sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Indonesia akan lawan fitnah media Australia soal Papua

Kemenlu membantah laporan media Australia yang menuding Indonesia menggunakan senjata kimia di Papua.

Gema Trisna Yudha
Gema Trisna Yudha Minggu, 23 Des 2018 21:56 WIB
Indonesia akan lawan fitnah media Australia soal Papua

Kementerian Luar Negeri (Kemlu) menyatakan akan mengambil langkah untuk melawan media Australia The Saturday Paper. Media tersebut dinilai telah membuat laporan menyesatkan soal peristiwa yang terjadi di Nduga, Papua.

Pada Sabtu (22/12), The Saturday Paper menurunkan artikel berjudul "Exclusive: Chemical weapons dropped on Papua". Dalam berita tersebut, disampaikan militer Indonesia menggunakan senjata kimia berupa bom fosfor terhadap Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) yang melakukan pembantaian yang menewaskan 31 pekerja PT Istaka Karya di Nduga, Papua.

Dalam rilis yang disampaikan melalui akun Twitter resmi, Kemlu menyesalkan laporan yang diturunkan media cetak dan online tersebut. 

"Tuduhan yang disampaikan media tersebut sangat tidak berdasar, tidak faktual, dan menyesatkan. Indonesia tidak memiliki senjata kimia," demikian pernyataan Kemlu.

Kemlu menyampaikan, Indonesia merupakan anggota Organisasi Anti-Senjata Kimia (Organisation for the Prohibition of Chemical Weapons/OPCW). Indonesia tunduk pada aturan organisasi untuk tidak menggunakan satu pun bahan kimia yang terdaftar bagan 1 konvensi senjata kimia.

Adapun impor, penggunaan, dan penyimpanan bahan kimia pada bagan 2 dan 3 dari konvensi itu, dilakukan dengan sangat ketat. Bahan-bahan tersebut juga hanya digunakan untuk damai, guna mendukung industri nasional. Kemlu pun memastikan OPCW telah melakukan konfirmasi atas hal ini melalui sedikitnya 19 kali inspeksi sejak 2004 lalu.

Bagi Kemlu, laporan The Saturday Paper juga telah mengecilkan urgensi masalah yang sebenarnya terjadi di Nduga, yaitu pembantaian yang menewaskan 19 warga sipil tak bersalah pada Minggu (2/12) lalu.

Warga sipil yang dibunuh dalam peristiwa tersebut, merupakan pekerja konstruksi yang bertugas membangun ruas jalan Trans-Papua. Pembangunan tersebut, merupakan salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan semua Warga Negara Indonesia di Papua.

Sponsored

"Indonesia akan mengambil tindakan yang diperlukan terhadap media tersebut."

Dalam laporannya, The Saturday Paper mengutip sumber dari TNI untuk mendukung tudingannya. Hanya saja, sumber yang menyampaikan konfirmasi penggunaan senjata tersebut disebut sebagai anonim.

"Saya pernah melihatnya dari dekat, dan ini adalah senjata mengerikan," kata sumber tersebut.

Kepala Penerangan Darah Militer XVII/Cenderawasih Kolonel Infanteri Muhammad Aidi membantah tudingan tersebut. Menurutnya, TNI tidak pernah dan tidak akan mau memiliki dan menggunakan senjata kimia pembunuh massal, termasuk bom fosfor.

Lagipula, kata dia, TNI tidak memiliki alat utama sistem senjata (alutsista) untuk menggunakan bom fosfor. Menurut Adidi, bom fosfor hanya dapat digunakan dengan pesawat pengebom atau meriam artileri.

Selain itu, penggunaan bom fosfor juga akan dengan mudah terdeteksi karena dampaknya yang luas. "Bila benar TNI menggunakan bom fosfor, paling tidak wilayah Kabupaten Nduga sudah habis terbakar, dan seluruh manusia serta hewan di sana sudah mati," ucapnya. (Ant)

Berita Lainnya
×
tekid