Salah satu sektor yang terkena dampak signifikan dari perang Rusia-Ukraina adalah pasokan energi minyak dan gas. Rusia sendiri merupakan salah satu pemasok utama minyak dan gas untuk seluruh dunia. Situasi ini mandorong wacana untuk memunculkan sumber energi baru. Salah satunya adalah pemanfaatan nuklir.
Opsi pemanfaatan nuklir untuk kebutuhan energi masyarakat, masih harus menemui banyak pertimbangan mengingat pada kasus beberapa tahun yang lalu terjadi kebocoran reaktor nulir di Fukushima, dan sebelumnya lagi di Chernobyl Ukraina. Dikutip dari CNA, semenjak dua peristiwa itu, investasi energi nuklir menurun drastis. Hal ini membuat sedikitnya negara – negara di dunia yang melirik energi nuklir untuk pasokan negaranya.
Namun, hal yang unik terjadi, di mana Perdana Menteri Jepang menyerukan untuk menggunakan energi nuklir. Rencananya, Jepang akan membangun pabrik atom yang baru untuk mewujudkan keinginan ini, sementara kebanyakan negara masih skeptis dengan energi nuklir. Jerman merupakan salah satu negara yang menganggap tabu energi ini. Alasan iklim merupakan alasan utama Jerman untuk tidak menggunakan energi nuklir.
Menurut parkar iklim dan energi Greenpeace Jerman, Gerald Neubauer pemanfaatan energi nuklir “bukanlah solusi untuk krisis energi”. Ia juga menambahkan bahwa reaktor hanya akan menghemat gas yang digunakan untuk listrik. “Itu akan menghemat dari satu persen dari konsumsi gas,” katanya.
Masih tabunya isu ini bagi negara yang ingin menggunakannnya, membuat negara lain masih mencari cara untuk mencari energi alternatif.
Pengalaman negara dunia yang pahit tentang nuklir, membuat energi ini dianggap menjadi opsi pilihan terakhir dalam energi yang baru. Meskipun ada rezim atau peraturan yang sudah mengatur, namun nampaknya sebagian besar negara masih khawatir meski pun pemanfaatan nuklir jika dilakukan secara benar akan menjadikan energi yang baru dan mengurangi ketergantungan akan minyak dan gas.