Kasus Covid-19 melonjak, Melbourne kembali terapkan lockdown

Langkah-langkah karantina wilayah atau lockdown kembali diterapkan di Melbourne, kota terbesar kedua di Australia, Selasa (7/7). Kebijakan tersebut diperkirakan akan berlangsung selama enam minggu.

Di bawah kebijakan lockdown, warga Melbourne dilarang keluar rumah kecuali memiliki urusan penting. Langkah tersebut diambil demi mengekang penyebaran coronavirus jenis baru.

Keputusan itu diumumkan hanya beberapa jam sebelum perbatasan antara Victoria dan New South Wales dijadwalkan akan ditutup untuk pertama kalinya dalam satu abad.

Mulai pukul 00.00 pada Rabu (8/7), semua orang di Melbourne akan diminta untuk tinggal di rumah kecuali ada keperluan untuk pergi kerja, belajar, belanja makanan, atau membeli keperluan medis.

Restoran, kafe, dan bar hanya diizinkan menyediakan layanan takeaway. Sementara itu, pusat kebugaran dan salon ditutup.

Perdana Menteri Negara Bagian Victoria Daniel Andrews mengatakan bahwa meskipun berat, lockdown tersebut diperlukan untuk mengatasi lonjakan kasus infeksi Covid-19.

Victoria mencatat 191 dari 199 kasus baru infeksi Covid-19 yang dilaporkan pada Selasa, kenaikan satu hari terbesar sejak awal April. Lonjakan ini membuat para pejabat khawatir adanya potensi gelombang kedua pandemik.

Secara total, Australia mencatat 8.775 kasus positif coronavirus jenis baru, termasuk 106 kematian dan 7.455 pasien yang dinyatakan sembuh.

"Kita harus sadar bahwa pandemik ini belum berakhir," kata Andrews.

"Berpura-pura bahwa pandemik ini sudah selesai bukanlah jawabannya, itu justru bagian dari masalah," imbuhnya.

Selama akhir pekan, Andrews telah kembali menerapkan sejumlah pembatasan sosial termasuk aturan social distancing yang ketat di lebih dari 30 wilayah di pinggiran Kota Melbourne.

Ratusan petugas keamanan dan tentara dikerahkan untuk menjaga penutupan perbatasan Victoria dengan New South Wales mulai Selasa malam waktu setempat.

Orang-orang yang tertangkap melintasi perbatasan tanpa izin akan menghadapi hukuman termasuk denda US$7.700 dan ancaman enam bulan penjara. (Reuters)