sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Gagal lakukan reformasi, PM Lebanon mundur

PM Hariri mundur di tengah aksi protes terhadap kalangan elite penguasa yang telah berlangsung kurang lebih dua pekan.

Khairisa Ferida
Khairisa Ferida Rabu, 30 Okt 2019 11:33 WIB
Gagal lakukan reformasi, PM Lebanon mundur

Masa jabatan ketiga Saad Hariri (49) sebagai Perdana Menteri Lebanon terperosok dalam persaingan politik yang menghambat reformasi yang diperlukan untuk menyelamatkan negara dari keruntuhan ekonomi.

Hariri, seorang politikus suni terkemuka yang juga putra mantan PM Rafik Hariri, mengumumkan pengunduran dirinya pada Selasa (29/10). Itu sebagai respons atas demonstrasi terhadap seluruh elite penguasa yang disebut telah memerah negara itu selama beberapa dekade.

Protes telah berlangsung kurang lebih selama dua minggu.

Dibutuhkan waktu sembilan bulan bagi Hariri untuk berupaya membentuk pemerintahan koalisi yang menyatukan hampir seluruh partai yang bertikai, termasuk kelompok Hizbullah yang syiah dan Gerakan Patriotik Bebas yang memiliki basis dukungan Kristen Maronit.

Hariri memasuki masa jabatan ketiganya dalam kondisi dilemahkan oleh keseimbangan kekuasaan yang telah bergeser ke Hizbullah yang didukung Iran.

Setelah menyegel perjanjian soal kabinet pada Januari, Hariri disebut fokus menghidupkan kembali perekonomian yang telah menderita akibat gejolak regional bertahun-tahun. Kondisi itu diperparah oleh fakta bahwa Lebanon merupakan salah satu pemilik beban utang publik terberat di dunia. 

Namun, upayanya untuk melakukan reformasi dihadapkan pada persoalan yang sama seperti sebelum-sebelumnya, yaitu perlawanan dari politikus yang bertekad untuk mempertahankan kepentingan pribadi dan keuntungan finansial mereka.

Beberapa hari lalu, Hariri menggambarkan sejumlah masalah dalam upayanya untuk memperbaiki sektro kelistrikan, yang menelan US$2 miliar dari anggaran setiap tahunnya, namun gagal menghasilkan daya yang cukup bagi negara itu.

Sponsored

Mengakui kekalahannya, Hariri menuturkan bahwa dia telah menemui jalan buntu. "Sudah saatnya kita memiliki kejutan besar untuk menghadapi krisis. Kepada seluruh mitra politik, merupakan tanggung jawab kita hari ini untuk melindungi Lebanon dan menghidupkan kembali perekonomiannya."

Tekanan ekonomi dan kompromi politik

Karier Hariri dibangun di atas perlindungan negara-negara Teluk Arab, penyebaran kekayaan keluarganya yang juga digunakan untuk membiayai jaringan politik dan rasa hormat sebagian besar masyarakat Lebanon terhadap ayahnya.

Pada tahun-tahun awal, karier politik Hariri ditentukan oleh aliansinya yang erat dengan Arab Saudi dan konfrontasi dengan Suriah dan Iran.

Hariri membentuk pemerintahan koalisi pertamanya pada 2009 setelah koalisi anti-Suriah dan anti-Hizbullah yang dipimpinnya pada saat itu memenangkan mayoritas parlemen dengan dukungan Arab Saudi. Aliansi "14 Maret" itu berangsur-angsur hancur pada tahun-tahun berikutnya.

Kabinetnya digulingkan pada awal 2011 ketika Hizbullah dan sekutunya memutuskan mundur karena ketegangan yang timbul dari penyelidikan atas pembunuhan Rafik al-Hariri. Dalam beberapa tahun berikutnya, Saad sebagian besar tetap berada di luar Lebanon dengan alasan keamanan.

Ketika perang di negara tetangga Suriah meningkat, Lebanon dicengkeram oleh ketegangan terkait dengan konflik.

Sementara itu, Hariri menderita pukulan finansial dari keruntuhan bisnis konstruksi keluarganya di Arab Saudi. Ini membebani keuangan jaringan politiknya di Lebanon.

Hariri membuat serangkaian konsesi politik di Lebanon yang akhirnya membuatnya mendukung sekutunya Michel Aoun dari Gerakan Patriotik Bebas untuk menjadi presiden. Kesepakatan itu membuat Hariri menjadi perdana menteri untuk kedua kalinya pada 2016.

Di lain sisi, Hariri tetap menjadi lawan Hizbullah tetapi fokusnya sebagian besar pada masalah ekonomi Libanon.

Hubungan Hariri dengan Arab Saudi tengah bahkan dikabarkan putus karena kegeraman Riyadh pada peran Hizbullah yang berkembang di Lebanon. Relasi keduanya mencapai titik nadir pada November 2017 ketika secara luas dilaporkan bahwa Riyadh telah memaksa Hariri untuk mengundurkan diri, bahkan menahannya di kerajaan.

Arab Saudi dan Hariri secara terbuka menyangkal versi acara tersebut, meskipun Presiden Prancis Emmanuel Macron membenarkan bahwa Hariri ditahan di Arab Saudi.

Adapun hubungan dengan negara-negara Teluk Arab telah menghangat belakangan. Hariri mengunjungi Uni Emirat Arab awal bulan ini, menyatakan bahwa Lebanon telah dijanjikan investasi dan dukungan finansial. Tapi itu belum terwujud pada saat dia mengundurkan diri.

Sumber : Reuters

Berita Lainnya
×
tekid