sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Filipina akhiri kerja sama militer dengan AS

Presiden Duterte meyakini bahwa sudah saatnya bagi Filipina untuk lebih mandiri secara militer.

Valerie Dante
Valerie Dante Rabu, 12 Feb 2020 07:00 WIB
Filipina akhiri kerja sama militer dengan AS

Presiden Filipina Rodrigo Duterte telah memberikan pemberitahuan resmi kepada Amerika Serikat tentang keputusannya untuk mengakhiri perjanjian bilateral yang mencakup kerja sama militer dengan Washington.

Perjanjian yang disebut Visiting Forces Agreement (VFA), yang ditandatangani pada 1998, mengizinkan ribuan tentara AS yang dirotasi di negara itu untuk mengadakan latihan militer.

Duterte, yang selama ini vokal menentang aliansi militer kedua negara tersebut, percaya sudah waktunya bagi Filipina untuk lebih mandiri secara militer.

"Sudah waktunya kita mengandalkan diri kita sendiri. Kita akan memperkuat pertahanan dan tidak bergantung pada negara lain," kata juru bicara Duterte, Salvador Panelo, dalam pengarahan media.

Hubungan pertahanan antara Filipina dan AS sudah terjalin sejak awal 1950-an dan diatur dalam Mutual Defense Treaty (MTD) serta perjanjian kerja sama pertahanan yang dibuat semasa pemerintahan Presiden Barack Obama.

Duterte mengambil langkah tersebut setelah komandan yang berada di garis depan dalam perang pemerintah melawan narkoba, mantan kepala polisi Ronald dela Rosa, mengatakan bahwa visa AS miliknya ditolak karena isu yang berkaitan dengan penahanan senator yang mengkritik Duterte.

Ini adalah pertama kalinya Presiden Duterte membatalkan perjanjian bilateral dengan AS. Selama lebih dari tiga tahun menjabat, dia kerap mengecam kemunafikan Washington yang menurutnya memperlakukan Filipina sebagai "anjing peliharaan".

Meski dibantah para jenderal militernya, Duterte telah berulang kali menuduh pasukan AS melakukan kegiatan klandestin. Dalam pidato pada Senin (10/2), dia mengklaim bahwa AS menyimpan senjata nuklirnya di Filipina.

Sponsored

Duterte menilai, kehadiran tentara AS berpotensi membuat Filipina menjadi target serangan. Dia berencana untuk tetap mengakhiri VFA meskipun pada sidang senat pekan lalu, menteri pertahanan serta menteri luar negeri Filipina mendukung perjanjian tersebut.

Presiden Duterte bahkan mengatakan bahwa Presiden Donald Trump memintanya untuk mengubah pikiran.

"Trump dan beberapa pihak lain berusaha menyelamatkan VFA. Saya bilang saya tidak mau," kata dia.

Menlu Filipina Teodoro Locsin mengonfirmasi bahwa Kedutaan Besar AS di Manila telah menerima pemberitahuan tersebut. VFA akan resmi berakhir dalam 180 hari ke depan. Banyak yang menilai, Duterte lebih ingin mendekatkan diri ke China dan Rusia daripada AS. (The Guardian)

Berita Lainnya
×
tekid