sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Hong Kong mulai tenang, Cross-Harbour Tunnel kembali dibuka

Polisi masih berjaga-jaga di sekitar PolyU, medan perang terakhir dalam protes prodemokrasi.

Valerie Dante
Valerie Dante Rabu, 27 Nov 2019 14:01 WIB
 Hong Kong mulai tenang, Cross-Harbour Tunnel kembali dibuka

Salah satu terowongan di Hong Kong, Cross-Harbour Tunnel, dibuka kembali pada Rabu (27/11) pagi setelah ditutup selama dua minggu akibat bentrokan di Hong Kong Polytechnic University (PolyU).

Pihak berwenang Hong Kong berharap bahwa jeda bentrokan selama akhir pekan akibat adanya pemilu dewan distrik membawa ketenangan setelah kota itu dilanda kekacauan selama hampir enam bulan terakhir.

Otoritas China menegaskan kembali perlunya menghentikan kekerasan dan memulihkan ketertiban setelah pemilu. Beijing telah mendirikan pusat komando khusus di pusat teknologi China di Shenzhen, tepat di seberang perbatasan kota itu dengan Hong Kong. 

Ada euforia di antara para demonstran akibat kemenangan kubu prodemokrasi di pemilu, yang berhasil menyapu sekitar 86% dari 452 kursi dewan distrik. Meski begitu, protes lanjutan direncanakan akan tetap berlanjut pada akhir pekan.

Pemilu pada Minggu (24/11), menunjukkan lonjakan signifikan jumlah pemilih. Dan kemenangan kubu prodemokrasi dipandang sebagai mosi tidak percaya bagi Kepala Eksekutif Hong Kong Carrie Lam atas penanganannya terhadap krisis terburuk yang melanda kota itu selama beberapa dekade terakhir.

Pemulihan arus lalu lintas kendaraan di Cross-Harbour Tunnel pada Rabu terjadi setelah pemrotes antipemerintah menutup jalan itu. Mereka membarikade diri di kampus PolyU dan memblokir mulut terowongan.

Stasiun televisi lokal memperlihatkan kendaraan yang kembali melintas setelah terowongan itu dibuka kembali.

Gerai-gerai tol dihancurkan, terjadi pembakaran dan batu bata disemen di jalan raya. Fakta-fakta tersebut sangat mengganggu lalu lintas antara Pulau Hong Kong dengan Kowloon.

Sponsored

Polisi masih berjaga-jaga di sekitar PolyU. Sejak Selasa (26/11), tim keamanan menyisir kampus untuk mencari pengunjuk rasa yang mungkin masih bersembunyi di dalam bangunan tersebut.

PolyU berubah menjadi medan perang pada pertengahan November ketika hampir seribu pengunjuk rasa memblokade diri mereka di dalam kampus. Mereka melemparkan molotov dalam bentrokan dengan polisi antihuru-hara, yang membalas dengan menembakkan meriam air dan gas air mata.

Polisi membentuk barisan keamanan di sekitar kampus untuk mengepung demonstran yang berlindung di dalam. Pihak keamanan kemudian menangkap ratusan pemrotes.

Wakil Rektor PolyU Alexander Wai mengatakan tidak menemukan pengunjuk rasa dalam pencarian pada Selasa. Namun, dia tidak menyampingkan kemungkinan ada sejumlah demonstran yang masih bersembunyi di dalam kampus seluas 9,46 hektare itu.

Wai menyatakan bahwa pada Selasa, tim keamanan menemukan perempuan 18 tahun yang diyakini bukan merupakan mahasiswa PolyU. Dia ditemukan dalam kondisi lemah dan telah diberikan perawatan medis.

Dia menjelaskan, pihak universitas akan bersama-sama memutuskan langkah selanjutnya dengan polisi. Jika terbukti tidak ada lagi pemrotes yang bersembunyi, polisi akan melakukan operasi menyapu senjata-senjata berbahaya dari kampus, termasuk bahan peledak.

Dalam hari kedua berturut-turut, halaman depan dari surat kabar Hong Kong, Sing Pao, menyerukan pengunduran diri Lam dengan judul berita utama berbunyi, "Hong Kong people had enough, Carrie Lam quit". (Reuters dan AP)

Berita Lainnya
×
tekid