G20 reformasi kebijakan pajak untuk perusahaan multinasional

Para Menteri Keuangan dari perkumpulan G20 pada Sabtu (10/7), menyetujui melakukan reformasi pajak untuk perusahaan multinasional yang bertujuan untuk mengakhiri surga pajak (negara atau tempat dengan tarif pajak "efektif" yang sangat rendah bagi investor asing). Hal itu akan membuka jalan bagi masuknya pajak besar yang ditargetkan terjadi pada 2023.

Proposal untuk memperkenalkan tarif pajak perusahaan global sebesar 15%, dan kini telah disetujui oleh lebih dari 130 negara. Menteri Keuangan Prancis Bruno Le Maire menggambarkan perjanjian itu sebagai "kemenangan".

"Kami mengakhiri pengoptimalan pajak dan raksasa digital akhirnya akan membayar bagian pajak yang adil. Ini adalah revolusi pajak terbesar dalam satu abad," ujar Le Maire di akun Twitternya.

Rekannya dari Amerika Janet Yellen mengatakan, kesepakatan itu menunjukkan dunia siap untuk mengakhiri perlombaan global ke bawah pada perpajakan perusahaan.

"Dunia sekarang harus bergerak cepat untuk menyelesaikan kesepakatan," terangnya.

G20 terdiri dari Argentina, Australia, Brasil, Kanada, Cina, Prancis, Jerman, Jepang, India, Indonesia, Italia, Meksiko, Rusia, Afrika Selatan, Arab Saudi, Korea Selatan, Turki, Inggris, AS, dan Uni Eropa. Spanyol juga diundang sebagai tamu tetap.

Bersama-sama, mereka menyumbang 60% dari populasi dunia dan mewakili lebih dari 80% Produk Domestik Bruto global dan 75% perdagangan global.

Sebelumnya pada Jumat (9/6), Panel Independen Tingkat Tinggi G20 mengatakan bahwa dunia harus berinvestasi lebih banyak untuk menghindari terulangnya pandemi Covid-19.

Hal ini memperingatkan krisis kesehatan berikutnya dapat tiba dalam satu dekade dan merekomendasikan pemerintah meningkatkan keuangan setidaknya €63 miliar selama lima tahun ke depan.

Sementara itu, sekitar 20 aktivis mendesak pemerintah untuk mengingat pentingnya menyelamatkan planet ini. Mereka duduk di tengah jembatan, jalan, dan alun-alun Venesia, menyerukan para pemimpin dunia untuk menghilangkan karbon dari ekonomi global.

Sumber : Euro News