sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Eropa desak AS dan Iran saling menahan diri

Eropa menekankan pentingnya dialog untuk meredakan ketegangan antara AS dan Iran.

Valerie Dante
Valerie Dante Selasa, 14 Mei 2019 15:59 WIB
Eropa desak AS dan Iran saling menahan diri

Sejumlah diplomat Eropa mendesak Amerika Serikat untuk menahan diri di tengah meningkatnya ketegangan dengan Iran, satu tahun setelah Washington menarik diri dari kesepakatan nuklir 2015.

Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Federica Mogherini menekankan perlunya dialog untuk meredakan ketegangan. Hal itu dia sampaikan usai bertemu dengan Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo.

Pompeo melakukan kunjungan mendadak ke Brussels, Belgia, pada Senin (13/5) untuk berbagi informasi terkait situasi terbaru dengan Iran.

AS kembali memberlakukan sanksi terhadap Iran sejak Donald Trump mengumumkan penarikan dari kesepakatan nuklir yang dinegosiasikan dengan Teheran dan enam negara lainnya pada 2015.

Pekan lalu, Washington mengerahkan kapal induk USS Abraham Lincoln dan gugus tugas pengebom ke Timur Tengah dengan alasan adanya indikasi ancaman dari Teheran.

Tidak lama, Iran menyatakan penarikan diri secara parsial dari kesepakatan nuklir.

Mogherini menyatakan Uni Eropa tetap sepenuhnya mendukung perjanjian itu, yang memberlakukan pembatasan bagi program nuklir Iran dengan imbalan pencabutan sanksi.

"Pompeo mendengarnya dengan sangat jelas dari kami, tidak hanya dari saya sendiri, tetapi juga dari negara-negara anggota Uni Eropa lainnya, bahwa kita hidup di saat sikap paling bertanggung jawab yang dapat diambil adalah menahan diri," jelas Mogherini.

Sponsored

Menteri luar negeri dari negara-negara Eropa yang turut menandatangani kesepakatan nuklir 2015 yakni Jerman, Inggris, dan Prancis, secara terbuka mengkritik pendekatan garis keras AS.

Pompeo, yang secara terpisah bertemu dengan masing-masing menlu tersebut, tidak berbicara kepada wartawan saat dia memasuki dan meninggalkan kantor pusat Uni Eropa.

Tidak hanya sejumlah negara Eropa, PBB pun menyerukan agar semua pihak menahan diri.

"Kami menyerukan semua pihak yang terkait untuk menahan diri demi perdamaian regional, termasuk dengan memastikan keamanan maritim," kata juru bicara PBB Farhan Haq.

Secara terpisah pada Senin, Mogherini mengetuai pertemuan yang disebut "E3" bersama Inggris, Prancis dan Jerman. Mereka membahas upaya untuk menjaga agar kesepakatan nuklir tetap berjalan.

AS salah langkah?

Menteri Luar Negeri Jerman Heiko Maas mengatakan bahwa Berlin masih menganggap kesepakatan nuklir 2015 sebagai dasar bagi Iran untuk mengekang program nuklirnya. Kesepakatan itu, tuturnya, merupakan hal yang penting bagi keamanan dunia.

"Dalam tatap mukanya dengan Pompeo, saya menekankan bahwa kami prihatin dengan perkembangan dan ketegangan di kawasan itu, kami tidak ingin ada eskalasi militer," tuturnya.

Sementara itu, Menteri Luar Negeri Inggris Jeremy Hunt memperingatkan bahwa memanasnya hubungan AS-Iran dapat memicu konflik bersenjata.

Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Yves Le Drian turut mengkritik AS, menyebut bahwa langkah Washington untuk meningkatkan sanksi terhadap Iran bukan tindakan yang tepat.

AS keluar dari kesepakatan nuklir dengan mengklaim bahwa perjanjian itu tidak melakukan apa pun untuk menghentikan program pengembangan rudal Iran atau destabilisasi Timur Tengah.

Namun, pihak Eropa bersikeras bahwa kesepakatan tersebut memang tidak pernah dimaksudkan untuk mengatasi masalah-masalah tesebut, tetapi telah efektif dalam mengekang ambisi nuklir Teheran.

Utusan Khusus AS untuk Iran Brian Hook menuturkan bahwa Pompeo membuat pemberhentian yang tidak terjadwal di Brussels karena AS merasakan adanya peningkatan ancaman dari Iran.

Pompeo melanjutkan perjalanannya ke Sochi pada Selasa (14/5) untuk bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin dan Menteri Luar Negeri Sergey Lavrov.

"Menlu Pompeo ingin membagikan beberapa detail ... Kami percaya bahwa Iran harus mencoba untuk berunding alih-alih mengancam," kata Hook kepada wartawan.

Sabotase kapal

Pompeo juga membahas serangan yang dilaporkan terjadi terhadap beberapa kapal tanker minyak di lepas pantai Uni Emirat Arab pada Minggu (12/5).

Uni Emirat Arab mengumumkan bahwa empat kapal komersial telah disabotase di dekat Selat Hormuz. Negara itu tidak menggambarkan sifat serangan atau mengatakan siapa yang bertanggung jawab atasnya.

"Uni Emirat Arab telah meminta AS untuk memberikan bantuan dalam proses penyelidikan dan dengan senang hati kami akan melakukannya," lanjut Hook.

Ditanya apakah menurut AS ada kemungkinan peran Iran di balik serangan tersebut, Hook tidak berkomentar.

Pada Senin, Presiden Donald Trump memperingatkan agar Iran tidak melakukan tindakan apa pun yang dapat memanaskan situasi antara kedua negara.

"Jika Iran melakukan sesuatu, itu akan menjadi kesalahan yang sangat buruk. Jika mereka mengambil tindakan, mereka akan sangat menderita," kata Trump di Gedung Putih.

Pada Senin, Arab Saudi mengatakan bahwa dua kapal tanker minyaknya termasuk di antara empat kapal yang disabotase.

Kementerian Luar Negeri Iran menyebut insiden itu mengkhawatirkan dan mengerikan, mereka meminta segera diadakan penyelidikan untuk mengusut masalah tersebut.

Sumber : Al Jazeera

Berita Lainnya
×
tekid