sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Gambar satelit menunjukkan aktivitas di situs rudal Korea Utara

Tongchang-ri adalah salah satu dari sejumlah fasilitas uji coba rudal jarak jauh Korea Utara.

Khairisa Ferida
Khairisa Ferida Rabu, 06 Mar 2019 12:41 WIB
Gambar satelit menunjukkan aktivitas di situs rudal Korea Utara

Citra satelit menunjukkan, Korea Utara telah memulai pembangunan kembali bagian dari fasilitas uji coba rudal jarak jauh. Laporan ini memicu tanda tanya tentang masa depan perundingan dengan Amerika Serikat.

Beyond Parallel dan 38 North mengatakan bahwa mereka telah mengamati aktivitas di fasilitas peluncuran satelit Tongchang-ri, yang sejak sekitar Agustus tahun lalu sudah tidak aktif. Keduanya merupakan situs pemantauan Korea Utara.

Tongchang-ri adalah salah satu dari sejumlah fasilitas uji coba rudal jarak jauh Korea Utara.

38 North menemukan bahwa upaya untuk membangun kembali landasan peluncuran dan uji coba mesin rudal dimulai antara 16 Februari dan 2 Maret

Peluncuran satelit menggunakan teknologi yang serupa dengan rudal balistik, dan para ahli telah lama memperingatkan bahwa upaya Korea Utara untuk meluncurkan satelit ke angkasa luar dapat membantu mereka mengembangkan rudal balistik jarak jauh.

Adapun Beyond Parallel melaporkan bahwa ada aktivitas di bantalan uji mesin vertikal dan struktur transfer roket yang dipasang di rel peluncuran. Disimpulkan bahwa kegiatan itu disengaja dan terarah.

CIA menolak mengomentari foto-foto tersebut.

Aktivitas di Tongchang-ri

Sponsored

"Jika Korea Utara melakukan sesuatu yang mereka ingin kita tahu, mereka akan mengatakannya. Tetapi sekarang mereka tidak mengatakan apa-apa," kata Joseph Yun, mantan utusan khusus Kementerian Luar Negeri AS untuk kebijakan Korea Utara. "Terlalu dini untuk berpikir bahwa ini adalah respons atas apa yang terjadi di Hanoi."

Joel Wit, mantan diplomat Kementerian Luar Negeri dan pendiri 38 North menulis di Twitter bahwa aktivitas di Tongchang-ri tidak memberikan bukti bahwa Korea Utara tengah bersiap untuk melakukan uji coba rudal balistik antarbenua (ICBM).

Pasca-KTT pertama Amerika Serikat-Korea Utara di Singapura pada Juni 2018, Donald Trump memuji laporan yang menyebutkan, Pyongyang memulai pembongkaran Stasiun Peluncuran Satelit Sohae, nama lain untuk Tongchang-ri.

Dave Schemerler, rekan peneliti senior di Center for Nonproliferation Studies yang ahli dalam analisis citra satelit mengatakan bahwa pengembangan yang lebih penting adalah aktivitas yang dilakukan di tempat uji mesin, di mana Pyongyang secara teoritis dapat meningkatkan mesin pada rudal yang memiliki kapabilitas nuklir.

Korea Utara telah berhasil menguji dua jenis ICBM via mobile launcher, sehingga tidak memerlukan landasan peluncuran untuk uji coba rudal jarak jauh.

Schemerler menyatakan, mungkin pula bahwa kegiatan di fasilitas itu adalah langkah catur dalam strategi negosiasi Korea Utara, untuk meningkatkan tekanan pada AS.

Trump dan Pompeo telah menggembar-gemborkan fakta bahwa Korea Utara belum melakukan uji coba rudal atau nuklir dalam kurun lebih dari satu tahun.

"Situs itu sendiri, dalam arti makro, sangat transparan. Dan Korea Utara tahu kami selalu memantaunya," kata Schemerler. "Ketika mereka melakukan sesuatu di Sohae, mereka tahu bahwa itu dengan sangat mudah dapat dikonsumsi politik domestik AS."

Belum jelas apakah perkembangan paling baru ini akan memengaruhi bagaimana kebijakan Gedung Putih terhadap Korea Utara.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri AS Robert Palladino tidak menegaskan apakah para diplomat AS telah berhubungan dengan para pejabat Korea Utara terkait pasca-KTT kedua di Hanoi. Dia hanya mengatakan bahwa kedua pihak tetal dalam menjalin "kontak yang teratur".

Sementara itu John Bolton, penasihat keamanan nasional Trump, pada Selasa menuturkan bahwa usai KTT di Hanoi, dia berharap Korea Utara segera mengungkapkan kebijakan mereka. 

"Jika mereka tidak bersedia melakukannya, Presiden Trump sudah sangat jelas bahwa mereka tidak akan mendapat bantuan atas sanksi ekonomi yang menghancurkan ... dan faktanya, kami akan mempertimbangkan untuk meningkatkan sanksi," kata Bolton.

Bagaimana di Yongbyon?

Laporan aktivitas di Tongchang-ri datang hanya beberapa jam setelah Badan Intelijen Korea Selatan (NIS) melaporkan bahwa bagian dari kompleks nuklir Yongbyon, termasuk reaktor yang diyakini menghasilkan plutonium tingkat senjata, belum aktif sejak awal 2019.

Badan Energi Atom Internasional (IAEA) mengumumkan temuan serupa awal pekan ini. Direktur umum organisasi itu, Yukiya Amano, mengatakan pada Senin (4/3) bahwa badan tersebut belum mengamati aktivitas di beberapa fasilitas penting di Yongbyon, tetapi tidak melihat indikasi penggunaan berkelanjutan dari sentrifugal di fasilitas yang dilaporkan.

38 North mengungkapkan sesaat sebelum KTT bahwa tidak ada indikasi reaktor yang memproduksi plutonium itu beroperasi. Sebuah unggahan 38 North pada Januari menyebutkan, Yongbyon terlihat terpelihara dengan baik tetapi fasilitas utama tampaknya tidak beroperasi, kecuali untuk apa yang diyakini sebagai pabrik pengayaan uranium.

Yongbyon merupakan satu-satunya kompleks yang diketahui publik sebagai fasilitas yang memproduksi bahan fisil untuk senjata nuklir, tetapi para ahli telah lama meyakini bahwa Korea Utara mengoperasikan serangkaian situs rahasia yang berkontribusi pada program rudal balistik dan senjata nuklir mereka.

Para ahli nuklir menyatakan bahwa tawaran Korea Utara untuk membongkar fasilitas nuklirnya di Yongbyon seharusnya tidak membujuk AS untuk mencabut sanksi, karena mereka dapat menghasilkan dua hingga tiga senjata nuklir dalam kurun satu tahun di fasilitas lainnya.

Dalam konferensi persnya pasca-KTT, Trump mengatakan bahwa dia meninggalkan pembicaraan dengan Kim Jong-un karena pemimpin Korea Utara itu meminta AS mencabut seluruh sanksi sebagai imbalan jika mereka pembongkaran fasilitas nuklir Yongbyon.

David Albright, presiden Institute for Science and International Security yang juga mantan inspektur senjata nuklir AS mengatakan, Trump mungkin meninggalkan Kim Jong-un karena AS tahu bahwa Korea Utara dapat memproduksi senjata nuklir di fasilitas mereka lainnya.

"Orang mungkin berpendapat bahwa Yongbyon menghasilkan cukup banyak plutonium dan bisa membuat uranium tingkat senjata ... untuk dua, tiga senjata nuklir setahun," kata Albright. "Mereka dapat memiliki fasilitas pengayaan yang cukup di luar Yongbyon untuk membuat jumlah yang sama dalam setahun."

Korea Utara telah menawarkan untuk membongkar fasilitas Yongbyon dua kali sebelumnya.

Pyongyang mengumumkan keinginannya untuk membongkar fasilitas itu dan menutup reaktor utama di Yongbyon pada awal 1990-an berdasarkan kesepakatan yang dicapai dengan AS. Namun, ketika kesepakatan itu gagal mereka kembali beroperasi pada 2003.

Di bawah kesepakatan 2007, Korea Utara mengatakan pihaknya bersedia membongkar Yongbyon dan menutup reaktor, hanya untuk membukanya kembali ketika kesepakatan itu juga berakhir dengan berantakan. (CNN dan VoA)

Berita Lainnya
×
tekid