sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Hiperinflasi Venezuela: Tahun ajaran baru sepi siswa

Tahun ajaran baru di Venezuela telah dimulai pada Senin (17/9). Namun, krisis membuat sekolah-sekolah di seluruh negeri sepi siswa.

Khairisa Ferida
Khairisa Ferida Selasa, 18 Sep 2018 18:54 WIB
Hiperinflasi Venezuela: Tahun ajaran baru sepi siswa

Tahun ajaran baru di Venezuela dimulai pada Senin (17/9). Hanya sedikit murid yang datang ke sekolah di tengah krisis ekonomi yang melumpuhkan.

Mayoritas keluarga di Venezuela dikabarkan tidak lagi mampu membeli persediaan kebutuhan atau memberi anak-anak mereka makan agar cukup fokus pada urusan belajar.

Venezuela, negeri di ujung utara Amerika Selatan itu mendadak ambruk akibat harga minyak yang jatuh dan diperparah dengan kesalahan pengelolaan ekonomi dan krisis politik domestik. Jutaan rakyatnya berjuang untuk makan, sementara ratusan ribu lainnya memilih menyeberang ke negara tetangga untuk mencari penghidupan yang lebih baik.

Lazim memang, butuh beberapa waktu agar kelas kembali berjalan sebagaimana mestinya. Namun, para guru mengatakan bahwa absensi tahun ini meningkat secara signifikan. 

Di daerah pedesaan Caucagua yang miskin, yang terletak sekitar 75 km dari Caracas, hanya tiga pelajar yang tiba di Miguel Acevedo Educational Unit. Itu merupakan sebuah sekolah dasar negeri yang memiliki 65 murid terdaftar.

"Performa sekolah cukup rendah karena anak-anak tidak masuk," ungkap Kepala Sekolah Miguel Acevedo Educational Unit Nereida Veliz.

Listrik di sekolah itu sendiri padam. Sementara, air hanya mengalir tiga hari dalam seminggu.

Para murid biasanya akan datang ke sekolah untuk menerima makanan yang disponsori negara. 

Sponsored

"Mereka tidak makan di rumah, mereka makan di sini," tutur Veliz.

Kementerian Pendidikan Venezuela belum merespons hal ini.

Pada Jumat (14/9), Menteri Pendidikan Venezuela Aristobulo Isturiz mengatakan, kelas akan segera dibuka bagi 7,6 juta murid di 30.000 sekolah di seluruh negeri. Angka tersebut mencakup 5.000 sekolah swasta.

Hiperinflasi yang dialami Venezuela telah membuat pensil, buku, dan seragam di luar jangkauan rata-rata warga. Selain itu, amburadulnya sistem transportasi umum telah membatasi aktivitas warga, termasuk perkara mengantar anak ke sekolah. 

"Butuh usaha keras untuk mengantarkan anak ke sekolah. Sebagian dari seragamnya punya tahun lalu dan sebagian lainnya punya saudaranya," ujar Omaira Bracho (50), yang tinggal di Punto Fijo di negara bagian Falcon. "Saya membeli sepatu yang diobral. Yang tersulit adalah peralatan sekolah." 

Menyikapi apa yang dialami negaranya, Presiden Nicolas Maduro mengatakan bahwa Venezuela adalah korban perang ekonomi yang dipimpin oleh musuh politiknya yang didukung oleh Amerika Serikat.

Di Tachira, Javier Tarazona dari asosiasi guru mengatakan bahwa proses belajar mengajar belum dimulai. Itu dipicu sejumlah masalah, termasuk kurangnya tenaga pengajar, sanitasi yang tidak memadai, dan makanan yang tidak mencukupi.

Dari 365 murid di sekolah Benedicto Marmol hanya tiga orang yang muncul pada Senin kemarin. "Selalu ada banyak anak yang absen pada awal tahun ajaran baru, tetapi tidak pernah begitu mencolok seperti ini," katanya. (VOA)

Berita Lainnya
×
tekid