Jepang dan Indonesia prihatin dengan kekerasan di Myanmar
Dalam pertemuan tatap muka pertama mereka di tengah pandemik, kedua menteri luar negeri membahas perkembangan politik di Myanmar.
Menteri Luar Negeri RI, Retno Marsudi, dan Menteri Luar Negeri Jepang, Toshimitsu Motegi, mengadakan pertemuan bilateral di Jepang pada Senin (29/3).
Dalam pertemuan tatap muka pertama di tengah pandemi, kedua menteri luar negeri membahas perkembangan politik di Myanmar.
"Mengenai Myanmar, Indonesia dan Jepang memiliki keprihatinan yang sama melihat perkembangan situasi di Myanmar," jelas Menlu Retno dalam pengarahan media secara virtual pada Selasa (30/3).
Lebih lanjut, Menlu Retno menyatakan, Indonesia menolak keras penggunaan kekerasan oleh aparat keamanan.
Penggunaan kekerasan tersebut menyebabkan jatuhnya lebih dari 100 korban meninggal pada 27 Maret.
"Hal ini tidak dapat diterima," tegas Menlu Retno. "Penggunaan kekerasan harus segera dihentikan sehingga korban tidak berjatuhan kembali."
Retno menegaskan, dialog harus terus diupayakan untuk menyelesaikan konflik di Myanmar.
"Hanya melalui dialog, Myanmar dapat menyelesaikan masalah mereka," sebut dia.
Setelah bertemu dengan Menlu Motegi, Menlu Retno menghadiri pertemuan dengan Chairman Nippon Foundation dan Japanese Special Envoy for National Reconciliation in Myanmar, Sasakawa Yohei.
Dalam pertemuan dengan Sasakawa, Menlu Retno kembali melakukan pertukaran informasi mengenai situasi di Myanmar.
"Bapak Sasakawa menghargai upaya yang terus dilakukan oleh Indonesia untuk Myanmar," jelas Menlu Retno.
Dia menambahkan, Sasakawa sepakat dengan pesan-pesan Indonesia agar penggunaan kekerasan dihentikan dan segera dilakukan dialog di Myanmar.
Menlu Retno dan Sasakawa yakin, yang terjadi di Myanmar akan memengaruhi situasi di kawasan dan ASEAN.