sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Kasus Covid-19 melonjak, Israel kembali terapkan lockdown

Di bawah kebijakan itu, sekolah dan sebagian besar bisnis akan ditutup dalam upaya menurunkan tingkat infeksi.

Valerie Dante
Valerie Dante Selasa, 15 Sep 2020 10:47 WIB
Kasus Covid-19 melonjak, Israel kembali terapkan lockdown

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada Minggu (13/9) mengumumkan kebijakan karantina wilayah atau lockdown baru yang akan berlaku bagi seluruh negeri.

Lockdown tersebut diterapkan di tengah lonjakan kasus Covid-19. Di bawah kebijakan itu, sekolah dan sebagian besar bisnis akan ditutup dalam upaya menurunkan tingkat infeksi.

Mulai Jumat (18/9), sekolah, restoran, mal, dan hotel akan ditutup. Selain itu, warga Israel akan menghadapi pembatasan pergerakan dan pertemuan.

"Tujuan kami adalah menghentikan peningkatan jumlah kasus infeksi," kata PM Netanyahu dalam pernyataan yang disiarkan melalui stasiun televisi nasional. "Saya tahu langkah-langkah ini sulit bagi kita semua," tutur dia.

Pengetatan langkah-langkah tersebut menandai kedua kalinya Israel melakukan lockdown akibat coronavirus jenis baru. Akibat pembatasan sosial, angka infeksi sempat turun tetapi dinilai mendatangkan malapetaka bagi ekonomi nasional dan membuat angka pengangguran meroket.

Lockdown nasional akan berlaku setidaknya selama tiga pekan, di mana para pejabat dapat melonggarkan pembatasan sosial jika jumlah infeksi menurun.

Orang Israel biasanya mengadakan pertemuan keluarga besar dan mengisi sinagog selama periode puasa Yom Kippur pada akhir bulan ini.

Israel telah mencatat lebih dari 150.000 kasus Covid-19 yang dikonfirmasi, termasuk di antaranya lebih dari 1.100 fatalitas. Dengan populasi sembilan juta, negara itu sekarang melihat lebih dari 4.000 kasus baru per harinya.

Sponsored

Awalnya Israel mendapat pujian atas penanganan awal Covid-19. Pemerintah dinilai bergerak cepat untuk menutup perbatasan negara dan tampaknya sempat berhasil mengendalikan penyebaran infeksi.

Namun, sejak itu, pemerintah dikritik karena membuka bisnis dan sekolah terlalu cepat, membuat virus menyebar tanpa terkendali.

Sebagian besar kritik ditujukan kepada PM Netanyahu, yang telah menghadapi kecaman publik atas penanganannya terhadap krisis dan telah menyaksikan ribuan pengunjuk rasa turun ke kediamannya di Yerusalem setiap minggu.

Netanyahu juga telah dikecam karena menyerah pada tekanan dari berbagai kelompok kepentingan, termasuk yang terbaru dari mitra pemerintahan ultra-Ortodoksnya, yang tampaknya telah membujuknya untuk melonggarkan rencana lockdown berbasis kota.

Dalam konferensi pers pada Minggu, Netanyahu membela tanggapannya, mengatakan bahwa ekonomi Israel perlahan bangkit pasca-lockdown. Selain itu dia menyatakan, meskipun kasus infeksi tinggi, angka kematian akibat Covid-19 di negara itu lebih rendah daripada negara lain.

Pemerintah Israel, yang terdiri dari dua partai saingan yang bergabung dalam tujuan memerangi Covid-19, juga telah dihujani kritik atas penanganan terhadap pandemik. Pemerintah dituduh salah urus, gagal menangani krisis kesehatan dan ekonomi yang ditimbulkan oleh pandemik dengan benar, justru membawa negara memasuki lockdown kedua. (Voice of America)

Berita Lainnya
×
tekid