sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

HRW: Ratusan anak di Irak disiksa akibat dugaan afiliasi dengan ISIS

Sekitar 1.500 anak ditahan oleh pemerintah federal dan Pemerintah Wilayah Kurdi di Irak karena diduga memiliki hubungan dengan ISIS.

Valerie Dante
Valerie Dante Rabu, 06 Mar 2019 19:04 WIB
HRW: Ratusan anak di Irak disiksa akibat dugaan afiliasi dengan ISIS

Hingga akhir 2018, sekitar 1.500 anak-anak ditahan oleh pemerintah federal dan Pemerintah Wilayah Kurdi (KRG) di Irak karena diduga memiliki hubungan dengan ISIS.

Hal itu diungkapkan dalam laporan setebal 53 halaman berjudul "'Everyone Must Confess': Abuses against Children Suspected of ISIS Affiliation in Iraq" yang menyatakan bahwa anak-anak kerap ditangkap dan disiksa secara sewenang-wenang sebagai upaya mendapatkan pengakuan dari mereka.

"Anak-anak yang dituduh berafiliasi dengan ISIS ditahan, seringkali disiksa, dan diadili, terlepas dari tingkat keterlibatan mereka dengan kelompok itu," kata Direktur Advokasi Hak Anak untuk HRW Joe Becker.

HRW mendesak agar pemerintah federal dan KRG mengubah UU antiterorisme untuk mengakhiri penahanan semacam itu, menegaskan bahwa mereka telah melanggar hukum internasional.

Kelompok hak asasi manusia itu menekankan bahwa hukum internasional mengakui anak-anak yang direkrut oleh kelompok bersenjata harus direhabilitasi dan diintegrasikan kembali ke masyarakat.

"Perlakuan kasar Irak dan KRG terhadap anak-anak itu lebih mirip pembalasan dendam daripada upaya menuntut keadilan atas kejahatan ISIS," jelas Becker. "Anak-anak yang terlibat dalam konflik bersenjata berhak mendapatkan rehabilitasi dan reintegrasi, bukan penyiksaan dan penjara." 

Sejauh ini, para pejabat pemerintahan Irak dan Kurdi belum memberikan tanggapan.

KRG sebelumnya telah menolak laporan HRW yang menuduh bahwa mereka menyiksa anak-anak demi mendapatkan pengakuan terkait afiliasi dengan ISIS.

Sponsored

Pada Januari, pejabat KRG mengatakan kebijakan mereka adalah untuk merehabilitasi anak-anak itu, melarang segala bentuk penyiksaan, dan memberikan anak-anak itu hak yang sama seperti tahanan lainnya.

Mengutip pernyataan pemerintah Irak, HRW menuturkan setidaknya 185 anak telah dinyatakan bersalah atas tuduhan terorisme dan dijatuhi hukuman penjara.

Laporan tersebut menuduh bahwa pihak berwenang setempat seringkali menangkap anak-anak yang mereka duga memiliki koneksi dengan ISIS, menggunakan penyiksaan untuk memaksa pengakuan, dan menghukum para tersangka dalam persidangan yang tidak adil.

"Pendekatan dengan menghukum ini bukan upaya mencari keadilan, itu akan menciptakan konsekuensi negatif seumur hidup bagi banyak dari anak-anak itu," kata Becker.

Disiksa setiap hari

Pada November 2018, HRW mewawancarai 29 anak yang ditahan atas dugaan afiliasi dengan ISIS.

Sebanyak 19 orang di antaranya melaporkan bahwa mereka telah disiksa, termasuk dipukul menggunakan pipa plastik, kabel listrik, atau tongkat.

Seorang anak laki-laki berusia 17 tahun yang ditahan oleh pasukan keamanan Irak pada 2017 mengatakan telapak kakinya berkali-kali dipukuli dan pergelangan tangannya diikat untuk menggantung tubuhnya selama 10 menit oleh interogator.

Selama tiga hari, para interogator berulang kali mengatakan dia harus mengaku bergabung dengan ISIS, hal yang akhirnya dia lakukan.

Setelah menjalankan persidangan, dia dipindahkan ke penjara di Bandara Baghdad, yang menjadi tempatnya menetap selama tujuh setengah bulan.

"Setiap hari menyiksa. Kami semua dipukuli setiap hari," kata dia.

Seorang anak berusia 14 tahun mengatakan dia disiksa untuk membuat pengakuan oleh petugas dari Kepolisian Kurdi Asayish pada 2017.

"Mereka memukuli seluruh tubuh saya dengan pipa plastik," ungkapnya. "Pertama, mereka bilang saya harus mengatakan saya bergabung dengan ISIS dan saya menurutinya. Kemudian mereka mengatakan saya harus bilang telah bekerja untuk ISIS selama tiga bulan. Saya bilang saya bukan bagian dari ISIS, tetapi mereka berkata, 'Tidak, kamu harus mengatakannya'."

Laporan HRW itu juga menunjukkan bahwa sebagian besar dari mereka yang diwawancarai mengungkapkan telah bergabung dengan ISIS karena kebutuhan ekonomi atau tekanan dari teman sebaya dan keluarga.

Beberapa mengatakan mereka didorong oleh masalah keluarga atau keinginan untuk mendapatkan status sosial.

HRW mengatakan bahwa anak-anak Irak yang telah dibebaskan takut kembali ke rumah karena stigma keanggotaan ISIS dan ancaman balas dendam yang ditujukan kepada mereka. 

Stigma itu dapat menyebabkan pemisahan permanen dari keluarga dan komunitas mereka. (BBC dan HRW)

Berita Lainnya
×
tekid