sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Diduga terlibat ISIS, 12 WNI ditangkap di Malaysia

KBRI Kuala Lumpur belum menerima notifikasi konsuler secara lengkap dari pemerintah Malaysia mengenai penangkapan sejumlah WNI tersebut.

Valerie Dante
Valerie Dante Jumat, 27 Sep 2019 16:44 WIB
Diduga terlibat ISIS, 12 WNI ditangkap di Malaysia

Direktur Perlindungan WNI dan Badan Hukum Indonesia Kementerian Luar Negeri RI Judha Nugraha mengonfirmasi bahwa otoritas Malaysia menangkap 12 WNI yang diduga terlibat kegiatan terorisme.

Dia menjelaskan, Polis Diraja Malaysia (PDRM) telah mengeluarkan rilis mengenai beberapa operasi penangkapan antara 10 Juli hingga 25 September terkait dugaan tindakan terorisme.

"Total yang ditangkap 16 orang, di mana 12 di antaranya merupakan WNI," jelas Judha dalam keterangan resmi Kementerian Luar Negeri RI yang diterima Alinea.id, Jumat (27/9).

Dia menuturkan bahwa KBRI Kuala Lumpur belum menerima notifikasi konsuler secara lengkap dari pemerintah Malaysia mengenai penangkapan sejumlah WNI tersebut.

"KBRI Kuala Lumpur akan meminta akses kekonsuleran untuk menemui semua WNI yang ditahan serta memberikan pendampingan demi menjamin hak-hak para WNI berdasarkan hukum setempat," lanjut dia.

Lebih lanjut dia menjelaskan bahwa sejumlah WNI yang ditangkap diduga menyebarkan paham radikal via sosial media.

Al Jazeera melaporkan bahwa pada Kamis (26/9), polisi Malaysia mengatakan selain 12 WNI, ada pula tiga warga Malaysia dan seorang warga India yang ditangkap.

Pejabat senior divisi kontraterorisme polisi, Ayob Khan Mydin Pitchay, menyatakan bahwa 16 orang yang diduga terkait dengan ISIS itu merencanakan beberapa serangan. 

Sponsored

Surat kabar Malay Mail yang mengutip Ayob mengatakan, para tersangka merencanakan serangan yang menargetkan tokoh-tokoh politik dan sejumlah kelompok non-muslim.

"Salah satu orang Malaysia dalam kelompok itu berencana melakukan serangan terhadap para politikus dan kelompok non-muslim di sini karena membuat komentar negatif terhadap Islam dan menghina orang Melayu," tutur Ayob.

Dia menjelaskan, mereka menggunakan media sosial untuk merekrut orang Indonesia dan Malaysia lainnya, menghasut untuk bergabung dalam operasi mereka.

Berita Lainnya
×
tekid