sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Hadang bantuan dari Kolombia, pasukan Venezuela blokir jembatan

Pasukan Venezuela yang pro-Maduro memblokade jembatan Tienditas, yang menghubungkan negara itu dengan Kolombia.

Khairisa Ferida
Khairisa Ferida Kamis, 07 Feb 2019 10:28 WIB
Hadang bantuan dari Kolombia, pasukan Venezuela blokir jembatan

Pasukan Venezuela telah membarikade sebuah jembatan di perbatasan barat negara itu dengan Kolombia dalam upaya untuk mencegah masuknya bantuan kemanusiaan.

Pada Rabu (6/2) siang, sebuah tangki bahan bakar dan dua kontainer dihadang di jembatan Tienditas, yang menghubungkan kedua negara dan menjadi landasan bagi pengiriman bantuan. Anggota garda nasional Venezuela juga berjaga-jaga di kawasan itu.

"Sebuah konvoi yang membawa bantuan, yang disumbangkan oleh Amerika Serikat, meninggalkan Bogota pada pukul 11.00 kemarin dan tengah melalui perjalanan berliku ke Cucuta. Paling awal akan mencapai perbatasan pada Kamis pagi," sebut seorang pejabat Kolombia.

Presiden Nicolas Maduro telah berulang kali membantah negaranya yang hancur secara ekonomi menghadapi krisis kemanusiaan. Sikapnya, dinilai menunjukkan kekhawatirannya bahwa penerimaan semacam itu dapat dimanfaatkan untuk membenarkan intervensi militer asing.

"Kita bukan pengemis," ujar Maduro dalam pidatonya di hadapan militer beberapa waktu lalu.

Upaya saingan politiknya, Juan Guaido, untuk mendorong bantuan melalui perbatasan Venezuela dengan Kolombia dan Brasil merupakan yang terbaru untuk melemahkan rezim Maduro dengan memaksa anggota militer untuk melanggar perintahnya dan membiarkan bantuan masuk.

"Sekarang, tujuan utama adalah menghancurkan militer dan bantuan kemanusiaan pada dasarnya adalah kuda Troya untuk mencoba melakukan itu," ungkap Maryhen Jiménez Morales, seorang ahli politik Venezuela dari Oxford University.

Guaido mendesak pasukan perbatasan Venezuela untuk tidak menghalangi bantuan kemanusiaan.

Sponsored

Juan Andrés Mejía, seorang anggota parlemen dari partai Guaido, Voluntad Popular, mengatakan bahwa upaya untuk memberikan bantuan melintasi perbatasan Venezuela merupakan tantangan ganda bagi rezim Maduro.

"Pemerintah memiliki dilema ... Antara akan mengizinkannya masuk atau menolaknya. Saya rasa mereka tidak akan (menolaknya) karena mereka tidak bodoh. Jadi, ini adalah situasi yang saling menguntungkan bagi kita dan juga rakyat," tutur Andrés Mejía.

Andrés Mejía membantah bahwa oposisi menginginkan insiden militer yang dapat dimanfaatkan untuk membenarkan intervensi internasional untuk melengserkan Maduro. "Itu bukan tujuan kami. Bukan itu yang kami cari. Pada dasarnya, strateginya adalah menunjukkan pada masyarakat bahwa bantuan kemanusiaan itu nyata, bukan hanya wacana, itu dekat, dan dapat segera tiba di sini."

"Kami adalah gerakan tanpa kekerasan. Kami tidak memiliki senjata dan kami tidak ingin memilikinya. Kami benar-benar yakin bahwa kekerasan bermanfaat bagi pemerintah dan kami tidak dapat menang melawan pemerintah," ungkap Andrés Mejía.

PBB memperingatkan agar tidak menggunakan bantuan sebagai alat politik. 

"Tindakan kemanusiaan harus independen dari tujuan politik, militer atau lainnya," kata juru bicara PBB Stéphane Dujarric. "Ketika kita melihat kebuntuan saat ini, menjadi semakin jelas bahwa negosiasi politik yang serius antara para pihak diperlukan untuk menemukan solusi yang mengarah pada perdamaian abadi bagi rakyat Venezuela."

Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo melalui Twitter menyatakan bahwa rakyat Venezuela sangat membutuhkan bantuan kemanusiaan. Dia mendesak rezim Maduro untuk membiarkan bantuan mencapai pihak yang membutuhkan.

Bagaimanapun, Maduro dan lingkaran dalamnya tetap bersikeras di muka publik bahwa bantuan itu tidak akan diizinkan masuk.

"Dengan pertunjukan bantuan kemanusiaan ini mereka berusaha mengirim pesan bahwa Venezuela harus mengemis ke dunia. Dan Venezuela tidak akan meminta apa pun dari siapa pun di dunia ini," tegas Maduro pada Senin (4/2).

Sumber : The Guardian

Berita Lainnya
×
tekid