sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Jumlah infeksi Covid-19 di Filipina salip Indonesia

Filipina mengonfirmasi 119.460 kasus positif Covid-19.

Valerie Dante
Valerie Dante Jumat, 07 Agst 2020 12:50 WIB
Jumlah infeksi Covid-19 di Filipina salip Indonesia

Meskipun memberlakukan karantina wilayah (lockdown) terlama dan ketat di Asia Tenggara, kasus infeksi coronavirus baru (Covid-19) di Filipina telah menginjak 119.460, termasuk 2.150 kematian.

Jumlah kasus positif di Filipina tersebtu menyalip Indonesia dengan 118.753 kasus. Itu membuatnya negara dengan kasus infeksi terbanyak di Asia Tenggara.

Pekan ini, Filipina kembali menerapkan sejumlah pembatasan sosial di ibu kota dan daerah sekitarnya demi mengekang penyebaran virus.

Para pakar menilai, bahwa Filipina menjadi contoh terbaru tentang bagaimana relaksasi pembatasan yang terlalu dini membuka peluang bagi virus untuk kembali merebak.

Di negara itu, gelombang kedua virus dipicu kesalahan dalam tahap uji Covid-19 dan kegagalan protokol karantina akibat lebih dari 100.000 pekerja migran yang pulang setelah kehilangan pekerjaan mereka di negara lain.

Setelah menerapkan lockdown ketat dari pertengahan Maret hingga akhir Mei, Filipina membuka kembali Manila meskipun kasus baru tumbuh hingga 1.000 setiap harinya.

Filipina melaporkan 3.561 kasus infeksi baru pada Kamis (6/8). Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menuturkan, melonjaknya jumlah infeksi sebagian disebabkan peningkatan pengawasan dan kapasitas pengujian.

Kemenkes Filipina mengklaim, telah menguji 1,5% populasinya dibandingkan dengan Indonesia yang baru menguji 0,34% populasinya.

Sponsored

Seorang pakar kesehatan di Manila Doctors Hospital, Anthony Leachon, menilai, pemerintah Presiden Rodrigo Duterte terlalu cepat melonggarkan pembatasan tanpa memastikan pejabat lokal dapat melacak dan mengobati infeksi.

Upaya penanggulangan infeksi Covid-19 di Filipina dipersulit gelombang pekerja migran yang pulang akibat menganggur karena pandemi, kegagalan dalam pengujian, dan kurangnya layanan kesehatan yang berkualitas.

Pejabat kesehatan setempat menggunakan alat tes cepat (rapid test), sebagian besar diproduksi di China, yang memberikan hasil dalam beberapa menit dalam upaya memproses pekerja migran yang kembali dengan cepat. Namun, hasil tes kurang akurat sehingga memungkinkan pekerja yang terinfeksi tanpa disadari kembali ke Filipina dan menyebarkan virus.

"Ketergantungan yang berlebihan pada rapid test telah membiarkan beberapa kasus asimtomatik lolos," kata Edsel Salvana, ahli penyakit menular dari National Institutes of Health di Universitas Filipina Manila.

Pada Rabu (5/8), Wakil Menteri Kesehatan, Maria Rosario Vergeire, menyatakan, Kemenkes tidak akan lagi menggunakan alat tes cepat. Pemberlakuan karantina wilayah terbaru diharapkan memberikan waktu bagi pejabat kesehatan untuk melacak dan mengobati semua klaster infeksi melalui pemeriksaan dari rumah ke rumah,

Lebih lanjut, pemerintah berupaya mempekerjakan sekitar 10.000 petugas kesehatan tambahan dengan tunjangan yang lebih baik seperti dana darurat, asuransi jiwa, serta akomodasi gratis. (Bloomberg)

Berita Lainnya
×
tekid