sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Eks ratu kecantikan Iran cari suaka di Filipina

Bahari khawatir Iran berupaya mengekstradisinya untuk kemudian memenjara atau mengeksekusinya.

Valerie Dante
Valerie Dante Jumat, 25 Okt 2019 17:54 WIB
Eks ratu kecantikan Iran cari suaka di Filipina

Seorang mantan ratu kecantikan asal Iran, Bahareh Zare Bahari, telah menghabiskan satu minggu di bandara di Filipina. Dia berjuang demi mendapat suaka di negara itu karena takut dieksekusi di Teheran atas tuduhan yang diklaimnya bermotivasi politik.

Seorang warga Iran di Filipina menuduh Bahari melakukan penyerangan. Dia membantahnya dan mengatakan bahwa tuduhan itu dibuat karena di masa lalu, dirinya memperlihatkan dukungan terhadap kritik-kritik bagi Teheran.

Wakil Menteri Kehakiman Filipina Mark Perete mengatakan bahwa berdasarkan informasi yang diterima dari Biro Imigrasi (BI), Bahari dicegat saat memasuki Filipina pada 17 Oktober karena red notice yang dikeluarkan Interpol.

"Red notice tersebut didasarkan pada kasus kriminal terkait penyerangan yang diajukan oleh seorang warga Iran terhadap Bahari. Penyerangan itu diduga terjadi di Filipina," kata Perete.

Bahari khawatir Iran berupaya mengekstradisinya untuk kemudian memenjara atau mengeksekusinya. Namun, Perete memastikan bahwa hingga kini Bahari tetap dalam tahanan BI dan tidak dapat dipulangkan ke Iran karena telah mengajukan permohonan suaka.

Perempuan berusia 31 tahun itu telah menunjukkan dukungan bagi para aktivis yang menentang pemerintah Iran, terutama pada kontes kecantikan Miss Intercontinental pada 2018 di Manila. Saat itu, sebagai wakil dari Iran, dia melambaikan poster yang bergambar foto Reza Pahlavi, mantan Putra Mahkota Iran yang kerap mengkritik Teheran.

"Saya menggunakan foto itu dalam kontes kecantikan dan pemerintah marah kepada saya," kata dia kepada Arab News. "Jika mereka mendeportasi saya, mereka akan memberikan saya hukuman minimal 25 tahun penjara atau mereka akan membunuh saya."

Bahari mengklaim dia mengunjungi Filipina untuk menyelesaikan tahun terakhirnya sebagai mahasiswi ilmu kedokteran gigi.

Sponsored

"Rezim Iran mencoba segala cara untuk mendeportasi saya sembilan bulan lalu, tetapi mereka gagal. Kini, mereka membuat kasus palsu," tutur dia.

Phil Robertson dari Human Rights Watch mengatakan bahwa selagi menunggu detail lebih jelas, otoritas Filipina dan Iran tidak boleh bertindak di bawah red notice Interpol.

"Terutama karena di bawah aturan Interpol, red notice akan batal dan tidak berlaku jika orang yang disebutkan dalam pemberitahuan itu ternyata seorang pengungsi yang melarikan diri dari negara asalnya," jelas Robertson. (The Guardian dan Phil Star)

Berita Lainnya
×
tekid