tiang besi dan payung untuk mengepung polisi.

Kepala Polisi Hong Kong Stephen Lo mengatakan pihaknya akan menyelidiki penembakan itu, tetapi membela tindakan petugasnya.

Demonstran membantah klaim polisi, menegaskan bahwa petugas yang menembak Tsang Chi-kin berlari ke arah pengunjuk rasa dengan senjata api yang sudah dikokang. Mereka mengutuk penggunaan senjata api untuk menangani protes antipemerintah.

Polisi menyebut, 25 petugas terluka dalam bentrokan itu, termasuk beberapa yang menderita luka bakar akibat cairan korosif yang dilemparkan massa. Cairan itu juga mengenai sejumlah jurnalis yang meliput kejadian.

Bentrokan yang terjadi pada Selasa bertepatan dengan perayaan 70 tahun berdirinya China. Kerusuhan di Hong Kong membayangi parade militer serta perayaan meriah di Beijing.

Kerusuhan antara polisi dan pengunjuk rasa antipemerintah pada Selasa berlangsung selama berjam-jam di berbagai wilayah di kota itu seperti di Causeway Bay, Admiralty dan Kowloon.

Sejumlah demonstran melemparkan batu dan molotov, polisi kemudian menanggapi dengan menembakkan gas air mata, peluru karet dan meriam air.

MTR Corp menutup hampir 50 stasiun kereta bawah tanah untuk menghentikan mobilisasi demonstran, membuat pemrotes marah dan menjadikan stasiun sebagai target vandalisme.

Pada Rabu pagi, jaringan MTR beroperasi secara normal selagi para petugas mencoba memperbaiki kerusakan yang diderita sejumlah stasiun.

Kerusuhan meningkat

Otoritas rumah sakit mengatakan lebih dari 60 orang dirawat akibat bentrok pada Selasa, dua dalam kondisi kritis. Polisi menangkap sekitar 160 orang sepanjang aksi unjuk rasa itu.

Sebanyak 96 orang diperkirakan akan dibawa ke pengadilan pada Rabu untuk menghadapi tuduhan melakukan kerusuhan sehubungan dengan demonstrasi pada September. Jika terbukti bersalah, mereka terancam menghadapi hukuman 10 tahun penjara.

Serangkaian protes di Hong Kong dipicu oleh RUU ekstradisi yang kini sudah ditarik secara resmi. Di bawah RUU itu, tersangka dapat diekstradisi untuk diadili di China daratan.

Belakangan, protes telah berkembang menjadi gerakan antipemerintah yang menyerukan reformasi demokrasi. Pengunjuk rasa marah tentang apa yang mereka nilai sebagai campur tangan Beijing dalam urusan Hong Kong.

China menolak klaim itu dan menuduh pemerintah asing, termasuk Amerika Serikat dan Inggris, sebagai pihak yang mengobarkan api kerusuhan di Hong Kong.

Serangkaian protes telah menjerumuskan kota bekas koloni Inggris itu ke dalam krisis politik terbesarnya dalam sepuluh tahun terakhir. Selain itu, gerakan prodemokrasi pun mendorong ekonomi Hong Kong ke ambang resesi pertamanya dalam satu dekade terakhir. (Al Jazeera dan Reuters)

Berita Lainnya
×
tekid