sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Kabur dari keluarga, wanita Arab Saudi bersuaka di Thailand

Kepala polisi imigrasi Thailand mengatakan wanita itu akan dibebaskan dari bandara dan telah dilindungi oleh Badan Pengungsi PBB (UNHCR).

Valerie Dante
Valerie Dante Selasa, 08 Jan 2019 10:43 WIB
Kabur dari keluarga, wanita Arab Saudi bersuaka di Thailand

Pada Senin (7/1), pejabat pemerintahan Thailand mengatakan bahwa wanita Arab Saudi yang terbang ke Bangkok untuk melarikan diri dari keluarganya di Kuwait sementara diberi izin untuk menetap di Thailand.

Melalui akun Twitter-nya, perempuan berusia 18 tahun bernama Rahaf Mohammed Mutlaq al-Qunun ini menyatakan bahwa dia telah membarikade diri di kamar hotel bandara Bangkok. Barikade ini merupakan upayanya untuk mencegah masuk pihak berwenang yang ingin mengirimnya kembali ke keluarganya.

Dia mengunggah foto diri dan paspornya, mengatakan bahwa dia sedang mencari suaka dari "negara mana saja yang akan melindungi saya agar dari bahaya agar saya tidak dibunuh karena meninggalkan agama dan penyiksaan dari keluarga saya."

Sebelumnya di hari Senin, Rahaf mengunggah video di Twitter di mana dia terdengar menolak untuk membukakan pintu bagi orang yang mengetuk pintu kamar hotelnya.

"Mereka berusaha memaksa saya keluar sehingga mereka bisa membawa saya pergi. Saya sedang mencoba menghubungi PBB," tuturnya dalam video tersebut. 

Kepala polisi imigrasi Thailand Surachet Hakpal awalnya mengatakan bahwa Rahaf dijadwalkan untuk kembali ke Kuwait pada Senin. Tetapi beberapa jam kemudian, Surachet mengatakan perempuan itu akan dibebaskan dari bandara dan telah dilindungi oleh Badan Pengungsi PBB (UNHCR).

"Dia sekarang berada di bawah kedaulatan Thailand. Tidak ada orang atau kedutaan mana pun yang dapat memaksanya untuk pergi. Kami akan melindunginya sebaik mungkin," jelas Surachet dalam konferensi pers pada Senin.

"Kami akan berbicara dengannya dan melakukan apa pun yang dia minta. Karena dia kabur dari kesulitan untuk mencari bantuan kami, kami adalah 'Land of Smiles', kami tidak akan mengirim siapa pun ke kematian mereka. Kami akan mematuhi prinsip-prinsip hak asasi manusia di bawah supremasi hukum."

Sponsored

Setelah bertemu dengan pejabat imigrasi Thailand dan perwakilan UNHCR, didampingi oleh staf UNHCR, Rahaf meninggalkan hotel melalui pintu belakang untuk menghindari kerumunan media yang menunggunya di luar. 

Dalam sebuah pernyataan, UNHCR mengatakan akan "menilai kebutuhannya akan perlindungan pengungsi internasional dan segera menemukan solusi untuk situasinya."

Rahaf menuturkan bahwa dia tiba di Bandara Suvarnabhumi, Bangkok, pada Sabtu (5/1) setelah terbang dari Kuwait, di mana keluarganya berada. 

Awalnya dia bermaksud untuk terbang ke Australia, tetapi memutuskan untuk memasuki Thailand sebagai gantinya.

Sesaat setelah mendarat, Rahaf mengklaim paspornya disita dan dia ditahan oleh pejabat Kedutaan Arab Saudi. Menurut keterangannya, Arab Saudi memaksanya menandatangani selembar kertas, ketika dia menolak dan mencoba berbicara dengan petugas imigrasi Thailand, dia justru dikawal menuju hotel transit.

"Saya tidak bisa melarikan diri dari bandara, saya sudah mencoba tapi tidak bisa. Ada seorang petugas keamanan yang mengawasi saya," ujarnya dalam sebuah video yang diunggah melalui akun Twitternya pada Minggu (6/1).

Dalam sebuah pernyataan, Human Rights Watch (HRW) mendesak pemerintah Thailand untuk memberikan Rahaf "akses untuk mengajukan klaim pengungsi kepada kantor UNHCR di Bangkok."

"Perempuan asal Arab Saudi yang melarikan diri dari keluarga mereka akan menghadapi kekerasan dari kerabat, perampasan kebebasan, dan ancaman serius lainnya jika dikembalikan ke kampung halaman mereka," kata Wakil Direktur HRW untuk Timur Tengah, Michael Page. "Pihak berwenang Thailand harus segera menghentikan deportasi dan mengizinkannya melanjutkan perjalanan ke Australia atau membolehkannya tetap di Thailand dan mencari suaka sebagai pengungsi."

Surachet menyebut, Rahaf awalnya ditolak masuk ke Thailand karena tidak memiliki dokumen yang diperlukan. Namun, dia membantah remaja Arab Saudi itu ditahan oleh pihak berwenang Thailand.

"Untuk memasuki negara kami, dia harus mematuhi peraturan kami ... ini urusan internal mereka (Arab Saudi). Kami hanya menjalankan tugas kami," ungkapnya.

Wakil Direktur HRW untuk Asia Phil Robertson menegaskan bahwa tidak ada negara yang boleh mengganggu hak anak berusia 18 tahun untuk bepergian ke tempat yang diinginkannya.

Robertson mengatakan bahwa Rahaf "merasa hidupnya terancam jika dia kembali ke Arab Saudi dan ke keluarganya, yang secara fisik dan psikologis telah menyiksanya."

Pada Minggu, dalam sebuah pernyataan resmi, Kementerian Luar Negeri Arab Saudi mengatakan bahwa pihak berwenang Thailand perlu mendeportasi Rahaf karena tidak memiliki tiket kembali dan tidak tergabung dalam program wisatawan.

Kementerian menambahkan, pejabat konsuler Arab Saudi terus berhubungan dengan keluarganya dan Rahaf akan dideportasi ke Kuwait di mana keluarganya berada. Namun, Kemlu Arab Saudi membantah tuduhan telah menyita paspor remaja perempuan tersebut.

Arab Saudi memiliki sistem perwalian yang mengatur banyak aspek kehidupan perempuan. Kaum wanita tidak dapat menikah, bercerai, mendapatkan pekerjaan, menjalani operasi tertentu, atau bepergian tanpa izin wali pria mereka.

Ketika ditanya tentang Rahaf dan sistem perwalian Arab Saudi pada Senin, juru bicara PBB Stephane Dujarric mengatakan, "sebagai persoalan prinsip, Sekretaris Jenderal PBB percaya pada perlakuan setara antara pria dan wanita di bawah hukum."

Sumber : CNN

Berita Lainnya
×
tekid