sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Emmerson Mnangagwa kembali menjadi presiden Zimbabwe

Mnangagwa kembali menjadi presiden Zimbabwe dengan raihan suara 50,8% dalam pemilu yang berlangsung pada Senin (30/7).

Khairisa Ferida
Khairisa Ferida Jumat, 03 Agst 2018 10:07 WIB
Emmerson Mnangagwa kembali menjadi presiden Zimbabwe

Petahana Emmerson Mnangagwa telah memenangi pemilu presiden Zimbabwe, menurut hasil resmi yang diumumkan oleh komisi pemilihan negara itu. Pria berusia 75 tahun itu meraih 50,8% suara, sementara pemimpin oposisi Nelson Chamisa mendapat 44,3% suara.

Menurut Chamisa, jumlah tersebut tidak dapat diverifikasi.

Dilansir BBC, Jumat (3/8), polisi mengusir pejabat oposisi dari komisi pemilihan ketika mereka menolak hasil pemungutan suara.

Dengan kemenangan lebih dari 50% suara, Mnangagwa terhindar dari pemilu putaran kedua untuk melawan Chamisa.

Dalam twitnya, Mnangagwa mengucap terima kasih kepada rakyat Zimbabwe. Dia juga menyatakan kemenangannya merupakan awal baru bagi negara itu.

Sebelum komisi pemilihan mengumumkan hasil pemilu, kubu Mnangagwa dan Chamisa saling klaim kemenangan. Dan pada hari Kamis (2/8), Chamisa menuturkan bahwa partai Zanu-PF yang berkuasa tengah "mencoba untuk merusak hasil" pemilu.

Merespons klaim Chamisa, Komisi Pemilihan Zimbabwe (ZEC) menegaskan "benar-benar tidak ada kecurangan."

Sponsored

Para pendukung oposisi sempat menggelar protes di Harare pada Rabu (1/8) atas dugaan kecurangan, menyebabkan enam orang meninggal. 

Pemilu Zimbabwe yang berlangsung pada Senin (30/7), merupakan perdana sejak pemimpin terlama negara itu, Robert Mugabe (94) dilengserkan. Mugabe digulingkan lewat sebuah kudeta pada November 2017.

Mnangagwa menjelaskan bahwa saat ini pemerintah tengah dalam pembicaraan dengan Chamisa untuk meredakan krisis dan mengusulkan penyelidikan independen untuk menyeret mereka yang terlibat dalam kekerasan ke pengadilan.

"Tanah ini merupakan rumah bagi kita semua, dan kita akan tenggelam atau berenang bersama," twit Mnangagwa.

Yang terjadi usai pemilu

Sehari setelah pemilu, aliansi MDC mengklaim bahwa Chamisa memenangi pemilu. Mereka membuat pengumuman resmi, mendorong para pendukungnya di beberapa daerah di Harare larut dalam perayaan.

Ketika ZEC mengumumkan bahwa Zanu-PF telah memenangi pemungutan suara parlemen pada hari Rabu, situasi berubah menjadi buruk. Kondisi semakin panas karena hasil resmi pemilu terlalu lama diumumkan.

Misi Uni Eropa dan Persemakmuran juga melontarkan kritik atas keterlambatan dalam mengumumkan hasil pemilu presiden.

Ini merupakan pertama kalinya dalam 16 tahun, Zimbabwe mengizinkan pengawas pemilu Uni Eropa, Persemakmuran, dan Amerika Serikat masuk ke negara itu.

Awal pekan ini, ZEC mengumumkan hasil perolehan kursi parlemen di mana partai Mnangagwa, Zanu-PF, memperoleh 114 kursi, aliansi oposisi MDC mendapat 64 kursi, dan Front Patriotik Nasional, yang dibentuk oleh loyalis Mugabe, hanya meraih satu kursi.

Adapun Menteri Dalam Negeri Obert Mpofu menekankan pemerintah tidak akan menoleransi protes oposisi. "Pihak oposisi sedang menguji tekad kami, dan saya pikir mereka membuat kesalahan besar," katanya.

Seorang juru bicara untuk Chamisa mengutuk penyebaran tentara dan hilangnya nyawa. "Tentara dilatih untuk membunuh selama perang. Apakah penduduk sipil musuh negara?," tanya yang bersangkutan.

"Tidak ada penjelasan sama sekali atas kebrutalan yang kita lihat."

Berita Lainnya
×
tekid