sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Jamal Khashoggi dan sejumlah jurnalis jadi Person of the Year 2018

Jurnalis asal berbagai belahan dunia, termasuk Jamal Khashoggi, terpilih sebagai Person of the Year 2018 versi majalah Time.

Khairisa Ferida
Khairisa Ferida Rabu, 12 Des 2018 11:31 WIB
Jamal Khashoggi dan sejumlah jurnalis jadi Person of the Year 2018

Sejumlah jurnalis, baik yang dibunuh dan dipenjara, dinobatkan sebagai 'Person of the Year' oleh Time. Majalah yang berpusat di Amerika Serikat itu merilis empat sampul berbeda untuk mengingatkan publik pada para juru warta paling berpengaruh atas peristiwa tahun ini.

Tradisi 'Person of the Year' Time telah dimulai sejak 1972. Tahun ini mengambil tema 'The Guardians and the War on Truth'.

Dalam keterangannya Time menyebutkan mereka memilih untuk mengambil risiko besar dalam mengungkap kebenaran yang lebih besar, untuk mencari fakta yang tidak sempurna namun penting, untuk bicara soal kebenaran dan keadilan, serta bersuara cukup keras agar didengar.

Berikut ulasan empat sampul majalah Time 'Person of the Year':

1. Jamal Khashoggi

Khashoggi adalah seorang jurnalis Arab Saudi terkenal dan kritikus vokal rezim negara itu. Dia menghilang setelah memasuki Konsulat Arab Saudi di Istanbul pada 2 Oktober 2018.

Belakangan, otoritas Arab Saudi mengakui bahwa Khashoggi tewas di dalam gedung diplomatik dalam sebuah operasi nakal intelijen.

Namun, mayoritas meyakini bahwa pria berusia 59 tahun tersebut dihabisi atas perintah Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman atau dikenal pula dengan julukan MBS. Sang pangeran adalah sosok yang berulang kali dikritisi Khashoggi. 

Sponsored

Khahoggi memutuskan pindah ke Amerika Serikat pada tahun 2017. Di Negeri Paman Sam, Khashoggi mulai menulis kolom untuk the Washington Post. Keberadaannya di Istanbul pada hari kematiannya untuk menyelesaikan persoalan dokumen agar dia bisa menikahi tunangannya yang asal Turki.

Pembunuhan Khashoggi telah memicu kecaman internasional terhadap Arab Saudi, namun tidak demikian dengan Amerika Serikat. Donald Trump dan pemerintahannya telah menahan diri untuk menunjuk MBS, meski CIA telah menyimpulkan bahwa pembunuhan Khashoggi diperintahkan oleh MBS.

Sumber: Time via BBC

2. Para staf Capital Gazette

Seorang pria bersenjata masuk ke kantor Capital Gazette di Annapolis, Maryland, Amerika Serikat pada 28 Juli dan menewaskan lima staf editorial media tersebut.

Tersangka memiliki dendam lama terhadap surat kabar tersebut setelah gagal menggugat mereka atas dakwaan pencemaran naik baik pada 2012.

Terlepas dari kengerian yang terjadi di tempat kerja mereka, keesokan harinya para staf Capital Gazette bekerja di tempat parkir untuk merilis edisi esok harinya. Selain itu, mereka juga membiarkan sebuah halaman kosong sebagai ungkapan duka bagi rekan-rekan mereka.

3. Maria Ressa dan Rappler

Mantan wartawan CNN Maria Ressa mendirikan situs berita daring Rappler di Filipina pada tahun 2012, dan sejak saat itu pula mereka membangun reputasi jurnalisme investigatif.

Rappler secara terbuka mengkritik Presiden Rodrigo Duterte, mempertanyakan keakuratan pernyataan publiknya, khususnya terkait kebijakan perang narkobanya yang mematikan karena diwarnai pembunuhan di luar hukum (extrajudicial killing).

Beberapa bulan setelah Duterte terpilih pada tahun 2016, Rappler merilis laporan terperinci mengenai dugaan bot otomatis dan akun Facebook palsu yang digunakan untuk menguatkan pesan pro-Duterte. Hal ini telah dibantah oleh kantor kepresidenan.

Duterte melabeli laporan itu 'sinting' dan melarang wartawan dari Rappler memasuki kantor kepresidenan.

Pada Januari 2018, pemerintah Filipina mencabut izin Rappler. Sontak, peristiwa ini memicu perdebatan nasional tentang kebebasan pers.

November lalu, Maria Ressa dan kantor berita yang didirikannya dituduh melakukan penghindaran pajak. Tudingan ini disebutnya sebagai bentuk terang-terangan dari intimidasi dan pelecehan yang berkelanjutan.

Sumber: Time via BBC

4. Wa Lone dan Kyaw Soe Oo

Wartawan kantor berita Reuters, Wa Lone dan Kyaw Soe Oo, divonis tujuh tahun penjara pada September lalu karena dianggap bersalah melanggar undang-undang rahasia negara.

Tuduhan tersebut bermula dari September 2017 saat keduanya menginvestigasi pembunuhan 10 pria Rohingya oleh militer Myanmar di Inn Dinn, sebuah desa di Rakhine utara.

Keduanya ditangkap pada Desember 2017 saat membawa dokumen resmi yang mereka dapatkan dari dua petugas polisi. Mereka bersikeras tidak bersalah dan berulang kali mengatakan bahwa dokumen tersebut didapat secara sah.

Kasus ini telah dilihat secara luas sebagai ujian kebebasan pers di Myanmar.

Pemimpin de facto Myanmar, Aung San Suu Kyi, yang pernah dianggap sebagai suar bagi HAM dan demokrasi, nyatanya menghadapi kecaman internasional atas penanganan kasus tersebut oleh pemerintahannya.

Suu Kyi justru membela putusan pengadilan dengan mengatakan bahwa dua jurnalis Reuters telah melanggar hukum dan kasus mereka tidak ada hubungannya sama sekali dengan kebebasan berekspresi.

Meski demikian, wajah Wa Lone dan Kyaw Soe Oo tidak ditampilkan di sampul Time. Adalah istri masing-masing yang menjadi model.

Sumber : BBC

Berita Lainnya
×
tekid