sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Iran ke AS: Sanksi telah menutup pintu diplomasi

Sanksi terbaru diteken Trump pada Senin (24/6), menargetkan pemimpin tertinggi Iran serta sejumlah pejabat senior.

Khairisa Ferida
Khairisa Ferida Selasa, 25 Jun 2019 19:19 WIB
Iran ke AS: Sanksi telah menutup pintu diplomasi

Sanksi baru Amerika Serikat yang menargetkan pemimpin tertinggi Iran Ayatullah Ali Khamenei telah menutup pintu diplomasi. Demikian ditegaskan Teheran pada Selasa (25/4), menyalahkan AS karena mengabaikan satu-satunya rute menuju perdamaian.

Donald Trump meneken perintah eksekutif yang menjatuhkan sanksi terhadap Khamenei dan sejumlah tokoh senior Iran lainnya pada Senin (24/6). Sanksi terhadap Menteri Luar Negeri Mohammad Javad Zarif disebut akan dikenakan pada akhir pekan ini.

Kebijakan keras Trump ini diambil setelah Iran menembak jatuh pesawat pengintai AS pekan lalu dan Trump membatalkan serangan udara balasan saat jet-jet AS sudah mengudara. 

Trump mengatakan serangan dibatalkan karena mempertimbangkan banyaknya korban jiwa yang akan jatuh.

"Memberlakukan sanksi yang tidak berguna pada pemimpin tertinggi Iran dan komandan diplomasi Iran adalah penutupan permanen jalur diplomasi," twit juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Abbas Mousavi.

Melalui Twitter, Mousavi juga mengatakan, "Pemerintahan Trump yang putus asa menghancurkan mekanisme internasional yang sudah mapan untuk menjaga perdamaian dan keamanan dunia."

Dalam pidatonya yang disiarkan di televisi, Presiden Hassan Rouhani menegaskan sanksi tidak akan berdampak praktis karena Khamenei tidak memiliki aset di luar negeri.

Rouhani, seorang pragmatis yang menang dalam dua kali pemilu dengan janji untuk membuka Iran bagi dunia, menggambarkan AS putus asa. Dia juga mencap Gedung Putih keterbelakangan mental.

Sponsored

"Tindakan Gedung Putih itu berarti mereka menderita keterbelakangan mental," kata Rouhani. "Kesabaran strategis Teheran tidak berarti kami takut."

Penasihat keamanan nasional Trump yang digambarkan seorang hawkish, John Bolton, mengulang tawaran untuk mengadakan pembicaraan selama Iran bersedia menegosiasikan ulang kesepakatan nuklir 2015.

"Presiden telah membuka pintu untuk perundingan nyata demi sepenuhnya menghilangkan program senjata nuklir Iran, melucuti sistem rudal balistik, dukungan mereka untuk terorisme internasional dan perilaku jahat lainnya di seluruh dunia," kata Bolton di Yerusalem. "Yang harus dilakukan Iran adalah berjalan melalui pintu yang terbuka itu."

Sejak tahun lalu, AS telah memberlakukan kembali sanksi ekonomi yang melumpuhkan Iran setelah sebelumnya menarik diri dari kesepakatan nuklir 2015.

Eskalasi meningkat tajam sejak bulan lalu ketika pemerintahan Trump memperketat sanksi, meminta semua negara berhenti membeli minyak Iran. Langkah tersebut secara efektif membuat ekonomi Iran "menderita", menjadikan faksi pragmatis tidak memiliki alasan untuk mempertahankan kesepakatan nuklir 2015.

Washington menuturkan bahwa kesepakatan nuklir 2015 yang dicapai di bawah pemerintahan Barack Obama tidak efektif karena tidak permanen dan tidak mencakup masalah di luar program nuklir, seperti rudal dan perilaku Iran di lingkup regional.

Ditembak jatuhnya drone AS, yang disebut Iran melanggar wilayah udaranya, adalah puncak dari ketegangan yang berlangsung selama berminggu-minggu yang mulai memasuki dimensi militer.

AS dan sejumlah sekutunya di Timur Tengah belakangan juga menyalahkan Iran atas serangan terhadap sejumlah tanker minyak di kawasan Teluk. Tuduhan tersebut  dibantah keras oleh Teheran.

Sanksi, diyakini AS, adalah upaya tepat untuk memaksa Iran kembali ke meja perundingan. Teheran sendiri sudah menegaskan bersedia bicara jika Washington lebih dulu mencabut sanksi

Di tengah krisis yang meningkat, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengunjungi Arab Saudi dan Uni Emirat Arab, negara-negara yang sangat berseberangan dengan Iran.

Sementara itu, utusan AS untuk Iran Brian Hook mengunjungi Eropa dan kedatangannya diprediksi akan disambut dingin mengingat Eropa mendukung kesepakatan nuklir 2015. Mereka percaya keputusan Trump untuk keluar dari perjanjian itu adalah kesalahan yang telah memperkuat faksi garis keras Iran, melemahkan kelompok pragmatis dan membahayakan perdamaian regional.

Iran mengatakan masih bertujuan untuk mematuhi perjanjian nuklir, tetapi tidak dapat melakukannya tanpa batas waktu kecuali jika mereka menerima sejumlah manfaat. Teheran telah memberikan negara-negara Eropa tenggat hingga 8 Juli untuk menemukan cara untuk melindungi ekonominya dari sanksi AS.

Menambah ketegangan, pada Senin (17/6) Iran mengumumkan bahwa dalam waktu 10 hari, pihaknya akan melanggar pembatasan yang disepakati secara internasional soal stok uranium tingkat rendah. 

Sumber : Reuters

Berita Lainnya
×
tekid