sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

India longgarkan sejumlah pembatasan di Kashmir

Pengumuman pelonggaran pembatasan tersebut datang setelah serangkaian protes mewarnai negara bagian itu pada akhir pekan.

Valerie Dante
Valerie Dante Senin, 19 Agst 2019 13:24 WIB
India longgarkan sejumlah pembatasan di Kashmir

Pada Senin (19/8), para pejabat India mengumumkan bahwa kantor-kantor pemerintah akan kembali beroperasi, akses telepon perlahan-lahan dipulihkan dan sebanyak 190 sekolah akan mulai dibuka di Kashmir. Pengumuman pelonggaran pembatasan tersebut datang setelah serangkaian protes mewarnai negara bagian itu pada akhir pekan.

Setidaknya puluhan orang dilaporkan dilarikan ke rumah sakit akibat terluka karena peluru pelet setelah bentrokan antara pengunjuk rasa dan polisi pada Sabtu (17/8) malam waktu setempat. Bentrokan itu terjadi hampir dua pekan setelah pemerintah India memutuskan untuk mencabut status khusus Kashmir yang diatur dalam Pasal 370.

Warga dan polisi mengatakan banyak orang yang terluka akibat peluru pelet tidak mencari perawatan karena takut akan diidentifikasi dan ditangkap.

Selain peluru pelet, pasukan India juga menggunakan gas air mata dan granat cabai untuk membubarkan massa di sejumlah titik di Ibu Kota Srinagar. Menurut laporan media lokal, seorang pria berusia 65 tahun meninggal di rumah sakit pada Sabtu malam setelah dirawat akibat kesulitan bernapas karena terdampak gas air mata dan granat cabai yang dilempar oleh polisi.

Ketua Menteri Jammu dan Kashmir pada Jumat (16/8) mengumumkan telah melonggarkan aturan jam malam yang sebelumnya diterapkan.

"Kami mengharapkan selama beberapa hari ke depan seiring dengan pelonggaran pembatasan, kehidupan di Jammu dan Kahsmir dapat berangsur normal," kata dia.

Namun, pada Minggu (18/8), pihak berwenang India kembali menerapkan pembatasan pergerakan di Kashmir. Langkah itu diambil setelah bentrokan terjadi antara penduduk dan polisi di hari yang sama.

Pada Minggu, di kota tua Srinagar, pusat berlangsungnya protes, toko-toko ditutup serta sejumlah personil bersenjata paramiliter India berjaga-jaga di sana.

Sponsored

Di wilayah Chattabal, penduduk mengaku bahwa polisi telah menahan seorang pria, yang dilaporkan juga seorang polisi, yang hanya diam dan menyaksikan ketika sekelompok anak muda bentrok dengan petugas pada Minggu sore waktu setempat.

"Polisi datang dengan kendaraan lapis baja, menembakkan pelet dan melemparkan bom asap," kata seorang warga.

Tanveer Ahmad, pemilik toko di wilayah barat Srinagar, mengatakan dia menutup tokonya setiap kali dia melihat kendaraan polisi mendekat.

"Mungkin saja ini normal bagi pemerintah India, tetapi tidak normal bagi warga Kashmir," kata dia. "Polisi mengatakan ada beberapa perusuh. Jika itu masalahnya, mengapa mereka membatasi pergerakan seluruh warga Kashmir? Mengapa mereka menangkap para pemimpin politik?."

Menjelang pencabutan status khusus Kashmir, sejumlah pemimpin politik terkemuka di kawasan itu ditahan. Pemerintah India juga memberlakukan jam malam dan pemutusan akses komunikasi yang belum pernah terjadi sebelumnya.

"Pemerintah menipu orang-orang dan dunia," kata Ahmad. "Setiap aspek kehidupan kami telah terpengaruh. Kami mengalami trauma. Pikiran saya terganggu dan semua orang menjadi tegang."

Di Safa Kadal, Srinagar, Syed Shanawaz menggambarkan kehidupan yang dibatasi sebagai "neraka".

"Selama 13 hari saya tidak melakukan apa-apa. Saya duduk di dalam kamar, makan dan pergi ke kamar mandi. Walaupun orang-orang diizinkan untuk berjalan-jalan di luar, saya sangat tertekan sehingga saya bahkan tidak melakukan itu," kata Shanawaz.

Dua hari yang lalu, dia mengaku mendengar ledakan keras dari bom asap.

"Ledakan itu berlanjut selama beberapa jam. Saya menutup jendela kamar saya dan mengunci diri di kamar. Saya tidak tahu apa yang terjadi, apakah ada yang terbunuh atau ada yang terluka," kata dia.

Di sebuah pusat perbelanjaan di lingkungan komersial Srinagar, Lal Chowk, seorang manajer staf mengatakan bahwa dia tidak yakin situasi akan kembali normal dalam waktu dekat.

"Saya mendengar masyarakat mengatakan tidak akan melanjutkan bisnis dan tidak akan untuk membuka toko untuk sementara waktu," jelas dia. (The Guardian dan Reuters)

Caleg Pilihan
Berita Lainnya
×
tekid