sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Iran tolak tawaran Trump untuk bertemu tanpa prasyarat

Trump melayangkan tawaran untuk bertemu tanpa prasyarat dengan pemimpin Iran pada Senin (30/7).

Khairisa Ferida
Khairisa Ferida Rabu, 01 Agst 2018 11:18 WIB
Iran tolak tawaran Trump untuk bertemu tanpa prasyarat

Para pejabat senior dan komandan militer Iran pada hari Selasa (31/7) menolak tawaran Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk bertemu tanpa prasyarat. 

Bagi Iran, tawaran Trump tak berharga dan hanyalah sebuah mimpi. Mereka menilai kata-kata Trump bertentangan dengan tindakannya, yang menerapkan kembali sanksi terhadap Teheran.

Secara terpisah, Presiden Hassan Rouhani mengatakan, penolakan Trump terhadap kesepakatan nuklir yang ditandatangani pada tahun 2015 adalah "ilegal". Dia menegaskan, pihaknya tidak akan dengan mudah menyerah atas kampanye baru AS untuk mencekik ekspor minyak Iran.

Pada Mei lalu, Trump menarik AS keluar dari kesepakatan nuklir Iran. Trump mengklaim pakta itu terlalu menguntungkan Negeri Para Mullah. Dan pada Senin (30/7), Trump mengatakan bahwa dia bersedia bertemu Rouhani tanpa prasyarat untuk berdiskusi soal memperbaiki hubungan kedua negara.

Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif mengatakan bahwa Washington harus menyalahkan diri sendiri karena mengakhiri pembicaraan dengan Teheran seiring dengan mundurnya mereka dari kesepakatan nuklir. Ancaman dan sanksi, ditegaskan Zarif, tidak akan berhasil.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri mengatakan, tawaran Trump untuk bernegosiasi dengan Teheran bertentangan dengan tindakannya yang menjatuhkan sanksi terhadap Iran dan menekan negara-negara lain untuk menghindari berbisnis dengan Iran.

"Sanksi dan tekanan adalah kebalikan dari dialog," ungkap Bahram Qasemi seperti dikutip oleh kantor berita Fars, Selasa.

Sponsored

Penolakan Iran atas "undangan" Trump juga ditegaskan oleh Kepala Korps Garda Revolusi Iran, yang menegaskan bahwa Iran bukan Korea Utara.

"Pak Trump! Iran bukan Korea Utara yang menerima tawan Anda untuk bertemu. Bahkan presiden AS setelah Anda tidak akan melihat hal itu terjadi," ungkap Mayor Jenderal Mohammad Ali Jafari seperti dilaporkan kantor berita Fars. 

Kepala Dewan Strategis Iran untuk Hubungan Luar Negeri mengatakan, Teheran tidak menilai nilai dalam tawaran Trump.

"Berdasarkan pengalaman buruk kami dalam bernegosiasi dengan AS dan berdasarkan pelanggaran pejabat AS terhadap komitmen mereka, wajar bahwa kami tidak melihat nilai dalam proposalnya," kata Kamal Kharrazi seperti dikutip oleh kantor berita Fars.

Dewan Strategis Hubungan Luar Negeri dibentuk oleh Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei untuk membantu merumuskan kebijakan jangka panjang untuk Iran.

Langkah Trump untuk memaksa Iran memasuki negosiasi baru untuk saat ini telah menyatukan kembali kelompok pragmatis seperti Rouhani dan kelompok garis keras Iran, yang menentang kesepakatan nuklir.

Ali Motahari, wakil ketua parlemen yang dilihat sebagai bagian dari kalangan moderat, mengatakan bahwa bernegosiasi dengan Trump sekarang "akan menjadi penghinaan".

"Jika Trump tidak menarik diri dari kesepakatan nuklir dan tidak menjatuhkan sanksi terhadap Iran, tidak akan ada masalah untuk negosiasi dengan AS," katanya kepada kantor berita IRNA.

Berdasarkan kesepakatan nuklir tahun 2015 atau yang dikenal pula sebagai Rencana Aksi Komprehensif Gabungan (JCPOA), buah dari upaya Rouhani untuk mengurangi isolasi internasional demi membantu menghidupkan kembali perekonomian, Iran akan menghentikan program nuklirnya. Sebagai imbalannya, Teheran akan menerima bantuan.

Trump tidak puas dengan kesepakatan nuklir 2015

Presiden ke-45 AS mengutuk kesepakatan nuklir Iran 2015. Karena itu tidak mencakup program rudal balistik Iran keterlibatan Teheran dalam konflik Timur Tengah. Trump pun mengaktifkan kembali sanksi terhadap Iran, dan memperingatkan negara-negara lain untuk menghentikan impor minyak Iran sejak 4 November mendatang atau akan menanggung sanksi AS.

Para penandatangan pakta nuklir Iran lainnya seperti Prancis, Inggris, dan Jerman telah memutar otak untuk menyelamatkan kesepakatan tersebut, namun mereka memperingatkan bahwa tidak dapat membujuk banyak investor untuk tidak berbisnis dengan Iran.

Selama pertemuan dengan duta besar Inggris pada hari Selasa, Presiden Rouhani mengatakan bahwa "bola ada di Eropa sekarang".

Dia menambahkan, "Republik Islam tidak pernah mencari ketegangan di kawasan dan tidak ingin ada masalah di perairan global, tetapi tidak akan mudah menyerah pada haknya untuk mengekspor minyak."

Rouhani dan beberapa komandan militer senior mengatakan Iran dapat mengganggu pengiriman minyak dari negara-negara Teluk melalui Selat Hormuz jika Washington mencoba untuk menghentikan ekspor minyak Iran.

Menegaskan kembali sikap resmi Teheran, Komandan Angkatan Laut Iran Laksamana Hossein Khanzadi seperti dikutip oleh kantor berita Tasnim menuturkan, selat akan tetap terbuka "jika kepentingan nasional Iran diperhatikan."

Gubernur OPEC Iran, Hossein Kazempour Ardebili, kepada Reuters mengatakan bahwa Trump keliru jika dia mengharapkan Arab Saudi dan produsen minyak lainnya untuk mengompensasi kerugian minyak Iran yang disebabkan oleh sanksi AS.

"Tampaknya Presiden Trump telah disandera oleh Arab Saudi dan beberapa produsen ketika mereka mengklaim mereka dapat menggantikan 2,5 juta barel per hari ekspor Iran, mendorong dia untuk mengambil tindakan terhadap Iran," kata Ardebili.
 

Sumber: Reuters

Berita Lainnya
×
tekid