Filipina sahkan UU baru pelecehan seksual
UU anti-pelecehan seksual tersebut diteken pada April, tetapi baru diumumkan ke publik pada Senin (15/7).
Presiden Filipina Rodrigo Duterte telah menandatangani UU baru yang mengkriminalkan catcalling, wolf-whistling dan bentuk pelecehan seksual publik lainnya. Mereka yang ditangkap berdasarkan Safe Spaces Act dapat menghadapi hukuman enam bulan penjara dan denda hingga 500.000 peso.
UU itu diteken pada April, tetapi baru diumumkan ke publik pada Senin (15/7).
Partai politik perempuan Gabriela menyambut baik pengesahan UU dengan mengatakan bahwa itu merupakan hasil kerja keras berbagai kelompok perempuan untuk memerangi kesenjangan dalam hukum dan meningkatnya pelecehan seksual yang mengkhawatirkan.
He is the chief propagator of a culture that degrades and objectifies women, and that which exhorts cat-callers, sexual offenders and even uniformed personnel to disrespect women. Under this context, implementing the law will certainly be a challenge.
— Gabriela Women's Party (@GabrielaWomenPL) 16 July 2019BACA JUGA
Namun, di lain sisi, Gabriela menyatakan bahwa Duterte sendiri merupakan pelanggar terdepan atas aturan hukum yang dibuatnya sendiri.
"Dalam konteks ini, menerapkan UU itu tentu akan menjadi tantangan," ungkap Gabriela.
Di bawah hukum itu, pelecehan seksual berbasis gender dilarang di seluruh tempat umum, termasuk di jalan, tempat kerja, area rekreasi dan kendaraan umum. Adapun bentuk pelecehan lainnya termasuk meraba-raba, menguntit, berkedip, melontarkan penghinaan bernada misoginis, transphobia, homofobia atau seksis.
Tempat-tempat bisnis seperti restoran dan bioskop diharuskan menampilkan peringatan larangan serta nomor telepon yang dapat dihubungi jika terjadi dugaan kasus pelecehan seksual.
UU ini juga mencakup pelecehan seksual berbasis gender secara daring, termasuk ancaman fisik, psikologis dan emosional yang dilakukan baik secara termuka maupun melalui pesan pribadi.
Para pejabat terkait tidak menjelaskan mengapa pengesahan UU tersebut diumumkan cukup lama setelah diteken.
Penulis utama RUU itu, Senator Risa Hontiveros, menuturkan bahwa pengesahan ini merupakan kemenangan besar.
"Dengan UU ini, kita akan mengamankan kembali jalan-jalan dari pelecehan seksual dan kefanatikan gender serta menciptakan ruang publik yang aman untuk semua," kata Hontiveros.
Kontroversi Duterte
Duterte telah berulang kali menjadi sorotan utama lewat pernyataan-pernyataan provokatifnya terkait perempuan.
Awal tahun lalu, Duterte mengklaim dia melakukan pelecehan seksual terhadap seorang pembantu ketika masih remaja. Namun, juru bicaranya kemudian meralat dengan mengatakan bahwa itu hanya cerita karangan saja.
Duterte juga memicu kecaman setelah mencium seorang pekerja Filipina di luar negeri dalam sebuah acara publik. Tidak berhenti sampai di situ saja, sang presiden pernah mengatakan kepada militer Filipina agar mereka menembak pemberontak komunis perempuan tepat di alat kelamin mereka.
Sumber : BBC