sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Indonesia rilis travel warning ke Provinsi Hubei

Kemlu RI menyatakan tidak ada batasan waktu atas penerapan travel warning. 

Valerie Dante
Valerie Dante Selasa, 28 Jan 2020 17:01 WIB
Indonesia rilis travel warning ke Provinsi Hubei

Plt. juru bicara Kementerian Luar Negeri RI Teuku Faizasyah mengonfirmasi bahwa Kemlu RI telah merilis travel warning khusus untuk Provinsi Hubei di China. Ibu Kota Hubei, Wuhan, merupakan pusat penyebaran coronavirus jenis baru.

"Betul, travel warning ke Provinsi Hubei, termasuk ibu kotanya, Wuhan," ujar Faizasyah kepada Alinea.id, Selasa (28/1).

Wuhan, dan 14 kota lainnya di Provinsi Hubei, telah dikarantina oleh pihak berwenang China. Faizasyah menjelaskan, tidak ada batasan waktu atas penerapan travel warning

"(Travel warning akan berlaku) setidaknya sampai ada keterangan resmi dari pihak China yang menghentikan isolasi di sana dan juga menyatakan wilayah tersebut aman untuk dikunjungi," kata dia.

Kecuali Hubei, Kemlu RI hanya mengeluarkan travel advisory bagi wilayah lain di China. Pemerintah Indonesia, jelas Faizasyah, mengimbau WNI yang berencana pergi ke Tiongkok untuk berhati-hati dan memonitor perkembangan kondisi tempat yang akan dituju, antara lain melalui aplikasi Safe Travel.

Dilansir CNBC, Komisi Kesehatan Nasional China pada Selasa mengatakan bahwa korban tewas akibat virus tersebut telah meningkat menjadi 106 orang dengan jumlah kasus mencapai 4.515. Virus tersebut telah menyebar ke sejumlah negara antara lain Thailand, Singapura, Taiwan, Amerika Serikat, Australia, Jepang, Korea Selatan, Malaysia, Prancis, Vietnam, Kamboja, Kanada, Nepal, Jerman, dan Sri Lanka.

Pada Selasa, Kementerian Luar Negeri China menyatakan bahwa Direktur jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus yakin akan kemampuan China untuk mengendalikan dan mencegah penyebaran coronavirus jenis baru.

Dalam pertemuan dengan otoritas terkait di Beijing, Ghebreyesus menyetujui langkah yang sejauh ini diambil pemerintah China untuk mengekang penyebaran wabah. Pekan lalu, WHO menyebut epidemi itu sebagai darurat kesehatan di China, tetapi tidak mengklasifikasikannya sebagai keadaan darurat global.

Sponsored

Menurut Kemlu China, Ghebreyesus tidak menganjurkan evakuasi warga asing yang saat ini berada di Tiongkok. Dia juga meminta agar masyarakat tetap tenang.

Sebelumnya sejumlah negara termasuk AS, Prancis, Jepang, dan Korea Selatan menyatakan akan mengevakuasi warganya dari Wuhan.

Pihak berwenang di Provinsi Hubei, rumah bagi hampir 60 juta orang, telah dikritik karena dianggap tidak transparan dalam memberikan informasi mengenai penanganan coronavirus jenis baru. Hal senada pun disampaikan oleh Wali Kota Wuhan Zhou Xianwang yang menyatakan bahwa manajemen krisis di kota itu tidak cukup baik.

Setelah bertemu dengan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, Duta Besar China untuk PBB menegaskan bahwa pemerintah Tiongkok akan terus bekerja sama dengan komunitas internasional dengan semangat keterbukaan, transparansi, dan koordinasi.

Negeri Tirai Bambu yang dikuasai Partai Komunis disebut ingin terlihat terbuka dalam menanganai epidemi itu setelah sebelumnya menuai kritik keras atas upaya menutup-nutupi epidemi Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) yang secara global menewaskan 800 orang pada 2002-2003.

Sejauh ini diketahui bahwa coronavirus jenis baru dapat menyebabkan pneumonia, tetapi masih terlalu dini untuk mengetahui seberapa berbahaya dan seberapa mudah penularan virus tersebut. Pejabat kesehatan China menjelaskan, masa inkubasi bagi para pasien yang terjangkit bisa berkisar dari satu hingga 14 hari. Sementara itu, WHO memperkirakan masa inkubasi dua hingga 10 hari.

Rencana evakuasi Jepang

Menteri Luar Negeri Toshimitsu Motegi mengatakan, Jepang akan mengirim pesawat sewaan ke Kota Wuhan pada Selasa malam untuk memulangkan sekitar 200 warganya. Dia menyebut, pemerintah sedang mengatur penerbangan tambahan yang akan bertolak ke Wuhan pada Rabu (29/1).

"Kami akan mengirimkan penerbangan pertama ke Wuhan pada malam ini. Pesawat akan membawa masker, pakaian pelindung, dan logistik lainnya bagi warga China dan Jepang di kota itu," tutur Menlu Motegi.

Seorang pejabat Kementerian Kesehatan Jepang menambahkan, pesawat tersebut juga akan mengangkut seorang dokter dan dua perawat untuk menjalankan pemeriksaan medis bagi warga Jepang yang kembali.

Dia menyebut, penumpang yang memiliki gejala seperti demam akan segera dikirim ke rumah sakit setelah mendarat di Bandara Haneda, Tokyo. Penumpang yang dinyatakan bersih dari gejala coronavirus dapat pulang dan beraktivitas seperti biasa.

Sementara itu, meskipun belum ada kasus yang dikonfirmasi di Filipina, pihak berwenang setempat pada Selasa memutuskan untuk menangguhkan visa on arrival bagi warga China.

"Kami mengambil langkah proaktif ini untuk membantu mencegah masuknya 2019-nCoV," tutur Komisaris Biro Imigrasi Filipina Jaime Morente.

Sejauh ini, otoritas kesehatan di Filipina sedang memantau lebih dari 11 kasus yang diduga terkait dengan coronavirus jenis baru.

Fasilitas visa on arrival bagi warga Tiongkok telah berlaku sejak 2017. Turis dari China menyumbang 22% dari total 7,5 juta wisatawan yang berkunjung ke Filipina antara Januari-November 2019.

Serupa dengan Filipina, Kazakhstan menyatakan akan menangguhkan fasilitas visa on arrival bagi warga China. Selain itu, Wakil Menteri Luar Negeri Shukhrat Nuryshev pada Selasa menyebut bahwa badan imigrasi juga akan meminta sertifikat medis dari warga China yang mengajukan aplikasi visa.

Dari seluruh warga Kazakhstan yang kembali dari Tiongkok, empat orang sedang dirawat di rumah sakit dengan dugaan infeksi pernapasan.

Pada Selasa, Thailand mengumumkan akan melakukan screening terhadap seluruh kedatangan dari China dalam upaya mencegah penyebaran coronavirus jenis baru. Di hari yang sama, pejabat kesehatan mengatakan bahwa kasus yang terdeteksi di negara itu naik menjadi 14.

"Kini kami akan memperluas proses screening bagi seluruh warga Tiongkok yang datang dari China," tutur pejabat Kementerian Kesehatan Thailand Sukhum Kanchanapimai.

Sebelumnya, Thailand hanya memberlakukan screening kesehatan bagi penumpang yang datang dari Wuhan.

Otoritas pariwisata Thailand menuturkan bahwa pada tahun ini, jumlah turis China diperkirakan akan turun dari 11 juta ke sembilan juta akibat wabah coronavirus. (Reuters dan CNBC)

Berita Lainnya
×
tekid